Bahaya Hadist Dhaif dan Maudhu’

Informasi Artikel ini:
Penulis: admin-alquransunnah
Dipublikasikan: 21 March 2011
Dibaca: 6518

pena

Di antara bencana besar yang menimpa kaum Muslimin sejak abad-abd pertama ialah tersebar luasnya hadis-hadis Dha’if (lemah) dan Maudhu’ (palsu) di kalangan mereka. Tidak ada yang terkecuali temasuklah kalangan ulama kecuali segelintir yang dikehendaki Allah, di antaranya para imam hadis dan Nuqqaad (Para Pengkaji hadis) seperti Imam al-Bukhari, Ahmad, Ibn Ma’in, Abu Hatim ar-Razy dan ulama seperti mereka.

Penyebaran meluas hadis dhaif dan maudhu’ tersebut mengakibatkan banyak kesan negatif, di antaranya ada yang berkaitan masalah-masalah aqidah yang bersifat ghaib dan ada juga yang berkaitan perkara-perkara Tasyri’ (Syari’at).

Adalah hikmah Allah Ta’ala Yang Maha Mengetahui, bahawa Dia tidak membiarkan hadis-hadis yang direka oleh orang-orang yang benci terhadap agama ini merebak ke tubuh kaum Muslimin tanpa mengutus orang yang akan mendedahkan hakikat sebenarnya dan menjelaskan kepada manusia kecacatan-kecacatannya . Mereka itulah para ulama Ahli hadis dan pembawa panji-panji sunnah Nabawiyyah yang didoakan Rasullullah dalam sabdanya, “Semoga Allah menganugerahi nikmat seseorang yang mendengarkan perkataanku lalu mencernanya, menghafal dan menyampaikannya. Betapa banyak orang yang membawa ilmu tetapi tidak lebih faqih (untuk dapat menghafal dan menyampaikannya) dari orang yang dia sampaikan kepadanya (kerana ia mampu menggali dalil sehingga lebih faqih darinya).” (HR.Abu Daud dan at-Turmudzi yang mengatakannya shahih).

Para imam tersebut –semoga Allah menganugerahkan kebaikan kepada mereka – telah menjelaskan kedudukan kebanyakan hadis-hadis tersebut dari segi kesahihan, kelemahan atau pun kepalsuannya dan telah membuat asas-asas yang kukuh dan kaedah-kaedah yang mantap di mana siapa saja yang menekuni dan mempelajarinya secara mendalam nescaya akan dapat mengetahui kualiti dan kedudukan setiap hadis walaupun mereka (para imam tersebut) tidak memberikan penilaian ke atas hadis-hadis tersebut. Itulah suatu ilmu yang dikenali sebagai ilmu Ushul Hadis atau Llmu Mushthalah Hadis.

Selengkapnya: Bahaya Hadist Dhaif dan Maudhu’

Biografi Imam Ahmad bin Hambal

Informasi Artikel ini:
Penulis: admin-alquransunnah
Dipublikasikan: 21 March 2011
Dibaca: 31380

Nasab dan Kelahirannya

Imam AhmadBeliau adalah Abu Abdillah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal bin Hilal bin Asad bin Idris bin Abdullah bin Hayyan bin Abdullah bin Anas bin ‘Auf bin Qasith bin Mazin bin Syaiban bin Dzuhl bin Tsa‘labah adz-Dzuhli asy-Syaibaniy. Nasab beliau bertemu dengan nasab Nabi pada diri Nizar bin Ma‘d bin ‘Adnan. Yang berarti bertemu nasab pula dengan nabi Ibrahim.

Ketika beliau masih dalam kandungan, orang tua beliau pindah dari kota Marwa, tempat tinggal sang ayah, ke kota Baghdad. Di kota itu beliau dilahirkan, tepatnya pada bulan Rabi‘ul Awwal -menurut pendapat yang paling masyhur- tahun 164 H.

Ayah beliau, Muhammad, meninggal dalam usia muda, 30 tahun, ketika beliau baru berumur tiga tahun. Kakek beliau, Hanbal, berpindah ke wilayah Kharasan dan menjadi wali kota Sarkhas pada masa pemeritahan Bani Umawiyyah, kemudian bergabung ke dalam barisan pendukung Bani ‘Abbasiyah dan karenanya ikut merasakan penyiksaan dari Bani Umawiyyah. Disebutkan bahwa dia dahulunya adalah seorang panglima.

