SUNGAI-SUNGAI DI SURGA
١١٠ - ÓóíúÍóÇäõ æóÌóíúÍóÇäõ
æóÇáúÝõÑóÇÊõ æóÇáäøóíúáõ ßõáøñ ãöäú ÃóäúåóÇÑö ÇáúÌóäøóÉö
“Sihan, JIhan, Eufrat
dan Nil, semua adalah dari sungai-sungai surga.”
Hadits
ini diriwayatkan oleh Imam Muslim (8/149), Ahmad (2/289-440), Abubakar Al-Abhari dalam Al-Fawaid Al-Muntaqat (143/1)
dan Al-Khatib (54-55) jaulur Al-Hafs bin Ashim, dari Abi Hurairah
secara marfu’.
Hadits itu juga mempunyai jalur lain
dengan lafazh:
١١١ - ÝóÌóÑóÊú
ÃóÑúÈóÚóÉõ ÃóäúåóÇÑò ãöäó ÇáúÌóäøóÉö ÇáúÝõÑóÇÊõ æóÇáäøöíúáõ æóÇáÓøóíúÍóÇäõ æóÌóíúÍóÇäõ
“Lalu
mengalirlah empat sungai dari surga: Eufrat, Nil, Sihan dan Jihan.”
Hadits
ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad (2/261), Abu Ya’la
dan Musnad-nya (4/1416, terdaftar dalam Maktab
Islami) dan Al-Khathib
dalam Tarikh-nya (1/44, 8/15) dari Muhamad bin Amr dari Salamah dari
Abu Hurairah secara marfu’.
Hadtis ini sanadnya hasan.
Ia
juga mempunyai jalur yang ketiga, dikeluarkan oleh Al-Khathib
(1/54) dari jalur Idris Al-Audi yang diperoleh dari
ayahnya secara marfu’, ringkas dengan lafazh:
äóåúÑóÇäö
ãöäó ÇáúÌóäøóÉö Çáäøóíúáõ æó ÇáúÝõÑóÇÊõ
“Dua
sungai dari surga Nil dan Eufrat.”
Idris ini adalah majhul (tidak dikenal) dijelaskan
dalam At-Taqib.
Hadits
ini juga memilihi syahid
(hadits pendukung) dari hadits Anas bin Malik secara marfu’ dengan lafazh:
١١٢ - ÑõÝöÚóÊú
áöí ÓöÏúÑóÉõ ÇáúãõäúÊóåóì Ýóí ÇáÓøóãóÇÁö ÇáÓøóÇÈöÚóÉö äóÈöÞóåóÇ ãöËúáõ ÞõáÇóáö
åóÌóÑó æóæóÑóÞõåóÇ ãóËúáõ ÂÐóÇäó ÇáúÝóíúáóÉö íóÎúÑõÌõ ãöäú ÓóÇÞöåóÇ äóåúÑóÇäö ÙóÇåöÑóÇäö
æóäóåúÑóÇäö ÈóÇØöäóÇäö ÝóÞõáúÊõ íóÇ ÌöÈúÑöíúáõ ãóÇ åٰÐóÇäö ¿ ÞóÇáó ÃóãøóÇ
ÇáúÈóÇØöäóÇäö ÝóÝöí ÇáúÌóäøóÉö æóÃóãøóÇ ÇáÙøóÇåöÑóÇäö ÝóÇáäøöíúáõ æöÇáúÝõÑóÇÊõ
“Aku
dinaikkan ke Shidratil-Muntaha di langit ke tujuh.
Buahnya seperti kendi yang indah, dan daunnya seperti
telinga gajah. Dari batangnya keluar dua sungai dhahir
dan dua sungai batin. Kemudian aku bertanya, “Wahai Jibril, apakah keduanya
ini?” Dia menjawab, “Adapun dua yang batin itu ada di surga sedangkan dua yang dhahir itu adalah Nil dan Eufrat.”
Hadits
ini diriwayatkan oleh Ahmad (3/164): “Bercerita kepdaku
Abdurrazaq: “Bercerita kepadaku Mu’ammar,
dari Qatadah dari Anas bin Malik secara marfu’.”
Saya
berkata: Hadits ini sanadnya shahih menurut syarat Bukhari-Muslim. Al-Bukhari mentakhrijnya secara mu’allaq
(perawi selain sahabat ada yang gugur). Kemudian
dia berkata: “Dan Abdurrazaq mengatakan Ibrahim bin Thuhman dari Syu’bah dari
Qatadah/ Dan sungguh Al-Bukhari (3/30-33), juga Imam Muslim (1/103-105), Abu Awamah (1/120-124), Imam Nasa’i
(1/75-77) dan juga Imam Ahmad (2/207-208 dan 208-210) menyambung hadits
tersebut yang diambil dari berbagai jalur yang berasal dari Qatadah, dari Anas, dari Malik bin Sha’sha’ah
secara marfu’ (disambung) dengan hadits Isra’ secara
lengkap dimana di dalamnya terdapat hadits di atas. Kemudian mereka memasukkan
hadits tersebut ke dalam musnad Malik bin Sha’sha’ah.
Inilah yang benar.
Kemudian saya dapati bahwa Al-Hakim
mengeluarkan hadits itu (1/81) dari jalur Ahmad, dia menilai:
“Hadits ini shahih sesuai dengan
syarat Bukhari-Muslim.” Penilaian tersebut disepakati oleh Adz-Dzahabi.
Kemudian Al-Hakim juga mengeluarkannya
dari jalur Hafsh Ibnu Abdullah yang menceritakan,
“Telah bercerita kepadaku Ibrahim bin Thahman.”
Mungkin yang dimaksudkan hadits ini
adalah bahwa asal sungai tersebut dari surga seperti halnya asal manusia yang
juga dari surga. Sehingga hadits ini tidak menafikan suatu kenyataan bahwa
sungai-sungai itu berasal dari tempat sumbernya yang ada di bumi. Jika makna
hadits ini tidak demikian atau semisalnya, maka jelas hadits ini termasuk dari
perkara-perkara ghaib yang kita wajib mempercayainya dan membenarkan orang yang mengabarkannya. Allah I telah berfirman:
ÝóáÇ æóÑóÈöøßó áÇ íõÄúãöäõæäó ÍóÊóøì
íõÍóßöøãõæßó ÝöíãóÇ ÔóÌóÑó Èóíúäóåõãú Ëõãóø áÇ íóÌöÏõæÇ Ýöí ÃóäúÝõÓöåöãú
ÍóÑóÌðÇ ãöãóøÇ ÞóÖóíúÊó æóíõÓóáöøãõæÇ ÊóÓúáöíãðÇ
“Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga
mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan,
kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang
kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (QS An-Nisa :
65).
****
As-Shahihah Online melalui www.alquran-sunnah.com |