Niatilah untuk Menuntut Ilmu Syar'i

Rasulullah ﷺ bersabda, “Barangsiapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah, maka Allah akan memahamkan dia dalam urusan agamanya.”
(HR. Bukhari no. 71 dan Muslim no. 2436)
Kajian Aqidah

بسم الله الرحمن الرحيم

📚┃Materi : "Pesan Nabi Dalam Menata Hati" - Ahadits Ishlahul Qulub#8
✍🏼Karya : Syaikh Abdul Muhsin bin Hamd Al-Abbad Al-Badr حفظه الله تعالى
🎙┃Pemateri : Ustadz Fadzla Mujadid, Lc حفظه الله تعالى (Alumnus Universitas Islam Madinah KSA Fakultas Dakwah)
🗓┃Hari & Tanggal : Setiap Hari Kamis Genap "Pekan Ke-2 & Pekan Ke-4"
🕰┃Waktu : Ba'da Maghrib - Isya'
🕌┃Tempat : Masjid Al Mubarok - Kampung Gondang Wetan Jl.Bangau I, Manahan, Kecamatan Banjarsari, Surakarta


فقر القلوب

Bab 5: Kefakiran Hati

روى ابن ماجه وغيره عَنْ أَبِي الدَّرْدَاء قَالَ: خَرَجَ عَلَيْنَا رَسُولُ اللهِ ه وَنَحْنُ نَذْكُرُ الْفَقْرَ وَنَتَخَوَّفُهُ فَقَالَ: (الْفَقْرَ تَخَافُونَ؟ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَتُصَبَّنَّ عَلَيْكُمُ الدُّنْيَا صَبَّ، حَتَّى لَا يُزِيغَ قَلْبَ أَحَدِكُمْ إِزَاغَةً إِلَّا هِيه، وَايْمُ اللهِ لَقَدْ تَرَكْنُكُمْ عَلَى مِثْلِ الْبَيْضَاءِ لَيْلُهَا وَنَهَارُهَا سَوَاءٌ)» )رواه ابن ماجه(٥)، وحسَّنه الألبانِيُّ. (

Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan lain-lain dari Abu Darda radiallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah ﷺ datang kepada kami sementara kami sedang membahas kemiskinan dan saling menakut-nakuti kepadanya. Beliau bersabda: «Kamu takut kemiskinan? Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, dunia pasti akan mengguyur kalian dengan deras, hingga tidak seorang pun dari kalian akan menyimpang kecuali karenanya. Demi Allah, aku telah meninggalkan kalian dalam keadaan yang terang benderang, malamnya seperti siangnya.”

(Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan dinilai hasan oleh Al-Albani). Hadits ini juga diriwayatkan oleh An-Nasa'i dalam al-Kubra [11785], dan Ibnu Hibban dalam Shahihnya [685], dan dishahihkan oleh Al-Albani.

Kemiskinan tetap menjadi kekhawatiran yang mengganggu dan masalah yang menyedihkan, terlebih lagi ketika manusia diuji dengan ujian yang melibatkan kekurangan harta, rezeki, dan hasil pertanian. Dalam menghadapi ujian seperti ini, orang sering mengingat kemiskinan dan banyak berdiskusi tentang cara mengatasinya, mengatasi krisis, dan menyelesaikan masalah.

Namun, sebagaimana Nabi kita sebutkan dalam hadis agung ini: ((Aku telah meninggalkan kalian dalam keadaan yang terang benderang, malamnya seperti siangnya)) yang berarti: agama kita yang mulia adalah agama yang agung, yang memiliki solusi untuk semua masalah, jalan keluar dari semua krisis, dan melewati segala cobaan. Ini adalah agama yang agung dan penuh berkah; siapa pun yang Allah berikan petunjuk untuk memegang moral, bimbingan, arahan, dan petunjuknya, maka dia akan dituntun ke jalan yang lurus dalam menghadapi setiap bencana atau ujian yang menimpa. Oleh karena itu, haruslah bergantung dan berlindung kepada agama Allah dalam semua masalah dan bencana.