Masa Menuntut Ilmu

Imam Ahmad tumbuh dewasa sebagai seorang anak yatim. Ibunya, Shafiyyah binti Maimunah binti ‘Abdul Malik asy-Syaibaniy, berperan penuh dalam mendidik dan membesarkan beliau. Untungnya, sang ayah meninggalkan untuk mereka dua buah rumah di kota Baghdad. Yang sebuah mereka tempati sendiri, sedangkan yang sebuah lagi mereka sewakan dengan harga yang sangat murah. Dalam hal ini, keadaan beliau sama dengan keadaan syaikhnya, Imam Syafi‘i, yang yatim dan miskin, tetapi tetap mempunyai semangat yang tinggi. Keduanya juga memiliki ibu yang mampu mengantar mereka kepada kemajuan dan kemuliaan.

Beliau mendapatkan pendidikannya yang pertama di kota Baghdad. Saat itu, kota Bagdad telah menjadi pusat peradaban dunia Islam, yang penuh dengan manusia yang berbeda asalnya dan beragam kebudayaannya, serta penuh dengan beragam jenis ilmu pengetahuan. Di sana tinggal para qari’, ahli hadits, para sufi, ahli bahasa, filosof, dan sebagainya.

Selengkapnya: Biografi Imam Ahmad bin Hambal

Dengan 5 Hal Ini, Kau Akan Berbahagia Bersamaku, Istriku…

Informasi Artikel ini:
Penulis: admin-alquransunnah
Dipublikasikan: 20 March 2011
Dibaca: 6126

bungaSuami Anda mungkin tidak pernah berkata-kata secara terbuka dan apa adanya kepada Anda. Setiap Anda bertanya kepadanya ia selalu menjawab dengan mendahulukan perasaannya. Akibatnya, Anda tidak bisa puas dengan jawabannya yang memang sangat sedikit.Bila ini terjadi pada suami Anda, maka Anda harus tahu bahwa memang tidak semua laki-laki bisa begitu saja terbuka, namun benar-benar ada tipe suami yang memang pendiam dan pemalu.

Berikut tips yang bisa digunakan oleh istri untuk mengambil hati suaminya yang pendiam dan pemalu yang menurut hasil penelitan telah terbukti banyak memberi faedah bagi istri untuk bisa hidup berbahagia bersama suaminya.

1. Jadilah Istri Yang Menghormati Suami

Bila istri menghormati suaminya, maka dengan mudahnya suami pun akan menghormatinya. Namun, bila istri tidak bisa menghormati suaminya maka selamanya ia akan menderita disisi suaminya. Mengapa? Apakah memang sikap saling menghormati merupakan kebutuhan asasi bagi suami yang tidak bisa ditawar-tawar lagi sehingga mereka mewajibkannya atas istri?

Banyak istri yang bila telah melahirkan anak suaminya beranggapan bahwa ia akan terus damai disisi suaminya. Ia menyangka akan senantiasa bahagia disisi suaminya hanya dengan telah lahirnya anak suaminya. Akibat dari sangkaan dan duga-duga ini akhirnya banyak istri yang lupa atau tidak lagi memandang perlu sikap hormat kepada suaminya. Ia banyak merendahkan suaminya dan menyepelekannya.

Selengkapnya: Dengan 5 Hal Ini, Kau Akan Berbahagia Bersamaku, Istriku…

  • Haid dan Sholat
  • Bagaimana Mengobati Kesurupan?
  • Wasiat Perpisahan
  • Awal Mula Timbulnya Fitnah dan Firqah
  • Ya Ukhti! Jauhilah Tabarruj
  • Buku-buku yang Sebaiknya Dibaca
  • Memetik Buah Keikhlasan
  • Bahaya Syirik Dan Keutamaan Tauhid

Halaman 131 dari 200

  • 126
  • 127
  • 128
  • 129
  • 130
  • 131
  • 132
  • 133
  • 134
  • 135