Kategori Aktual
HAKEKAT YANG TERSEMBUNYI [1]
Oleh
Pustaka Al-Furqon Emirat
Bagian Kedua dari Tiga Tulisan 2/3
SAYYID QUTHUB BERPANDANGAN WIHDATUL WUJUD
Ketika menafsirkan surat Al-Ikhlas, Sayyid Quthub menyatakan :” Sesungguhnya Allah adalah satu-satunya yang ada, tidak ada hakekat kecuali hekekatNya, tidak ada yang wujud secara hakiki kecuali wujudNya, setiap wujud yang ada pasti bersumber dari wujud yang hakiki tersebut, sedangkan hakekatnya bersandar pada zat hakiki tersebut. Maka dialah satu-satunya pelaku, secara asal selainNya tidak bisa melakukan sesuatu atau melakukan kepada yang lain di dunia nyata ini. Inilah aqidah didalam hati dan juga tafsiran atas segala yang ada” [22]
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah menjawab pertanyaan tentang tafsir Fii Zhilalil Qur’an, diantara jawaban beliau : “Saya telah membaca penafsirannya terhadap suart Al-Ikhlas, dan sungguh dia (Sayyid Quthub) telah mengucapkan pendapat yang fatal, menyelisihi kesepakatan Ahlus Sunnah wal Jama’ah, karena tafsirannya terhadap surat Al-Ikhlas merupakan wihdatul wujud, demikian juga ketika dia menafsirkan al-istiwa (bersemayam) dengan berkuasa” [23]
PENAFSIRAN SAYYID QUTHUB TERHADAP AL-ISTIWA (BERSEMAYAM) DENGAN BERKUASA
Ketika penafsiran Sayyid Quthub sampai pada surat Thoha ayat 5.
“Ar-Rohman (Allah) bersemayam diatas Arsy”, dia menyatakan : “Dialah Al-Muhaimin (yang berkuasa) atas segenap alam, bersemayam diatas Arsy, adalah kiasan tentang puncak pengaruh dan kekuasaanNya” [24]
Syaikh Abdul Aziz bin Baaz rahimahullah mengomentari perkataan ini, seraya mengatakan : “Maknanya adalah pengingkaran kata bersemayam yang sudah dikenal, yaitu : tinggi diatas Arsy, dan ini adalah suatu kebatilan, yang menunjukkan bahwa Sayyid Quthub adalah seorang yang buruk lagi keliru dalam hal tafsir” [25]
MENSIFATI ALLAH SUBHANAHU WA TA'ALA DENGAN SIFAT MENOLEH[26]
Sayyid Quthub mengatakan :”Sesungguhnya Allah Yang Besar KemulianNya, Al-Aadhim, Al-Jabbar, Al-Qohhar, Al-Mutakkabir, Raja diraja atas segala sesuatu, sungguh bermurah hati dalam ketinggianNya, dan Dia menoleh kepada makhluk-makhluk, yang disebut insan (manusia) ini” [27]
SAYYID QUTHUB MENOLAK HADITS AHAD DALAM URUSAN AQIDAH
Sayyid Quthub berkata : “Dan hadits-hadits Ahad tidak bisa dipegangi dalam urusan aqidah, yang menjadi rujukan adalah Al-Qur’an” [28]
SAYYID QUTHUB MENGKAFIRKAN SEMUA MASYARAKAT ISLAM
[1]. Sayyid Quthub berkata : “Sesungguhnya, sekarang ini tidak ada satu negara atau masyarakat muslim pun dimuka bumi, kaidah berinteraksi dengan mereka adalah dengan syari’at Allah dan fiqih Islam” [29]
Makna perkataannya, bahwa negeriAl-Haramaian (Saudi Arabia) yang telah menerapkan syari’at Allah, bukan Negara Islam !!
[2]. Sayyid Quthub berkata : “Sesungguhnya kaum muslimin sekarang ini tidak berjihad ! hal itu dikarenakan kaum muslimin sekarang ini tidak ada …! Sesungguhnya permasalahan adanya Islam dan kaum muslimin adalah permasalahan yang perlu diobati sekarang ini” [30]
[3]. Sayyid Quthub berkata : “Sungguh, waktu terus berputar seperti ketika agama ini datang membawa kalimat Laa Ilaaha Illallah kepada manusia. Sungguh manusia telah murtad, beralih kepada peribadatan kepada para hamba dan kepada kedholiman berbagai agama, berpaling dari Laa Ilaaha Illallah, meskipun masih ada sekelompok orang yang memperdengarkan Laa Ilaaha Illallah dikala adzan …” [31]
[4]. Sayyid Quthub berkata : “Sesungguhnya masyarakat jahiliyah yang kita hidup di dalamnya sekarang ini bukanlah masyarakat muslim” [32]
SAYYID QUTHUB MENYELISIHI PARA ULAMA DALAM MENAFSIRKAN MAKNA LAA ILAAHA ILLALLAH
[1]. Sayyid Quthub berkomentar tentang surat Al-Qashash pada firman Allah :
“Artinya : Dan dialah Allah, tiada sesembahan selain Dia” [Al-Qashash : 70]
Sayyid Quthub menyatakan : “Maka tidak ada sekutu bagiNya, dalam hal penciptaan dan memilih” [33]
Disini Sayyid Quthub menafsirkan kalimat tauhid dengan tauhid rububiyah (ketuhanan), dan dia meninggalkan maknanya yang utama yaitu tauhid uluhiyah (peribadatan).
