Nabi yang Tidak Memiliki Pengikut

Informasi Artikel ini:
Penulis: Syaikh Nayif bin Muhammad al-Yahya.
Dipublikasikan: 09 January 2020
Dibaca: 13733

Nabi Tidak ada PengikutSebagian orang khususnya dari kalangan para mahasiswa mengira bahwa kemuliaan seorang ustadz dan kapasitas keilmuannya ditandai oleh jumlah jamaah yang hadir di dalam majelisnya, ini merupakan pemahaman yang salah dan tidak benar. Diriwayatkan dari Al-Auza’iy, ia berkata: “Adalah ‘Atha’ bin Abi Rabah merupakan orang yang paling diridhai di tengah-tengah manusia, dan tidaklah yang hadir di majelisnya melainkan tujuh atau delapan orang saja.” [1]

Perhatikan bersama-sama saya, isi tazkiyah (rekomendasi) agung tersebut yang berasal dari Imam mulia ini, dan perhatikan juga bahwa seorang dari penguasa Bani Umaiyah pernah mengumumkan bahwa: “Tidak ada yang boleh memberikan fatwa untuk orang-orang pada musim haji selain Atha'”. Dan sebagaimana dikatakan oleh Maimun bin Mahran, “Tidak ada lagi orang semisalnya (Atha’) yang dapat menggantikannya setelah dirinya,” namun demikian beliau tidak sombong atau bermalas-malasan dari meneruskan kajiannya, kendati sedikitnya jumlah orang yang hadir di dalamnya.

Begitu pula Imam Ahmad rahimahullah menyampaikan kajian kitab Musnad-nya terhadap tiga orang saja, berkata Hanbal bin Ishaq: “Kami bertiga dikumpulkan oleh Imam Ahmad bin Hanbal; Saya, Shaleh, dan Abdullah. Lalu beliau membacakan kepada kami isi Musnad-nya yang tidak didengar oleh orang selain kami bertiga. Dan beliau berkata: ‘Kitab ini telah saya kumpulkan dan telah pula saya bersihkan dari tujuh ratus lima puluh ribu hadits lebih’.” [2]

Dan rupanya, jumlah/kuantitas jamaah masih menjadi alat pembuktian atas kehebatan seorang da’i dalam mempengaruhi hati para jama’ahnya, maka Anda akan dapati da’i seperti itu akan riang gembira dengan banyaknya jamaahnya, namun sebaliknya, akan loyo dengan berkurangnya jamaahnya! Sedangkan jiwa pada kondisi demikian memiliki kecenderungan dengan segala tujuan dan niat yang berbeda-beda. Akan tetapi ada yang penting untuk disebutkan pada kesempatan ini, yaitu bahwa seorang da’i yang jujur tidak sepatutnya menahan dirinya dari meneruskan dakwahnya kendati melemahnya antusiasme para jamaah, serta sedikitnya jumlah orang-orang yang hadir dalam kajian dan nasehatnya. Sebagai panutan dalam kondisi seperti itu adalah apa yang dikatakan Allah Ta’ala terhadap Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam: اِنْ عَلَيْكَ اِلَّا الْبَلاَغُ Artinya: “Tidak ada kewajibanmu melainkan menyampaikan saja.”

Selengkapnya: Nabi yang Tidak Memiliki Pengikut

Bahaya Sifat-sifat Munafik

Informasi Artikel ini:
Penulis: admin-alquransunnah
Dipublikasikan: 08 January 2020
Dibaca: 4752

munafikJika seorang mukmin selalu mengingat nash-nash tentang orang-orang munafik dan apa yang disiapkan Allah bagi mereka berupa penyingkapan skandal di dunia, kesengsaraan di alam barzakh serta azab di akhirat, dijauhkan dari rahmat Allah, dan kekal di neraka, maka semua itu akan menggiringnya pada kebencian terhadap jalannya orang munafik, sehingga Allah menjaganya dari keburukan mereka dan menyelamatkannya.

Jika manusia mengetahui bahwa nifak kecil –yaitu nifak amal- walaupun nifak kecil ini tidak mengeluarkannya dari Islam, namun hal itu menjadi tanda dan bukti akan lemahnya iman empunya. Bahkan boleh jadi hal itu akan menggiringnya terjerumus dalam nifak besar, yaitu keyakinan. Semoga Allah melindungi kita darinya.

