Metode Memahami Islam dengan benar

Informasi Artikel ini:
Penulis: admin-alquransunnah
Dipublikasikan: 05 Desember 2010
Dibaca: 14750

Al-Qur'anAllah 'Azza wa Jalla telah berfirman dalam surat Al-Maidah 3, yang artinya: "Pada hari ini telah Ku sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikamat-Ku dan telah Ku ridhai islam sebagai agamamu."

Ibnu Katsir dalam mengomentari ayat ini mengatakan, bahwa ini (islam) adalah nikmat terbesar Allah 'Azza wa Jalla atas ummat ini, dimana Allah 'Azza wa Jalla telah menyempurnakan agama ini untuk mereka. Maka mereka tidak lagi membutuhkan agama lagi selain islam dan kepada nabi selain Rasulullah shalallohu'alaihi wasallam. Oleh karena itu Allah 'Azza wa Jalla telah menjadikan Muhammad shalallohu'alaihi wasallam sebagai penutup para nabi dan mengutus beliau shalallohu'alaihi wasallam kepada manusia dan jin. Maka tidak ada lagi penghalalan kecuali apa-apa yang telah beliau halalkan, dan tidak ada lagi pengharaman kecuali apa-apa yang telah beliau shalallohu'alaihi wasallam haramkan, dan tidak ada lagi yang merupakan bagian dari agama kecuali dengan apa-apa yang beliau syari'atkan. Semua yang beliau shalallohu'alaihi wasallam sampaikan adalah benar dan tidak ada kedustaan sedikitpun.

Dengan ayat ini pula Allah 'Azza wa Jalla telah menyempurnakan iman seseorang mukmin sehingga mereka tidak lagi membutuhkan penambahan atau pengurangan terhadap syari'at agama ini selamanya.

Kalau hal ini dipegang oleh seorang muslim, niscaya tidak akan muncul berbagai bid'ah dan perpecahan dalam agama ini yang menyebabkan kita memahami islam tidak seperti apa yang dikehendaki oleh Allah 'Azza wa Jalla dan RasulNya shalallohu'alaihi wasallam.

Selanjutnya akan muncul pertanyaan, bagamana manhaj (metode) dalam mempelajari, memahami dan mengamalkan Islam secara benar? Jawabannya adalah jika manhaj atau metode yang kita tempuh sesuai dengan hal-hal berikut ini:

Selengkapnya: Metode Memahami Islam dengan benar

Al Ibanah : Kupas Tuntas Penyimpangan Aqidah Al Asy'ariyah

Informasi Artikel ini:
Penulis: admin-alquransunnah
Dipublikasikan: 04 Desember 2010
Dibaca: 16836

al-ibanah

Al Ibanah : Kupas Tuntas Penyimpangan Aqidah Al Asy'ariyah
Judul asli : Al-Ibaanah 'An Ushulud Diyaanah
Penulis : Imam Abul Hasan Al Asy'ari
Taqdim : Syaikh Hammad bin Muhammad Al Anshari, Syaikh Isalamil Al Anshari, Syaikh Abdul Aziz bin Baaz
Fisik : buku ukuran sedang, softcover, 242 hal
Penerbit : pustaka at Tibyan

ibanah-book

Mayoritas kaum muslimin yang berada di berbagai belahan negeri Islam menisbatkan aqidah mereka kepada Abul Hasan Al-Asy'ary. Namun sangat disayangkan, mereka tidak mengenal sedikitpun tentang Abul Hasan dan juga tidak mengetahui aqidah terakhir yang beliau yakini yang menjadikan diri beliau termasuk dalam deretan imam-imam yang menjadi panutan. Kami ingin menerangkan kepada mereka hakikat sebenarnya tentang imam yang tidak diketahui oleh kebanyakan orang-orang yang menisbatkan diri mereka kepada beliau dan berpegang dengan aqidah beliau berdasarkan literatur muktabar yang telah diteliti.

Siapa Abul  Hasan Al-Asy'ary?
Beliau adalah Ali bin Ismail bin Ishaq bin Salim bin Ismail bin Abdullah bin Musa bin Abi Burdah bin Abu Musa Al-Asy'ary -rahimahulloh-
Lahir pada tahun 260 H. Identitas ini disebutkan oleh :
Abul Qasim Ali bin Hasan bin Hibatullah bin 'Asaakir Ad-Dimasyqy [imam ibnu asaakir asy syafii]  dalam kitabnya Tabyiinul Kidzbil Muftari Fima Nusiba Ila Abil  Hasan Al-Asy'ary, Khathib Al-Baghdady dalam kitab Tarikh Baghdaady, Ibnu Khalkan dalam Wafayaatul A'ay an, Adz-Dzahaby dalam Tarikh Islam, Ibnu Katsir dalam Al-Bidayah wan Nihayah dan Thabaqaatul Asy-Syaafi'iyah, Taajuddin As-Subki dalam ThabaqaatulAsy-Syaafl'iyah Kubra, Ibnu Farhun Al-Maaky dalam Dibadzul Madzhab Fi Al-A'yaanil AhliI Madzhab, Murtadha Az-Zubaidy dalam Itthaafus Saadatul Mutqin bt Syarh Asrar Ihya 'Ulumuddtn, Ibnul Ammar Al-Hanbali dalam Syadzraat Adz-Dzahab fi Al-A'yaani min Dzahab dan lain-lain.

