Dunia memang bukan surga. Maka hal wajar jika kadang kehidupan suami istri dilanda kejenuhan dan kebosanan. Namun bagaimana mengatasi kejenuhan ini? Bagaimana caranya mengembalikan gairah kehidupan rumah tangga?
Wahai saudaraku, para suami yang mulia, apabila perjalanan kehidupan suami istri mengalami kebuntuan dan kehilangan daya tariknya, maka kalian berdua harus berhenti sejenak dan saling bertanya: Mengapa terjadi kelesuan dalam kehidupan rumah tangga kita? Mengapa sampai menjadi kaku, kehilangan gairah dan kasih sayang? Bagaimana kita mengatasi kondisi yang buruk ini? Yang bisa memadamkan lentera cinta dan perasaan yang meluap-luap?
Kadang-kadang kehidupan kehilangan kemilaunya disebabkan adanya musuh yang senantisa menghembuskan kejahatan dan mengambil keuntungan di dalamnya. Dan bisa jadi disebabkan adanya problematika kehidupan, dan bisa jadi disebabkan kesibukan mencari sesuap nasi atau ketidak-tahuan kita terhadap perkara yang urgen, yaitu penyegaran yang bisa mengatasi musuh yang tersembunyi ini, musuh yang selalu membidik sasarannya.
Kehidupan rumah tangga butuh penyegaran dan peremajaan. Butuh perawatan. Mengapa tidak!? Mesin yang bekerja siang malam saja butuh waktu perawatan dan start up kembali, agar kinerjanya menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Selengkapnya: 14. Ketika Kehidupan Suami Istri Dilanda Kejenuhan dan Kebosanan
Terutama Hari Jum'at adalah waktu yang mulia, untuk memperbanyak shalawat atas Nabi ﷺ yang mulia.
Pengertian Shalawat dan Salam atas Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
Allah Subhaanhu wa ta’ala berfirman:
إنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” [Al-Ahzab/33: 56]
Ibnu Katsir-rahimahullah- berkata : “Maksud ayat ini adalah bahwa Allah Subhaanhu wa ta’ala mengabarkan kepada hamba-hamba-Nya tentang kedudukan hamba dan nabi-Nya (Muhammad) di sisi-Nya di langit di mana malaikat-malaikat bershalawat untuknya, lalu Allah Subhaanhu wa ta’ala memerintahkan makhluk-makhluk yang ada di bumi untuk bershalawat dan salam untuknya, agar pujian tersebut berkumpul untuknya dari seluruh alam baik yang ada di atas maupun yang ada di bawah.”
Selengkapnya: Anjuran Memperbanyak Shalawat atas Nabi Muhammad ﷺ
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,
Ibnul Qayim dalam kitabnya al-Wabil as-Shayib menuliskan tentang 5 tingkatan manusia dilihat dari kualitas shalatnya. Dimulai dari tingkatan yang paling rendah, hingga tingkatan yang paling sempurna.
Tingkat pertama dan terendah, Mereka yang tidak memperhatikan kesempurnaan bagian lahiriyah dalam shalat. Sehingga sisi lahiriyah shalatnya masih sangat kurang. Seperti, wudhunya tidak sempurna, waktunya telat, pakaiannya tidak pantas, gerakannya sangat cepat sehingga tidak tumakninah ketika mengerjakan rukun-rukun shalat.
Ibnul Qayim menyebutnya sebagai martabat (tingkatan) al-Mufrith (orang yang meremehkan).
Tingkatan kedua, mereka yang shalatnya sudah baik dari sisi lahiriyah. Wudhunya sudah bagus, tepat waktu, pakainnya sopan, juga rukun dan gerakannya sempurna. Hanya saja pikirannya masih sering melayang-layang. Prosentase kekhusyu’an sangat minim, pikirannya lebih banyak teralihkan untuk urusan dunia atau urusan di luar shalat. Sementara itu, tidak ada upaya darinya untuk fokus dan mengembalikan kekhusyu'annya ketika shalat.
Tingkatan ketiga,mereka yang shalatnya secara lahiriyah sudah baik. Sementara batin pikirannya selalu berjuang untuk khusyu’. Hatinya berperang melawan bisikan setan, mereka berusaha untuk konsentrasi. Sehingga pikirannya tidak dibiarkan bebas melayang ke mana-mana. Ibnul Qayim mengatakan, orang ini mengerjakan shalat sambil berjihad melawan was-was.
Halaman 24 dari 193