[2]. Sayyidh Quthub berkata : “Sesungguhnya termasuk perkara yang pasti dalam agama, bahwa tidak mungkin tegak aqidah seseorang didalam hatinya, dan dalam kenyataan sebagai agama, kecuali menusia bersaksi Laa ilaaha illallah, yaitu tiada hakim kecuali Allah, kehakiman yang terwujud dalam bentuk syari’at dan perintahNya” [34]
Sayyidh Quthub menafsirkan kalimat tauhid dengan tauhid hakimiyah saja.
SAYYID QUTHUB MENJADIKAN INTI PERSELISIHAN PADA PERMASALAHAN RUBUBIYYAH[35]
Sayyid Quthub menyatakan tentang tafsir surat Huud :”Permasalahan uluhiyah (ibadah) bukanlah ini perselisihan (kita dengan kaum musyrikin) (!!!), sesungguhnya permasalahan rububiyah (ketuhanan)-lah yang dihadapi oleh para Rosul terdahulu (!!!) dan itu pula yang dihadapi oleh Rosul terakhir” [36]
ISLAM MENURUT SAYYID QUTHUB ADALAH PENCAMPURAN ANTARA NASHRANI DAN KOMUNIS
Sayyid Quthub menyatakan : “Haruslah Islam itu menjadi hakim, karena Islam merupakan satu-satunya aqidah yang positif dan tumbuh, yang dibentuk dari agama Nashrani dan Komunis hingga menjadi suatu campuran yang sempurna, mengandung semua tujuan kedua aliran tadi, serta memberikan tambahan atas keduanya, sehingga menjadi seimbang, cocok dan adil” [37]
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah mengomentari perkataan ini dengan ucapan beliau : “Kita katakan kepadanya : Sesungguhnya agama Nashrani merupakan agama yang telah diganti-ganti dan dirubah-rubah oleh para ulama dan pendeta mereka, sedangkan Komunis adalah agama yang bathil (salah), tidak ada sumbernya dari agama-agamalangit. Adapun agama Islam,merupakan agama Allah Subhanahu wa Ta’ala diturunkan dariNya dan alhamdulillah tidak pernah diganti-ganti. Allah berfirman.
“Artinya : Sesungguhnya Kami-lah yang telah menurunkan Al-Qur’an,dan Kami-lah yang akan menjaganya” [Al-Hijr : 9]
Siapa saja yang mengatakan bahwa Islam merupakan pencampuran dari agama ini dan itu, maka mungkin saja dia bodoh tentang Islam, atau dia terpukau dengan kehebatan orang-orang kafir dari kalangan Nashrani dan Komunis” [38]
[Disalin dari Shuwar Minal Ghozwil Fikri, Inhirofaat Sayyid Quthub Al-Aqodiyah, diterjemahkan oleh Abu Zahroh Imam Wahyudi Lc, Majalah Adz-Dzakhiirah Al-Islamiyyah Edisi 24 Th.V Dzulqo’dah 1427H, Penerbit Ma’had Ali Al-Irsyad As-Salafy Surabaya]
_________
Foote Note
[1]. Dialihbashakan oleh Abu Zahroh Imam Wahyudi Lc dari bulletin terbitan Pustaka Al-Furqon Emirat, berjudul Shuwar Minal Ghozwil Fikri, Inhirofaat Sayyid Quthub Al-Aqodiyah
[22]. Fii Zhilalil Al-Qur’an (6/4002)
[23] Majalah Ad-Dakwah edisi 1591 pada 9/1/1418H
[24]. Fii Zhilalil Qur’an (4/2328)
[25]. Silahkan merujuk kepada kaset “Aqwalul Ulama Fi Muallafaat Sayyid Quthub” (komentar para ulama terhadap karangan-karangan Sayyid Quthub), terbitan tasjilat “Minhajus Sunnah” Swedi – Riyadh
[26].Sifat-sifat Allah harus berdasarkan atas Al-Qur’an dan Al-Hadits, tidak boleh ditetapkan dengan akal, lihat pembahasannya di Al-Qowa’id Al-Mutsla karya Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah.
[27]. Fii Zhilail Qur’an (6/3936)
[28]. Fii Zhilalil Qur’an (6/4008)
[29]. Idem (4/2122)
[30]. Idem (3/1634)
[31]. Idem (2/1057)
[32]. Idem (4/2009)
[33]. Idem (5/2707)
[34] Al-Adaalal Al-Ijtima’iyyah hal. 182
[35]. Padahal Allah berfirman : “Dan sesungguhnya kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan) : “Sembahlah Allah (saja) dan jauhilah Thaghut itu” [An-Nahl : 36] (-pent)
[36]. Fii Zhilalil Qur’an (4/1846)
[37]. Al-Ma’rokah hal. 61
[38]. Al-Awashim oleh Syaikh Dr Robi bin Hadi Al-Madkholy hafidhahullah hal.22
CHM Al-Manhaj Versi 3.8 Online melalui www.alquran-sunnah.com.