Nasihat Bagi Penuntut Ilmu

Informasi Artikel ini:
Penulis: Asy Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin rahimahulloh
Dipublikasikan: 16 May 2010
Dibaca: 7105

Kaidah Pertama : Bagaimana Engkau Bermuamalah dengan Kitab/Buku ?

Bermuamalah dengan kitab dapat dilakukan dengan beberapa cara :

1. Mengetahui isi materinya

Sehingga seorang dapat mengambil faedah darinya karena hal ini membutuhkan spesialisasi, sebab mungkin saja itu adalah kitab sihir, kitab yang berisi kebatilan dan semisalnya. Maka kita harus mengetahui terlebih dahulu isi materi kitab sehingga faedah darinya bisa diambil.

2. Mengetahui istilah-istilahnya

books-pileKarena mengetahui istilah akan lebih mengefektifkan waktu, dan inilah yang dilakukan para ulama di dalam pendahuluan kitab-kitab mereka. Misalnya kita mengetahui bahwa pengarang kitab Bulughul Maram, jika dia mengatakan muttafaq 'alaih, artinya diriwayatkan oleh Al Bukhori dan Muslim. Namun pengarang kitab Al Muntaqaa berbeda, jika dia mengatakan muttafaq 'alaih artinya diriwayatkan dari Ahmad, Al Bukhori dan Muslim. Demikian pula kitab-kitab fiqih, harus dibedakan antara dua (pendapat), dua pandangan, dua riwayat dan dua kemungkinan. Maka jika dikatakan dua riwayat artinya dari Ahmad, jika dua pandangan artinya dari para imam Madzab besar, sedangkan dua kemungkinan maksudnya adalah keraguan antara dua qaul (pendapat), dan dua qaul lebih umum dari itu semua. Demikian pula engkau perlu mengetahui -misalnya- jika pengarang kitab mengatakan "ijma'" artinya antara umat, jika dikatakan sepakat artinya antara tiga imam sebagaimana pengarang kitab Al Furu' dalam fiqih Hanabilah. Demikian pula imam madzhab lainnya, masing-masing memiliki istilah, maka engkau harus mengetahui istilah pengarang.

3. Mengetahui uslub (metode) dan ibarah (ungkapan/gaya bahasa)

Oleh karena itu engkau sering mengalami -jika sedang membaca kitab- ketika pertama kali membacanya, apalagi kitab-kitab ilmiyah yang penuh dengan ilmu, engkau pertama kali menemukan ungkapan yang memerlukan perhatian dan pemikiran tentang maknanya karena engkau belum terbiasa.

Ada hal lain di luar mu'amalah dengan kitab yaitu ta'liq (komentar) yang terdapat dalam catatan kaki atau catatan pinggir sebuah kitab. Ini pun wajib dimanfaatkan oleh penuntut ilmu. Bila membutuhkan satu masalah yang butuh penjelasan, dalil atau alasan yang khawatir akan lupa, maka dia harus memberi komentar, penulis akan memberikan komentar di catatan kaki atau catatan tepi. Kebanyakan manusia meluputkan faedah seperti ini, yang apabila dia memberikan komentar, hal ini tidak akan memakan waktu kecuali satu dua menit saja. Kemudian jika dia kembali untuk membaca ulang setelah jangka waktu yang lama, terkadang dia tidak menemukannya.

Maka penuntut ilmu wajib memperhatikan hal ini, terutama di kitab-kitab fiqih. Satu masalah beserta hukumnya yang engkau temukan di beberapa kitab yang membuatmu ragu dan tawaquf. Jika engkau menelaah kitab-kitab yang lebih luas dari kitab-kitab yang sedang engkau telaah akan engkau jumpai pendapat yang menjelaskan masalah tersebut. Maka engkau mesti memberi komentar atas pendapat itu sebagai rujukan bagimu di lain waktu jika engkau membutuhkannya tanpa harus merujuk kepada kitab-kitab asal yang dinukil tadi, ini akan menghemat waktu.

