Bicara kota Makkah tidak lepas dari dua tempat suci nan istimewa yaitu Ka’bah dan Masjid al-Haram. Tidaklah lengkap bicara sejarah kota Makkah tanpa bicara sejarah pembangunan Ka’bah dan Masjid al-Haram. Pembangunan Ka’bah
Ka’bah merupakan tempat tertinggi dan terhormat bagi kaum muslimin baik kaya atau miskin, pribadi atau masyarakat dan dimana saja mereka berada sehingga sepanjang sejarah Islam ka’bah inni terpelihara kesucciaan dan kehormataannya dan tetap menjadi pusat perhatian para pelayannya. Adapun riwayat-riwayat dalam buku-buku sejarah dan siroh yang mengungkap tentang pembangunan dan pemeliharaan ka’bah walaupun sebagian riwayat-riwayat tersebut tidak otentik ditinjau dari sudut periwayatannya telah memberikan penjelasan bahwa telah terjadi beberapa kali pembangunan dan pendirian ka’bah, yaitu:
1. Pembangunan dan pemeliharaan para malaikat sebagaimana yang diriwayatkan Al Azrooqy. (Lihat: Akhbaru Makkah 1/2 dan lihat As Suhaily dalam Raudhul Unfi 1/222-223 dan Ibnu Hajar dalam Fathul Baari13/144 serta Al Baihaqy dalam Ad Dalail 2/44)
2. Pembangunan dan pemeliharaan adam sebagaimana yang diriwayatkan Al Baihaqy dan yang lainnya. (lihat Fathul Bari 13/144)
3. Pembangunan dan pemeliharaan anak-anak adam sebagaimana yang diriwayatkan Al Azrooqy dan yang lainnya dari Wahb bin Munabih,dan menurut As Suhaily yang membangun adalah Syiets bin Adam. (Lihat: Akhbar Makah 1/8, Assiroh Asy Syamiyah 1/172 dan Raudhu Unfi 1/221Bidayah wan Nihayah 1/178)
Hidup ini tidak lepas dari cobaan dan ujian, bahkan cobaan dan ujian merupakan sunatullah dalam kehidupan. Manusia akan diuji dalam kehidupannya baik dengan perkara yang tidak disukainya atau bisa pula pada perkara yang menyenangkannya. Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan mengujimu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kami-lah kamu dikembalikan.” (QS. al-Anbiyaa’: 35). Sahabat Ibnu ‘Abbas -yang diberi keluasan ilmu dalam tafsir al-Qur’an- menafsirkan ayat ini: “Kami akan menguji kalian dengan kesulitan dan kesenangan, kesehatan dan penyakit, kekayaan dan kefakiran, halal dan haram, ketaatan dan kemaksiatan, petunjuk dan kesesatan.” (Tafsir Ibnu Jarir). Dari ayat ini, kita tahu bahwa berbagai macam penyakit juga merupakan bagian dari cobaan Allah yang diberikan kepada hamba-Nya. Namun di balik cobaan ini, terdapat berbagai rahasia/hikmah yang tidak dapat di nalar oleh akal manusia.
Sakit menjadi kebaikan bagi seorang muslim jika dia bersabar
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya, “Sungguh menakjubkan perkara seorang mukmin, sesungguhnya semua urusannya merupakan kebaikan, dan hal ini tidak terjadi kecuali bagi orang mukmin. Jika dia mendapat kegembiraan, maka dia bersyukur dan itu merupakan kebaikan baginya, dan jika mendapat kesusahan, maka dia bersabar dan ini merupakan kebaikan baginya. (HR. Muslim)
Ponari, nama yang sederhana, sesederhana orangnya. Tidak ada yang istimewa pada sosok bocah sepuluh tahun ini sampai suatu hari ia menemukan sebuah batu yang dikenal belakangan dengan sebutan “batu petir” dan konon diyakini “sakti”, paling tidak oleh ribuan orang yang telah menjadi pasiennya. Batu yang dengan sekali celup, air celupannya bisa mengobati segala macam penyakit. Batu yang telah menjungkirbalikkan logika ribuan anak bangsa!
Ponari, begitu pula Dewi Sulistiyowati dan entah siapa lagi bakal menyusul, telah menjadi sebuah fenomena berkat batu yang mereka temukan. Tapi yang lebih fenomenal dari itu semua adalah ribuan atau bahkan jutaan ummat manusia yang “tersihir” dan percaya terhadap eksistensi “batu petir” dalam proses penyembuhan.
Bicara tentang batu, ummat Islam telah mengenal Hajar Aswad sebagai batu yang paling populer di tengah-tengah kehidupan beragama mereka, karena letak keberadaannya (di dinding Ka’bah) dan posisinya di dalam jiwa kaum muslimin, karena kaitannya dengan ibadah thawaf.