Hukum Sholat di Masjid yang Terdapat Kuburan

Informasi Artikel ini:
Penulis: admin-alquransunnah
Dipublikasikan: 06 September 2009
Dibaca: 12566
HUKUM SHALAT DI MASJID YANG TERDAPAT KUBURAN DI DALAMNYA
Asy-Syaikh Al-’Allamah ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdillah bin Baz rahimahullah

Pertanyaan : Apakah sah shalat di masjid yang terdapat kuburan di dalamnya?

Asy-Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz rahimahullah menjawab :

kuburMasjid yang terdapat kuburan di dalamnya maka tidak boleh shalat di situ, dan kuburannya wajib untuk dibongkar kemudian jenazahnya dipindahkan ke pekuburan umum, satu kuburan dipindahkan pada satu lubang/liang khusus layaknya kuburan-kuburan lain. Tidak boleh membiarkan satu kuburan pun dalam masjid, baik kuburan wali ataupun yang lainnya. Karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang dan memperingatkan dari perbuataan tersebut serta melaknat Yahudi dan Nashara atas perbuatan mereka. Telah pasti dari beliau, bahwa beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

(( لعن الله اليهود والنصارى اتخذوا قبور أنبيائهم مساجد ))

“Allah melaknat Yahudi dan Nashara, (karena) mereka telah menjadikan kuburan para nabi mereka sebagai masjid-masjid.” [1])

‘Aisyah radhiyallahu ‘anha mengatakan : ‘Beliau memperingatkan (umatnya) dari perbuatan mereka.’ [2]) Muttafaqun ‘alaihi.

Nabi – ‘alaihish shalatu was salam – juga berkata, ketika Ummu Salamah dan Ummu Habibah menceritakan kepada beliau tentang Kanisah (gereja) di Habasyah yang di dalamnya terdapat gambar-gambar, kata beliau :

(( أولئك إذا مات فيهم الرجل الصالح بنوا على قبره مسجدا وصوروا فيه تلك الصور، أولئك شرار الخلق عند الله ))

“Mereka, apabila meninggal seorang yang shalih dari mereka, maka mereka membangun masjid di atas kuburannya dan membuat/menggambar gambar-gambar tersebut. Mereka adalah sejelek-jelek makhluk di sisi Allah.” [3])

Muttafaqun ‘ala shihhatihi

Beliau juga bersabda :

(( ألا وإن من كان قبلكم كانوا يتخذون قبور أنبيائهم وصالحيهم مساجد ألا فلا تتخذوا القبور مساجد فإني أنهاكم عن ذلك ))

“Ketahuilah bahwa sesungguhnya orang-orang sebelum kalian telah menjadikan kuburan-kuburan para nabi dan orang-orang shalih mereka sebagai masjid-masjid. Maka ketahuilah, janganlah kalian menjadikan kuburan-kuburan sebagai masjid-masjid, karena sesungguhnya aku melarang kalian dari perbuatan tersebut.”

Diriwayatkan Al-Imam Muslim dari shahabat Jundub bin ‘Abdillah Al-Bajalil. [4])

Jadi, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang menjadikan kuburan sebagai masjid, dan melaknat orang yang melakukan perbuatan tersebut serta memberitakan bahwa mereka adalah sejelek-jelek makhluk. Maka wajib untuk menjauhi perbuatan tersebut.

Dari Majmu’ Fatawa wa Maqalat Mutanawwi’ah – Asy-Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz VI/61.

Selengkapnya: Hukum Sholat di Masjid yang Terdapat Kuburan

Wanita Ahli Surga Dan Ciri-Cirinya

Informasi Artikel ini:
Penulis: Azhari Asri
Dipublikasikan: 05 September 2009
Dibaca: 12937
bungaSetiap insan tentunya mendambakan kenikmatan yang paling tinggi dan abadi. Kenikmatan itu adalah Surga. Di dalamnya terdapat bejana-bejana dari emas dan perak, istana yang megah dengan dihiasi beragam permata, dan berbagai macam kenikmatan lainnya yang tidak pernah terlihat oleh mata, terdengar oleh telinga, dan terbetik di hati.

Dalam Al Qur’an banyak sekali ayat-ayat yang menggambarkan kenikmatan-kenikmatan Surga. Di antaranya Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :

“(Apakah) perumpamaan (penghuni) Surga yang dijanjikan kepada orang-orang bertakwa yang di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tidak berubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari air susu yang tidak berubah rasanya, sungai-sungai dari khamr (arak) yang lezat rasanya bagi peminumnya, dan sungai-sungai dari madu yang disaring dan mereka memperoleh di dalamnya segala macam buah-buahan dan ampunan dari Rabb mereka sama dengan orang yang kekal dalam neraka dan diberi minuman dengan air yang mendidih sehingga memotong-motong ususnya?” (QS. Muhammad : 15)

