بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Kajian Tematik: Meneladani Generasi Terbaik
Hari/Tanggal: Kamis, 20 Shafar 1446 / 14 Agustus 2025
Bersama Ustadz Mohammad Alif, Lc 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱 - Staff Pengajar Ma'had Imam Bukhari Solo
Tempat: Masjid Abdurrahman bin Auf Bantul - Yogyakarta
إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
Alhamdulillah dimalam yang berbahagia dan di tempat yang mulia ini, kita masih dipertemukan dalam majelis ilmuini, semoga dicatat sebagai amal ibadah dan menjadikan ilmu kita bermanfaat.
Generasi terbaik telah disebutkan oleh Nabi ﷺ:
خَيْرُ الْقُرُونِ قَرْنِي ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ
“Sebaik–baik manusia adalah generasiku, kemudian orang-orang setelah mereka, kemudian orang-orang setelah mereka.” (HR. al-Bukhari dari Ibnu Mas’ud dan Muslim dari Imran bin Hushain. Mukhtashar Shahih al-Bukhari, no. 1118; dan Mukhtashar Shahih Muslim, no. 1743)
Merekalah Qurun Mufadhdhalah atau "generasi yang memiliki keutamaan": Sahabat, Tabi'in dan Tabi'ut Tabi'in.
بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Kajian Kitab: Pokok-pokok Aqidah (Ushulus Sunnah) Imam Ahmad
Pemateri: Ustadz Abu Ubaidah Yusuf As-Sidawiy 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
Pertemuan 5: 20 Safar 1447 / 13 Agustus 2025
Tempat: Masjid Al-Aziz - Jl. Soekarno Hatta no. 662 Bandung.
POKOK-POKOK SUNNAH MENURUT IMAM AHMAD BIN HANBAL RAHIMAHULLAH
Tidak ada Qiyas dalam Aqidah & Sunnah Tidak Boleh Dibantah dengan Permisalan, Akal dan Hawa Nafsu
Imam Abu ‘Abdillah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal berkata:
وَلَيْسَ فِي السُّنَّةِ قِيَاسٌ، وَلَا تُضْرَبُ لَهَا الأَمْثَالُ، وَلَا تُدْرَكُ بِالعُقُولِ وَلَا الأَهْوَاءِ، إِنَّمَا هِيَ الِاتِّبَاعُ وَتَرْكُ الهَوَى.
(6) Tidak ada analogi (qiyas) dalam Sunnah. (7) Sunnah tidak boleh dibantah dengan permisalan dan tidak boleh dibantah dengan akal dan hawa nafsu. Akan tetapi Sunnah disikapi dengan ittiba (diikuti dan diterima) dan meninggalkan hawa nafsu.
Maksud beliau tidak ada qiyas (analogi) dalam masalah akidah karena aqidah itu bersumber pada Al-Qur'an dan Sunnah Nabi ﷺ bukan berdasarkan akal. Akal sifatnya terbatas dan akal digunakan untuk memahami sumber dalil yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah bukan menghakimi keduanya.
Jadi maksud beliau adalah qiyas (analogi) yang batil, seperti menganalogikan Allah ﷻ dengan makhluk.
Demikian juga menganalogikan hukum dunia dengan alam barzakh. Seperti orang-orang zindiq yang manganalogikan dengan alam dunia, sehingga mereka tidak percaya dengan azab kubur.
Maka, selama sudah ada ada dalil dari Al-Qur'an dan Sunnah, maka tidak ada analogi-analogi yang melibatkan akal yang memiliki keterbatasan, tugas kita hanya sami'na wa atha'na.
ʙɪꜱᴍɪʟʟᴀʜ
Kajian Mukhtashar fii Khuluqil Muslim#1 | Oleh: Sulthan Bin Abdullah Al-‘Umary Hafidzahullah
Download Kitab: s-alamri.com
🎙| Bersama: Al Ustadz Abu Adib Hafidzahullah
🗓 | Hari/Tanggal: Rabu, 19 Shafar 1447 / 13 Agustus 2025
🕰 | Waktu: ba'da maghrib - isya
🕌 | Tempat: Jajar Islamic Center Surakarta
#1 Akhlak Muslim kepada Allah ﷻ
الـحَمْدُ للهِ عَلَى إِحْسَانِهِ ، وَالشُّكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيْقِهِ وَامْتِنَانِهِ ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ تَعْظِيْمًا لِشَأْنِهِ ، وَأَشْهَدَ أَنَّ مُـحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِي إِلَى رِضْوَانِهِ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَإِخْوَانِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا، أَمَّا بَعْدُ
Setelah memuji Allâh dan bershalawat atas Nabi-Nya, Ustadz mengawali kajian dengan mengingatkan kita untuk selalu bersyukur atas nikmat yang telah Allah Ta’ala berikan hingga masih dipertemukan dalam majelis ilmu. Semoga Allah Ta’ala menjadikannya sebagai pemberat timbangan kebaikan di akhirat kelak dan menjadikan ilmu kita ilmu yang bermanfaat.
Islam adalah agama akhlak dan masuk padanya dalam semua lini ibadah bahkan dalam aqidah.
Beliau Nabi ﷺ bersabda:
أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا
“Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya” (HR. Abu Dawud)
Nabi ﷺ bersabda:
وَاللَّه لَا يُؤْمِنُ وَاللَّهِ لَا يُؤْمِنُ وَاللَّهِ لَا يُؤْمِنُ قِيلَ وَمَنْ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ الَّذِي لَا يَأْمَنُ جَارُهُ بَوَايِقَهُ
“Demi Allah, tidak beriman. Demi Allah, tidak beriman. Demi Allah, tidak beriman. “Sahabat bertanya, “Siapa wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Yang tetangganya tidak aman dari keburukannya” [HR. Bukhari]
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْراً أَوْ لِيَصْمُتْ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ. رَوَاهُ البُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam. Siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tetangganya. Siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya.” (HR. Bukhari dan Muslim) [HR. Bukhari, no. 6018, 6019, 6136, 6475 dan Muslim, no. 47]
Selengkapnya: Mukhtashar fii Khuluqil Muslim#1: Akhlak Muslim kepada Allah ﷻ
Halaman 3 dari 234