Panduan Lengkap Membenahi Akidah Berdasarkan Manhaj Ahlussunnah Wal Jama’ah

Informasi Artikel ini:
Penulis: admin-alquransunnah
Dipublikasikan: 12 January 2020
Dibaca: 8380

Judul: Panduan Lengkap Membenahi Akidah Berdasarkan Manhaj Ahlussunnah Wal Jama’ah | Judul Asal (‘Arab): Al-Irsyad ila Shahih al-I’tiqod wa ar-Rad ala Ahli asy-Syirki wa al-Ilhad | Penulis/Penyusun: Syaikh Dr. Soleh bin Fauzan Al-Fauzan | Tahqiq/Takhrij: - | Penterjemah: Izzudin Karimi | Penerbit: Darul Haq| Berat: 870g| Muka Surat: 512 m/s. (Hard cover) | Ukuran buku: 24.5cm (tinggi) x 16.2cm (lebar) x 2.7cm (tebal) | ISBN: 978-979-1254-98-4 |

Panduan Lengkap Membenahi AkidahDi antara para ulama yang merupakan anugerah Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada kaum Muslimin di zaman ini adalah Yang Mulia Syaikh Al-‘Allamah Dr. Soleh bin Fauzan Bin ‘Abdullah Al-Fauzan, semoga Allah menjaga dan melindungi beliau, memanjangkan umurnya dalam ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Beliau terus dan sentiasa mendidik kaum Muslimin di bidang akidah dan hukum-hukum Agama, membimbing kepada keluhuran dan kemuliaan akhlak, melalui pelajaran-pelajaran yang menenangkan jiwa, syarah-syarah yang menarik perhatian, dengan metode bahasa ilmiah yang indah, didukung pula dengan dalil-dalil dari Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Perkara ini tentunya dapat dirasakan oleh orang-orang yang memperhatikan fatwa-fatwa beliau yang penuh dengan keberkahan, yang beliau keluarkan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan tingkatan ilmiyah yang baik, dan di sela-sela jawabannya beliau sisipkan faedah-faedah yang bermanfaat dan berharga.

Syaikh telah menulis banyak buku yang telah ditulis dengan baik, beliau menyusunnya dengan sangat baik, menggunakan bahasa yang tinggi dan penjelasan yang bagus, mudah dicerna dan jelas tutur penyampaiannya.

Buku ini, Al-Irsyad ila Shahih al-I’tiqod wa ar-Rad ala Ahli asy-Syirki wa al-Ilhad adalah merupakan salah satu karya Syaikh yang mulia. Asalnya adalah merupakan kuliah-kuliah pengajian ilmiyah yang disiarkan di salah satu radio Al-Qur’an Al-Karim di Kerajaan Saudi ‘Arabia, dengannya beliau telah meninggalkan kesan positif di kalangan pendengarnya. Maka hal ini pun mendorong sebahagian saudara yang mencintai kebaikan, meminta Syaikh berkenan untuk menyusunkan dalam sebuah buku, tujuannya adalah agar manfaatnya mampu dipetik oleh kaum Muslimin melalui pembacaan, sebagaimana mereka telah memetik manfaatnya dengan menyimaknya secara langsung. Syaikh pun merespon baik permintaan tersebut dan Allah memudahkan pihak penerbit menyebarkan kandungan pengajian beliau tersebut dalam sebuah buku yang alhamdulillah, Allah Ta’ala menjadikannya bermanfaat bagi kaum Muslimin.

Selengkapnya: Panduan Lengkap Membenahi Akidah Berdasarkan Manhaj Ahlussunnah Wal Jama’ah

Larangan Meniru Orang Kafir

Informasi Artikel ini:
Penulis: Ditulis oleh Al-Ustadz Abu Usamah Abdurrahman
Dipublikasikan: 12 January 2020
Dibaca: 7708

tasyabbuhIslam dengan konsep, aturan, dan jalannya telah meletakkan jurang pemisah antara kekafiran dan keimanan, kesyirikan dan ketauhidan, kebatilan dan kebenaran, kebid’ahan dan sunnah. Jurang pemisah ini sesungguhnya menjadi ujian besar bagi manusia dalam hidup. Maukah mereka tunduk pada aturan itu atau mereka lebih memilih kebebasan dari semua tuntutan itu? Islam, sebagai agama yang telah disempurnakan, menjunjung tinggi nilai-nilai ketinggian dan kesakralan, melindungi kehormatan, darah, dan harta benda manusia. Islam sebagai agama yang penuh kasih sayang mengajak orang-orang kafir untuk meninggalkan agama mereka dan masuk ke dalam Islam. Islam pun mengobarkan peperangan kepada siapa pun yang menolak dan memeranginya. Jurang pemisah ini menjadi lampu merah bagi kaum muslimin dan mukminin agar tidak meniru gaya hidup orangorang kafir, musyrik, dan ahlul batil.

أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آمَنُوا أَن تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ الْحَقِّ وَلَا يَكُونُوا كَالَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِن قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الْأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ ۖ وَكَثِيرٌ مِّنْهُمْ فَاسِقُونَ

“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka). Janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan al-Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.” (al- Hadid: 16)

 

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah menjelaskan, “Kalimat: Dan jangan mereka seperti ahli kitab, ini adalah larangan yang bersifat mutlak dalam hal meniru mereka. Ayat ini lebih khusus menekankan larangan menyerupai mereka dalam hal kekerasan hati. Kerasnya hati adalah salah satu buah kemaksiatan.” (Iqtidha’ ash-Shirathil Mustaqim hlm. 81)

Berita yang Pasti, Umat Ini Pasti Meniru Mereka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam telah memberitakan,

لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ مَنْ قَبْلَكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ سَلَكُوا جُحْرَ ضَبٍّ لَسَلَكْتُمُوهُ قُلْنَا: يَا رَسُولَ اللهِ، الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى؟ قَالَ فَمَنْ؟

“Sungguh, kalian akan mengikuti langkah orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal, dan sehasta demi sehasta. Kalaupun mereka menempuh jalur lubang dhabb (binatang sejenis biawak), niscaya kalian akan menempuhnya.” Kami mengatakan, “Ya Rasulullah, apakah jalan orang-orang Yahudi dan Nasrani?” Beliau menjawab, “Siapa lagi kalau bukan mereka?” (HR. al-Bukhari no. 3197 dan Muslim no. 4822 dari sahabat Abu Sa’id al- Khudri radhiyallahu ‘anhu)

Selengkapnya: Larangan Meniru Orang Kafir

13 Waktu yang Mustajab untuk Berdo'a

Informasi Artikel ini:
Penulis: Yulian Purnama, S.Kom -  www.muslim.or.id
Dipublikasikan: 10 January 2020
Dibaca: 6361

doa copySungguh berbeda Allah Subhanahu Wa Ta’ala dengan makhluk-Nya. Dia Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Lihatlah manusia, ketika ada orang meminta sesuatu darinya ia merasa kesal dan berat hati. Sedangkan Allah Ta’ala mencintai hamba yang meminta kepada-Nya. Sebagaimana perkataan seorang penyair:

الله يغضب إن تركت سؤاله  وبني آدم حين يسأل يغضب

“Allah murka pada orang yang enggan meminta kepada-Nya, sedangkan manusia ketika diminta ia marah”

Ya, Allah mencintai hamba yang berdoa kepada-Nya, bahkan karena cinta-Nya Allah memberi ‘bonus’ berupa ampunan dosa kepada hamba-Nya yang berdoa. Allah Ta’ala berfirman dalam sebuah hadits qudsi:

يا ابن آدم إنك ما دعوتني ورجوتني غفرت لك على ما كان منك ولا أبالي

“Wahai manusia, selagi engkau berdoa dan berharap kepada-Ku, aku mengampuni dosamu dan tidak aku pedulikan lagi dosamu” (HR. At Tirmidzi, ia berkata: ‘Hadits hasan shahih’)

Sungguh Allah memahami keadaan manusia yang lemah dan senantiasa membutuhkan akan Rahmat-Nya. Manusia tidak pernah lepas dari keinginan, yang baik maupun yang buruk. Bahkan jika seseorang menuliskan segala keinginannya dikertas, entah berapa lembar akan terpakai.

Selengkapnya: 13 Waktu yang Mustajab untuk Berdo'a

  • Nabi yang Tidak Memiliki Pengikut
  • Bahaya Sifat-sifat Munafik
  • Apa dan Siapa Salaf itu?
  • Keburukan Perayaan Tahun Baru
  • Hukum Mengucapkan Selamat Natal
  • Keutamaan Mempelajari dan Menyampaikan Hadits-hadits Rasulullah ﷺ
  • Kisah Kekuatan Do'a Orang Tua Terhadap Anaknya
  • Masuk Surga Meskipun Amalnya Sedikit

Halaman 53 dari 212

  • 48
  • 49
  • 50
  • 51
  • 52
  • 53
  • 54
  • 55
  • 56
  • 57