Selengkapnya: Nasihat Bagi Penuntut Ilmu

Menjadi Motor Penggerak dan Kunci Kebaikan

Informasi Artikel ini:
Penulis: Prof. Doktor ‘Abdur-Razzaq bin ‘Abdul-Muhsin al-‘Abbad
Dipublikasikan: 14 May 2010
Dibaca: 4021
Siapa saja yang ingin menjadi kunci kebaikan dan penutup pintu kejelekan, ia mesti menempuh cara-cara berikut ini:
  1. Ikhlas dalam seluruh perkataan dan perbuatan. Karena ikhlas adalah pondasi seluruh kebaikan dan mata air seluruh keutamaan.
  2. Berdo’a dan terus-menerus meminta taufik kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala supaya memperoleh kemudahan untuk merealisasikan cita-cita tersebut. Sebab do’a adalah pembuka pintu setiap kebaikan. Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak menolak seorang hamba yang berdo’a kepada-Nya, dan juga tidak mengesampingkan seorang mukmin yang memanggil-Nya.
  3. Semangat untuk mencari dan menggapai ilmu yang bermanfaat. Sungguh, ilmu akan mengantarkan kepada berbagai keutamaan dan budi pekerti yang luhur, serta berfungsi sebagai penghalang dari perilaku rendah dan dosa-dosa besar.
  4. Serius untuk beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, terutama dalam menjalankan ibadah-ibadah wajib, dan lebih khusus tentang ibadah shalat. Sungguh, shalat dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar.
  5. Menghiasi diri dengan akhlak yang mulia dan tinggi, dan menjauhi moral yang rusak dan perilaku buruk.
  6. Berteman dengan akhyar (orang-orang pilihan) dan duduk bersama dengan orang-orang shalih. Sesungguhnya majelis mereka dihadiri para malaikat, dinaungi oleh rahmat. Sebaliknya, harus waspada jangan sampai duduk bersama orang-orang bermoral buruk karena majelis mereka didatangi oleh syaitan.
  7. Menasehati orang lain saat bergaul dan berinteraksi dengan sesama hingga dapat menyibukkan mereka dengan kebaikan dan memalingkan mereka dari keburukan. Mengingatkan sesama kepada hari akhir dan saat-saat seseorang berdiri dihadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala Rabbul-‘alamin. Allah Subhanahu wa Ta’ala akan membalas orang baik dengan kebaikan dan orang jelek dengan kejelekannya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.” (QS. al-Zalzalah: 7-8).
  8. Landasan dari itu semua, ialah adanya kemauan kuat pada diri seorang hamba terhadap kebaikan dan keinginan memberi manfaat kepada orang lain. Kapan saja kemauan itu muncul, niat telah merencanakan, dan tekad telah kian menguat, kemudian dilanjutkan memohon pertolongan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam menjalankannya, serta berbuat sesuai dengan kaidah syariat, sehingga dengan izin dari Allah, ia akan menjadi salah satu kunci kebaikan dan penutup pintu kejelekan.
Prof. Doktor ‘Abdur-Razzaq bin ‘Abdul-Muhsin al-‘Abbad - Guru Besar di Universitas Islam Madinah KSA
(Disalin oleh Abu Aslam dari Majalah As-Sunnah Edisi 08 Th. XII)

Dasar-dasar Memahami Tauhid

Informasi Artikel ini:
Penulis: Syaikh Muhammad At-Tamimi
Dipublikasikan: 13 May 2010
Dibaca: 8040

Pendahuluan

Ketahuilah, bahwa sesunguhnya kelurusan ajaran Nabi Ibrahim 'alaihis salam adalah beribadah kepada Allah secara ikhlas dalam melaksanakan ibadah kepada-Nya. Allah berfirman [artinya]: "Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku. (Adz-Dzariyaat1:56)

kehidupanDan bila Anda telah tahu bahwasanya Allah menciptakanmu untuk beribadah kepada-Nya, maka ketahuilah bahwa ibadah tidak disebut ibadah kecuali bila disertai dengan tauhid. Sebagaimana shalat, tidaklah disebut shalat bila tidak disertai dengan bersuci. Bila ibadah dicampuri syirik, maka rusaklah ibadah itu, sebagaimana rusaknya shalat bila disertai adanya hadatz (tidak suci). Allah berfirman [artinya]:" Tidaklah pantas orang-orang musyrik itu memakmurkan mesjid-mesjid Allah, sedang mereka mengakui bahwa mereka sendiri kafir. Itulah orang-orang yang sia-sia pekerjaannya, dan mereka itu kekal di dalam neraka" (At-Taubah: 17)

Oleh karena itu, perlu dipahami bahwa ibadah yang bercampur dengan kesyirikan akan merusak ibadah itu sendiri. Dan ibadah yang bercampur dengan syirik itu akan menggugurkan amal sehingga pelakunya menjadi penghuni neraka, Allah berfirman [artinya]: "Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar." (An-Nisaa': 48)

Kemurnian ibadah akan mampu dicapai bila memahami 4 kaidah yang telah Allah nyatakan dalam firman-Nya:

Kaidah Pertama
Engkau harus mengetahui bahwa orang-orang kafir yang diperangi oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, mereka meyakini bahwa Allah sebagai Pencipta, Pemberi rizki, Yang menghidupkan, Yang mematikan, Yang memberi manfa'at, Yang memberi madzarat, Yang mengatur segala urusan (tauhid rububiyah). Tetapi semuanya itu tidak menyebabkan mereka sebagai muslim, Allah berfirman: "Katakanlah: 'Siapa yang memberi rizki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapa yang kuasa [menciptakan] pendengaran dan penglihatan, dan siapa yang mengeluarkan yang mati dari yang hidup, dan siapa yang mengatur segala urusan?' Maka mereka akan menjawab:'Allah'. Maka katakanlah:'Mengapa kamu tidak bertakwa [kepada-Nya]." (Yunus:31)

Selengkapnya: Dasar-dasar Memahami Tauhid

  • DAHSYATNYA SAKARATUL MAUT
  • Mengenal Al-Fuqaha’ As-Sab’ah (2)
  • Mengenal Al-Fuqaha’ As-Sab’ah (Tujuh Tokoh Ulama dari Madinah) - 1
  • Hukum Wanita Haid Atau Junub Membaca Alquran
  • Bagaimana Sikap Terhadap Istri Yang Selingkuh?
  • Satu Celupan Menghapuskan Segalanya
  • Buah Manis Dari Taubat
  • Hukum Memelihara Jenggot

Halaman 181 dari 211

  • 176
  • 177
  • 178
  • 179
  • 180
  • 181
  • 182
  • 183
  • 184
  • 185