14. Syarat Diterimanya Ibadah
21 Okt 2011- Details
- Penulis: admin4
- Dibaca: 4557 kali.
Agar bisa diterima, ibadah disyaratkan harus benar. Dan ibadah itu tidak benar kecuali dengan ada syarat:
1. Ikhlas karena Allah semata, bebas dari syirik besar dan kecil.
2. Sesuai dengan tuntunan Rasul Shallallaahu alaihi wa Salam .
Syarat pertama adalah konsekuensi dari syahadat laa ilaaha illa-llah, karena ia mengharuskan ikhlas beribadah hanya untuk Allah dan jauh dari syirik kepadaNya. Sedangkan syarat kedua adalah konsekuensi dari syahadat Muhammad Rasulullah, karena ia menuntut wajibnya ta’at kepada Rasul, mengikuti syari’atnya dan meninggalkan bid’ah atau ibadah-ibadah yang diada-adakan.
Allah Subhannahu wa Ta’ala berfirman: “(Tidak demikian) bahkan barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan, maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (Al-Baqarah: 112)
Aslama wajhahu (menyerahkan diri) artinya memurnikan ibadah kepada Allah. Wahuwa muhsin (berbuat kebajikan) artinya mengikuti RasulNya Shallallaahu alaihi wa Salam.
Syaikhul Islam mengatakan: “Inti agama ada dua pokok yaitu kita tidak menyembah kecuali kepada Allah, dan kita tidak menyembah kecuali dengan apa yang Dia syariatkan, tidak dengan bid’ah.” Sebagaimana Allah Subhannahu wa Ta’ala berfirman: “Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya.” (Al-Kahfi: 110)
Yang demikian adalah manifestasi (perwujudan) dari dua kalimat syahadat Laa ilaaha illallah dan Muhammad Rasulullah. Pada yang pertama, kita tidak menyembah kecuali kepadaNya. Pada yang kedua, bahwasanya Muhammad adalah utusanNya yang menyampaikan ajaranNya. Maka kita wajib membenarkan dan mempercayai beritanya serta menta’ati perintahnya. Beliau telah menjelaskan bagaimana cara kita beribadah kepada Allah, dan beliau melarang kita dari hal-hal baru atau bid’ah. Beliau mengatakan bahwa bid’ah itu sesat.
*(Al-Ubudiyah, hal. 103; ada dalam Majmu’ah Tauhid, hal. 645.)
Artikel Sesudahnya
- 19. Buah Tarbiyah Tauhid Asma’ Wa Sifat Pada Diri Individu Dan Masyarakat - 21/10/2011 13:15
- 18. Asma’ Husna Dan Sifat Kesempurnaan, Serta Pendapat Golongan Sesat Berikut Bantahannya - 21/10/2011 13:06
- 17. Makna Tauhid Asma’ Wa Sifat Dan Manhaj Salaf Di Dalamnya - 21/10/2011 13:05
- 16. Tingkatan Dien - 21/10/2011 13:03
- 15. Pilar-Pilar Ubudiyah Yang Benar - 21/10/2011 13:02
Artikel Sebelumnya
- 13. Paham-Paham Yang Salah Tentang Pembatasan Ibadah - 21/10/2011 12:59
- 12. Ibadah: Pengertian, Macam Dan Keluasan Cakupannya - 21/10/2011 12:57
- 11. Tasyri’ - 21/10/2011 12:56
- 10. Makna Syahadatain, Rukun, Syarat, Konsekuansi Dan Yang Membatalkannya - 21/10/2011 12:54
- 9. Makna Tauhid Uluhiyah, Dan Bahwa Ia Adalah Inti Dakwah Para Rasul - 21/10/2011 12:49