Berkah

Informasi Artikel ini:
Penulis: Mujtaba Hamdi
Dipublikasikan: 14 April 2009
Dibaca: 17838

Majalah Syir'ah, Tahannus, Februari 2004
Oleh Mujtaba Hamdi

Ternyata dalam ingatan kita makna berkah memiliki porsi tersendiri . Saat kata berkah hadir dalam sebuah percakapan, misalnya, tiba-tiba dalam memori kita muncul gambar sebuah keberlimpahan yang bersifat murni kehendak Ilahi. Berkah berupa rezeki: gambar yang segera timbul di benak kita adalah duit yang banyak, berlimpah ruah, atau setidaknya uang yang punya manfaat berlipat. Berkah berupa ilmu: memori kita seakan melayang ke sosok yang pengetahuannya banyak berguna bagi masyarakat.

Sebaliknya, rezeki tidak berkah atau ilmu tidak berkah mengingatkan kita akan sebuah ketidakbergunaan dan kesia-siaan. “Rezekinya tidak berkah. Lihat saja, meski berduit, anak-anaknya badung,” begitu kata orang. “Ia pandai, tapi ilmunya tidak berkah. Buktinya, pikiran-pikirannya sesat, menyeleweng dari syariah,” ini juga ungkapan yang biasa terdengar.

Ingatan kita tentang berkah, yang berasal dari kata al-barakah, seolah-olah ada begitu saja. Kita hampir tak pernah bertanya sejak kapan gambaran macam itu tumbuh di kepala. Barangkali, kita juga tidak menyadari bahwa kisah tentang berkah yang disampaikan kepada kita selalu yang itu-itu juga. Kisah Rasulullah di masa Perang Tabuk ini, contohnya. Syahdan, para Sahabat dilanda kekurangan bahan makanan. Mereka pun mengusulkan kepada Rasulullah, “Ya Rasul, izinkanlah kami menyembelih unta-unta itu untuk kami makan.”

Selengkapnya: Berkah

Jerat-jerat Syaithon

Informasi Artikel ini:
Penulis: admin-alquransunnah
Dipublikasikan: 11 April 2009
Dibaca: 18285
Tidaklah Allah subhanahu wata’ala menciptakan manusia dan seluruh makhluk-Nya dengan sia-sia dan tanpa ada tujuan. Dan tujuan Allah subhanahu wata’ala menciptakan manusia adalah untuk beribadah dengan mentauhidkan-Nya. Sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya (artinya): “Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.” (Adz Dzariyat: 56)

Tidaklah kehidupan ini akan berhenti pada apa yang kita lihat di dunia. Kehidupan dunia ini hanya sekedar batu loncatan dan sebagai perantara menuju kehidupan abadi. Masing-masing kita pasti akan kembali kepada-Nya dan mempertanggungjawabkan amalan di hari akhir nanti. Allah subhanahu wata’ala berfirman (artinya): “Sesungguhnya kepada Kamilah mereka kembali. Dan sungguh Kamilah yang akan menghisab mereka.” (Al Ghasyiyah: 25-26)

Para pembaca, Allah subhanahu wata’ala berfirman dalam sebuah ayat-Nya (artinya): “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka akan dibiarkan saja mengatakan: ‘Kami telah beriman’ sedang mereka tidak diuji?” (Al Ankabut: 1-2)
Dalam ayat ini Allah subhanahu wata’ala mengabarkan bahwa manusia pasti dan pasti akan diuji setelah dia menyatakan keimanannya. Mengapa Allah subhanahu wata’ala menguji kita? Apa hikmah di balik ujian Allah subhanahu wata’ala tersebut? Jawabannya adalah sebagaimana yang dinyatakan oleh Allah subhanahu wata’ala (artinya):
“Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui mana orang-orang yang jujur dan mana orang-orang yang berdusta.” (Al Ankabut: 3)
Semua ini akan kita saksikan di hari pembalasan, di mana akan ditampakkan oleh Allah subhanahu wata’ala segala bentuk rahasia yang tidak ada seorangpun dapat mengelak pada hari itu. Di saat itu Allah subhanahu wata’ala berkata kepada sekalian manusia (artinya): “Maka apakah kamu mengira bahwa Kami menciptakan kamu secara main-main saja, dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?” (Al Mu’minun: 115)

Selengkapnya: Jerat-jerat Syaithon

Hati Sedih dan Pengobatannya Menurut Islam

Informasi Artikel ini:
Penulis: admin-alquransunnah
Dipublikasikan: 10 April 2009
Dibaca: 20890
Rasulullah -Shalallahu alaihi wasalam- seringkali berlindung kepada Allah dan mohon dijauhkan dari rasa sedih dan susah. Beliau sering berdo’a :
اللَهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الهَمِّ وَالحُزْنِ, وَمِنَ العَجْزِ وَالكَسَلِ, وَمِنَ الجُبْنِ وَالبُخْلِ
"Wahai Allah, aku mohon lindung kepada-Mu dari rasa sedih dan susah, dari rasa lemah dan malas, dan dari sifat pengecut dan kikir"

Manusia hidup di dunia memang pasti merasa sedih dan susah, sebab sifat ini menjadi naluri manusia itu sendiri. Oleh karena ini, topik pembicaraan kita saat ini adalah tentang kesedihan secara umum, dan bagaimana Islam mengobatinya.

Setiap orang di dalam hidupnya pasti mengalami ujian dan cobaan. Manusia tetap manusia. Suatu ketika pasti diuji dan dicoba oleh Allah. Sebab memang demikianlah manusia diciptakan, sebagaimana firman Allah :  “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur  yang Kami hendak mengujinya , karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat”. (QS. Al-Insaan : 2). Allah -Subhanahu wa ta'ala- juga berfirman : “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah.”. (QS. Al-Balad : 4). Maksudnya, dia berada di dalam bersusah payah sejak dia dilahirkan.

Selengkapnya: Hati Sedih dan Pengobatannya Menurut Islam

  • Mengatur Hari-hari Agar Penuh Barokah
  • Fadilah Menghafal Surat Al Kahfi
  • Jual Beli dengan Sistem Panjar/Uang Muka
  • Mengenal Masjid Al Haram
  • Rahasia di Balik Sakit
  • Dukun Ponari & Fenomena Batu Petir!
  • Sampai Kapan Kelalaian Ini Berakhir?
  • Jual Beli dan Syarat-syaratnya

Halaman 272 dari 279

  • 267
  • 268
  • 269
  • 270
  • 271
  • 272
  • 273
  • 274
  • 275
  • 276