Imam Abul Hasan Al-Asy'ary datang ke kota Baghdad dan mengambil hadits dari Al-Hafizh Zakariya bin Yahya As-Saajy [Salah seorang murid Imam Ahmad bin Hanbal] salah seorang imam hadits dan fiqh, dari Abi Khalifah Al-Jumahi, Sahl bin Sarh, Muhammad bin Ya'qub al-Muqry dan Abdurrahman bin Khalaf Al-Bashry. Beliau banyak meriwayatkan dari mereka dalam kitab tafsir beliau berjudul Al-Mukhtazin. Beliau juga mengambil ilmu kalam dari gurunya yaitu suami ibunya yang bernama Abi Ali Al-Jubba'i, salah seorang tokoh Mu'tazilah.

Abu Bakar Ahmad bin Ali bin Tsabit yang dikenal dengan sebutan Al-Khathib Al-Baghdady wafat tahun 463 H dalam tarikhnya yang terkenal, tarikh al Baghdadi  juz 10 halaman 346 berkata, "Abul Hasan Al-Asy'ary adalah pemilik berbagai kitab yang membantah kaum mulhid dan lain-lainnya dari kalangan Mu'tazilah, Rafidhah, Jahmiyah, Khawarij dan berbagai kelompok bid'ah lainnya.".... kemudian beliau mengatakan, "Pada waktu itu kaum Mu'tazilah sedang berjaya hingga Alloh Subhanahu Wa Ta'ala  memunculkan Abul Hasan Al-Asy'ary yang akhirnya menghujat mereka hingga tak berkutik."
Ibnu Farhun berkata dalam kitab Ad-Dibaj, "Abu Muhammad bin Abi Zaid Al-Qiruwany dan imam-imam lainnya memberi pujian terhadap Abul Hasan Al-Asy'ary."

Selengkapnya: Al Ibanah : Kupas Tuntas Penyimpangan Aqidah Al Asy'ariyah

Ulama Pewaris Para Nabi

Informasi Artikel ini:
Penulis: Al Ustadz Abu Usamah bin Rawiyah An Nawawi
Dipublikasikan: 04 Desember 2010
Dibaca: 73202

Ulama PEwaris Para NabiDi samping sebagai perantara antara diri-Nya dengan hamba-hamba-Nya, dengan rahmat dan pertolongan-Nya, Allah Subhanahu wa Ta'ala juga menjadikan para ulama sebagai pewaris perbendaharaan ilmu agama. Sehingga, ilmu syariat terus terpelihara kemurniannya sebagaimana awalnya. Oleh karena itu, kematian salah seorang dari mereka mengakibatkan terbukanya fitnah besar bagi muslimin.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mengisyaratkan hal ini dalam sabdanya yang diriwayatkan Abdullah bin ‘Amr ibnul ‘Ash, katanya: Aku mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ اللهَ لاَ يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعاً يَنْتَزِعُهُ مِنَ الْعِباَدِ، وَلَكِنْ بِقَبْضِ الْعُلَماَءِ.

حَتَّى إِذَا لَمْ يُبْقِ عاَلِماً اتَّخَذَ النَّاسُ رُؤُوْساً جُهَّالاً فَسُأِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا

“Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu dengan mencabutnya dari hamba-hamba. Akan tetapi Dia mencabutnya dengan diwafatkannya para ulama sehingga jika Allah tidak menyisakan seorang alim pun, maka orang-orang mengangkat pemimpin dari kalangan orang-orang bodoh. Kemudian mereka ditanya, mereka pun berfatwa tanpa dasar ilmu. Mereka sesat dan menyesatkan.” (HR. Al-Bukhari no. 100 dan Muslim no. 2673)

Ibnu Rajab Al-Hambali rahimahullah mengatakan: Asy-Sya’bi berkata: “Tidak akan terjadi hari kiamat sampai ilmu menjadi satu bentuk kejahilan dan kejahilan itu merupakan suatu ilmu. Ini semua termasuk dari terbaliknya gambaran kebenaran (kenyataan) di akhir zaman dan terbaliknya semua urusan.”

Di dalam Shahih Al-Hakim diriwayatkan dari Abdullah bin ‘Amr secara marfu’ (riwayatnya sampai kepada Rasulullah): “Sesungguhnya termasuk tanda-tanda datangnya hari kiamat adalah direndahkannya para ulama dan diangkatnya orang jahat.” (Jami’ul Ulum wal Hikam, hal. 60)

Selengkapnya: Ulama Pewaris Para Nabi

  • Kesalahan Pakaian untuk Sholat
  • Kekeliruan dalam Menyambut Awal Tahun Baru Hijriyah
  • Audio Kajian: Kumpulan Ibroh dalam Menggapai Hidayah
  • Khutbah Jum'at: Nikmat dan Adzab Kubur
  • Biografi Imam Bukhari
  • Audio Kajian: Bahasan Tuntas Ruqyah Syar’iyyah
  • E-book : Al-Bidayah Wan Nihayah
  • E-book: Tafsir Ibnu Katsir (Salah Satu Kitab Tafsir Al Qur'an Terbaik)

Halaman 146 dari 200

  • 141
  • 142
  • 143
  • 144
  • 145
  • 146
  • 147
  • 148
  • 149
  • 150