“Dan orang-orang yang paling dahulu beriman, merekalah yang paling dulu (masuk Surga). Mereka itulah orang yang didekatkan (kepada Allah). Berada dalam Surga kenikmatan. Segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu dan segolongan kecil dari orang-orang yang kemudian. Mereka berada di atas dipan yang bertahtakan emas dan permata seraya bertelekan di atasnya berhadap-hadapan. Mereka dikelilingi oleh anak-anak muda yang tetap muda dengan membawa gelas, cerek, dan sloki (piala) berisi minuman yang diambil dari air yang mengalir, mereka tidak pening karenanya dan tidak pula mabuk dan buah-buahan dari apa yang mereka pilih dan daging burung dari apa yang mereka inginkan.” (QS. Al Waqiah : 10-21)

Di samping mendapatkan kenikmatan-kenikmatan tersebut, orang-orang yang beriman kepada Allah Tabaraka wa Ta’ala kelak akan mendapatkan pendamping (istri) dari bidadari-bidadari Surga nan rupawan yang banyak dikisahkan dalam ayat-ayat Al Qur’an yang mulia, di antaranya :

“Dan (di dalam Surga itu) ada bidadari-bidadari yang bermata jeli laksana mutiara yang tersimpan baik.” (QS. Al Waqiah : 22-23)

“Dan di dalam Surga-Surga itu ada bidadari-bidadari yang sopan, menundukkan pandangannya, tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni Surga yang menjadi suami mereka) dan tidak pula oleh jin.” (QS. Ar Rahman : 56)

“Seakan-akan bidadari itu permata yakut dan marjan.” (QS. Ar Rahman : 58)

“Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan penuh cinta lagi sebaya umurnya.” (QS. Al Waqiah : 35-37).

Selengkapnya: Wanita Ahli Surga Dan Ciri-Cirinya

Tawasul (Menjadikan Perantara dalam Ibadah) Antara Sunnah, Bid’ah dan Syirik

Informasi Artikel ini:
Penulis: admin-alquransunnah
Dipublikasikan: 04 September 2009
Dibaca: 6918
tanganDo’a adalah seutama-utamanya pendekatan diri yang menghubungkan seorang hamba dengan penciptanya. Telah shahih hadits dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bahwa beliau bersabda :
"Doa adalah ibadah" (HR. Abu Dawud, disahihkan oleh Al Albany dalam Shaihih Sunnan Abu Dawud)

Hal ini disebabkan karena pada diri orang yang berdoa.terkumpul sifat kehinaan, ketundukan dan kebergantungan kepada Dzat yang di Tangan-Nya lah perbendaharaan segala sesuatu. Dengan do’a yang kedudukannya seperti ini, Allah Azza Wajalla memerintahkan hamba-Nya untuk berdoa di setiap keadaan. Allah ta'ala berfirman :

"Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas." (Al A'raf:55).

Kemudian Allah menjelaskan kepada mereka bahwa diantara sarana-sarana diharapkan doa tersebut diterima adalah berdo’a dengan nama-nama dan sifat Allah, sebagaimana Allah katakan :

"Hanya milik Allah asmaulhusna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaulhusna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan." (Al A'raf : 180)

Maka disyariatkan bagi orang yang berdo’a untuk memulai do’anya dengan bertawasul (menjadikan perantara) dengan menyebut nama Allah dan sifat-Nya yang berkaitan dengan doa tersebut. Apabila seorang muslim mengingnkan kasih sayang dan ampunan Allah maka dia berdoa kepada Allah dengan nama-Nya yaitu Ar Rahman dan Ar Rahim, Al Ghafur, Al Karim. Apabila dia menginginkan rizki, maka dia berdoa kepada Rabbnya dengan nama Ar Razzaq (Maha Pemberi Rizki), Al Mu'thi (Maha Pemberi), Al Jawwad (Maha Penderma), demikianlah seorang yang berdoa hendaklah dia berdoa dengan perantaraan nama-nama yang sesuai dengan hal yang dia inginkan, karena hal ini menjadi sebab diterimanya doa.

Tawasul Yang Disyariatkan (Sunnah)

Tawasul dalam berdoa ada beberapa macam,diantaranya ada tawasul yang disyariatkan, ada pula tawasul yang terlarang. Diantara tawasul yang yang disyariatkan adalah tawasul dengan amalan shaleh yang telah dilakukan oleh seorang hamba. Allah ta'ala berfirman :

"Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman (yaitu): "Berimanlah kamu kepada Tuhan-mu", maka kami pun beriman. Ya Tuhan kami ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang berbakti"  (Ali Imran :193).

Selengkapnya: Tawasul (Menjadikan Perantara dalam Ibadah) Antara Sunnah, Bid’ah dan Syirik

  • Mengenal Para Imam Ahlussunnah (Ashabulhadits)
  • Hikmah Ibadah Haji
  • Ada Apa di Balik Gempa?
  • Rajin Pengajian kok Sesat?
  • Rebutlah hati suamimu dengan bersegera menta’atinya
  • Hukum-hukum Dalam Bulan Ramadhan
  • Madu, Si Manis yang Menyehatkan
  • Peristiwa Mata Air Raji'

Halaman 194 dari 211

  • 189
  • 190
  • 191
  • 192
  • 193
  • 194
  • 195
  • 196
  • 197
  • 198