Nama Syaikh Abdul Qadir al-Jailani telah lama dikenal oleh umumnya kaum Muslimin di negeri kita ini, akan tetapi kebanyakan cerita atau keyakinan yang disandarkan kepada beliau adalah kedustaan dan kebohongan belaka, bahkan sebagiannya sampai kepada perbuatan syirik Akbar yang dapat mengeluarkan pelakunya dari agama Islam, padahal beliau berlepas diri dari semua itu. Terbukti bahwa Syaikh Abdul Qadir al-Jailani telah menetapkan apa yang menjadi ‘aqidah (keyakinan) beliau di dalam kitab-kitab yang telah beliau tulis langsung, seperti kitab al-Ghunyah dan yang lainnya.
Di mana dengan tegas beliau menyatakan bahwa beliau mengikuti apa yang telah ditetapkan oleh para ulama Salaf; Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Bahkan beliau pun mewasiatkan kaum Muslimin untuk mengikuti ‘aqidah tersebut. Siapa saja yang menginginkan bukti akan kebenaran hal ini, silahkan membaca risalah ringkas yang ada di tangan para pembaca ini, karena risalah ini ditulis secara khusus untuk membuktikan kebenaran bahwa Syaikh Abdul Qadir al-Jilani benar-benar telah mengikuti ‘aqidah para ulama Salaf; Ahlus Sunnah wal Jama’ah, selain itu risalah ini juga dilengkapi dengan biografi singkat Syaikh Abdul Qadir al-Jailani.
Ikuti kajian selengkapnya "Wasiat Emas dan ‘Aqidah Syaikh ‘Abdul-Qadir Jaelani" oleh Ustazd Abdul Hakim Abdat :
Penjelasan tentang Ketaatan kepada penguasa merupakan salah satu dari ushul aqidah ahlissunnah wal jamaah dan kapan kita memberontak?...
Allah Ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ أَطِيعُواْ اللّهَ وَأَطِيعُواْ الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ
“Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri (penguasa) di antara kalian.” (QS. An-Nisa`: 59)
Dari Ibnu Umar radhiallahu anhuma dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, bahwa beliau bersabda:
عَلَى الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ السَّمْعُ وَالطَّاعَةُ فِيمَا أَحَبَّ وَكَرِهَ إِلَّا أَنْ يُؤْمَرَ بِمَعْصِيَةٍ فَإِنْ أُمِرَ بِمَعْصِيَةٍ فَلَا سَمْعَ وَلَا طَاعَةَ
“Wajib atas setiap muslim untuk mendengar dan taat (kepada penguasa), baik pada sesuatu yang dia suka atau benci. Akan tetapi jika dia diperintahkan untuk bermaksiat, maka tidak ada kewajiban baginya untuk mendengar dan taat.” (QS. Al-Bukhari no. 7144 dan Muslim no. 1839)
Dari Abdullah bin Amr bin Al-Ash radhiallahu anhuma dia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
وَمَنْ بَايَعَ إِمَامًا فَأَعْطَاهُ صَفْقَةَ يَدِهِ وَثَمَرَةَ قَلْبِهِ فَلْيُطِعْهُ إِنْ اسْتَطَاعَ فَإِنْ جَاءَ آخَرُ يُنَازِعُهُ فَاضْرِبُوا عُنُقَ الْآخَرِ
“Dan barangsiapa yang berbaiat kepada seorang pemimpin (penguasa) lalu bersalaman dengannya (sebagai tanda baiat) dan menyerahkan ketundukannya, maka hendaklah dia mematuhi pemimpin itu semampunya. Jika ada yang lain datang untuk mengganggu pemimpinya (memberontak), penggallah leher yang datang tersebut.” (HR. Muslim no. 1844)
Sabar adalah akhlak yang sangat mulia. Ia menjadi hiasan para Nabi untuk menghadapi berbagai tantangan dakwah yang menghadang. Berhias diri dengan sabar hanyalah akan membuahkan kebaikan.
“Bersabarlah!”
Demikian perintah Allah terhadap Rasul-Nya Muhammad Sholallohu'alaihiwasallam di dalam Al Qur’an. Hal ini menunjukkan betapa besar kedudukan sabar kaitannya dengan keimanan kepada Allah dan kaitannya dengan perwujudan iman tersebut dalam kehidupan dan terlebih sebagai pemikul amanat dakwah. Tentu jika anda menyambut seruan tersebut niscaya anda akan berhasil sebagaimana berhasilnya Rasulullah, keberhasilan di dunia dan di akhirat. Allah berfirman:
“Maka bersabarlah kamu sebagaimana bersabarnya orang-orang yang memiliki keteguhan dari para rasul.” (Al Ahqaf: 35)
Sabarnya Ulul ‘Azmi
Siapakah yang dimaksud oleh Allah dengan ulul ‘azmi yang kita diperintahkan untuk mencontohnya?
1. Nabi Nuh ‘Alahi salam sebagai rasul yang pertama kali diutus ke muka bumi ini adalah salah satu dari ulul ‘azmi. Beliau diutus kepada kaum yang pertama kali menumbuhkan akar kesyirikan di muka bumi. Tahukah anda bagaimana besar tantangan yang dihadapi? Coba anda renungkan ketika seseorang ingin mencabut sebuah pohon yang sangat besar yang akarnya telah menjalar ke segala penjuru, sungguh betapa berat pengorbanannya. Allah sendiri telah memberitahukan kepada kita dengan firman-Nya:
“Dan demikianlah kami menjadikan bagi setiap para nabi seorang musuh dari syetan baik dari kalangan jin dan manusia.”(Al An’am: 112)
Yang dipilih pertama kali dari sederetan kaumnya yang menghadang dakwah beliau adalah keluarga yang paling dekat anak dan isterinya. Dengan perjuangan yang panjang dan berat, beliau dengan kesabaran bisa meraih kemenangan di dunia dan di akhirat. Allah mengatakan tentang beliau:
“Sesungguhnya dia adalah hamba-Ku yang bersyukur.” ( Al Isra’: 3)
Halaman 137 dari 200