Tidak mendengarkan lagu-lagu

Sebagian orang mengira bahwa mendengarkan lagu adalah sumber kebahagiaan, dan kesenangannya. Dengan lagu-lagu itu mereka berusaha untuk melupakan penatnya hidup, dan mereka tidak dapat merasakan dampak buruknya serta tidak mengetahui bahwa itu dapat merusak hatinya, bagaimana tidak? Sungguh lagu-lagu itu adalah perkara yang diharamkan Allah dan dikategorikan dalam perkara sia-sia dan batil.

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَشْتَرِي لَهْوَ الْحَدِيثِ لِيُضِلَّ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ وَيَتَّخِذَهَا هُزُواً أُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ مُهِينٌ

“dan di antara manusia ada yang membeli perkataan sia-sia demi untuk menyesatkan manusia dari jalan Allah tanpa ada ilmu, dan menjadikannya bahan ejekan, sungguh bagi mereka azab yang hina.” (Luqman: 6)

Selengkapnya: Bahaya Sifat-sifat Munafik

Apa dan Siapa Salaf itu?

Informasi Artikel ini:
Penulis: Ustadz Dr. Sofyan Basweidan, MA
Dipublikasikan: 08 January 2020
Dibaca: 4490

salafKata ‘salaf’ secara bahasa berarti sesuatu yang telah lampau. Berikut ini kami nukilkan definisi ‘salaf’ dari beberapa kamus bahasa Arab yang kredibel [1]) ;

Ibnul Atsir –rahimahullah– mengatakan:

وَقِيْلَ سَلَفُ الإِنْسَانِ مَنْ تَقَدَّمَهُ بِالْمَوْتِ مِنْ آبَائِهِ وَذَوِي قَرَابَتِهِ وَلِهَذَا سُمِّيَ الصَّدْرُ الأَوَّلُ مِنْ التَّابِعِينَ السَّلَفَ الصَّالِحَ. {النهاية في غريب الأثر – (ج 2 / ص 981)}

“Salaf seseorang juga diartikan sebagai siapa saja yang mendahuluinya (meninggal lebih dahulu), baik dari nenek moyang maupun sanak kerabatnya. Karenanya, generasi pertama dari kalangan tabi’in dinamakan As Salafus Shaleh” [2])

Perhatikanlah firman-firman Allah berikut:

“Dan janganlah kamu kawini wanita-wanita yang telah dikawini oleh ayahmu, terkecuali pada masa yang telah lampau…” (Q.S. An Nisa’:22).

Katakanlah kepada orang-orang yang kafir itu :”Jika mereka berhenti (dari kekafirannya), niscaya Allah akan mengampuni mereka tentang dosa-dosa mereka yang sudah lalu; dan jika mereka kembali lagi sesungguhnya akan berlaku (kepada mereka) sunnah (Allah terhadap) orang-orang dahulu” (Q.S. Al Anfal:38).

Jadi, ‘Salaf ’ artinya mereka yang telah berlalu. Sedangkan kata ‘shaleh’ artinya baik. Maka ‘As Salafus Shaleh’ maknanya secara bahasa ialah setiap orang baik yang telah mendahului kita. Sedangkan secara istilah, maknanya ialah tiga generasi pertama dari umat ini, yang meliputi para sahabat, tabi’in, dan tabi’ut tabi’in.

Selengkapnya: Apa dan Siapa Salaf itu?

  • Keburukan Perayaan Tahun Baru
  • Hukum Mengucapkan Selamat Natal
  • Keutamaan Mempelajari dan Menyampaikan Hadits-hadits Rasulullah ﷺ
  • Kisah Kekuatan Do'a Orang Tua Terhadap Anaknya
  • Masuk Surga Meskipun Amalnya Sedikit
  • E-book: Kunci-kunci Sukses Rumah Tangga Bahagia
  • Mustajabnya Do'a Seorang Budak
  • Kaidah Fiqh dalam Memilih

Halaman 54 dari 212

  • 49
  • 50
  • 51
  • 52
  • 53
  • 54
  • 55
  • 56
  • 57
  • 58