Dan jika ketakutan orang-orang terhadap kemiskinan - yang berarti kekurangan harta - semakin intens dan bertambah dalam beberapa kondisi dan keadaan, namun ada jenis kemiskinan lain yang seharusnya mendapat perhatian lebih besar dan lebih serius; Ibnu Hibban meriwayatkannya dalam sahihnya dari Abu Dzar radliallahu 'anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda kepadaku:

يَا أَبَا ذَرِّ أَتَرَى كَثْرَةَ الْمَالِ هُوَ الْغِنَى؟)، قُلْتُ: ((نَعَمّْ، يَا رَسُولَ الثله))، قَالَ: ((فَتَرَى قِلَّةَ الْمَالِ هُوَ الْفَقْرُ؟))، قُلْتُ: ((نَعَمّْ، يَا رَسُولَ الله)) - وهذا هو المفهوم السَّائد للفقر لدى جميع النَّاس - فقَالَ النَّبِيُّ عَلَيه الصَلاةُ وَالتَلَام: ((إِنَّمَا الْغِنَى غِنَى الْقَلْبِ، وَالْفَقْرُ فَقْرُ الْقَلْبِ))(١).

((Wahai Abu Dzar, apakah engkau menganggap banyak harta adalah kaya?)), aku berkata: ((Ya, wahai Rasulullah)), beliau bersabda: ((Apakah engkau menganggap sedikit harta adalah miskin?)), aku berkata: ((Ya, wahai Rasulullah)) - dan inilah pengertian kemiskinan yang umum di kalangan semua orang - maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berkata: ((Sungguh, kaya itu adalah kaya hati, dan miskin itu adalah miskin hati)). Diriwayatkan oleh an-Nisa'i dalam al-Kubra (11785) dan Ibnu Hibbaan dalam Shahih (685), dan dishahihkani oleh Albany.

Ya, siapa pun yang kaya hati, tidak ada yang akan mesnyusahkannya, meskipun hartanya sedikit, Dia akan tetap ridha dengan apa yang telah dikaruniakan Allah dan yang akan datang kepadanya, dan barangsiapa yang miskin hatinya meskipun dia berkecukupan dan mendapatkan bagian yang berlimpah; dia masih melihat keberuntungannya sebagai hal kecil dan tidak merasa cukup, dan dia akan selalu meminta selain itu, seperti dalam hadits Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

لَوْ أَنَّ لابْنِ آدَمَ وَادِيًا مِنْ ذَهَبٍ أَحَبَّ أَنْ يَكُونَ لَهُ وَادِيَانٍ، وَلَنْ يَمْلَأَ فَاهُ إِلَّا التُّرَابُ وَيَتُوبُ اللهُ عَلَى مَنْ تَابَ

“Andaikata seorang anak Adam -yakni manusia- itu memiliki selembah emas, ia tentu menginginkan memiliki dua lembah emas lagi dan sama sekai tidak akan memenuhi mulutnya (merasa puas) selain tanah (yaitu setelah mati) dan Allah menerima taubat orang-orang yang bertaubat.”  Diriwayatkan oleh al-Bukhari(6439).

Dan diriwayatkan oleh Ahmad ditambahkan: لَابْتَغَى إِلَيْهِمَا ثَالِثًا " Dia akan menginginkan yang ketiga (lembah)." Diriwayatkan oleh Ahmad (13552).).

Artinya, manusia cenderung tidak pernah puas, kecuali bagi siapa yang Allah beri rahmat. Dan sabda beliau: " sama sekai tidak akan memenuhi mulutnya (merasa puas) selain tanah (yaitu setelah mati)" berarti ia terus-menerus ingin mengumpulkan harta dunia hingga meninggal dan perutnya dipenuhi oleh tanah kuburnya.

Di akhir hadits juga ditekankan pentingnya taubat; karena orang yang sangat rakus akan harta cenderung mengabaikan transaksi haram, dan obatnya adalah taubat kepada Allah.

Oleh karena itu, masalah ini dan setiap masalah lainnya kembali kepada hati; memperbaiki hati dan menegakkannya dalam ketaatan kepada Allah Yang Maha Kuasa dengan iman, tawakal, ridha, rasa puas, dan makna-makna iman yang agung serta petunjuk-petunjuk-Nya yang jelas, serta taubat yang tulus dari segala kelalaian atau kekurangan yang terjadi.

Dan barang siapa merenungkan petunjuk agama ini dalam mengobati masalah yang membebani ini—yang saya maksudkan adalah: kemiskinan—dan masalahnya yang sering menyulitkan banyak hati, akan melihat di dalamnya petunjuk yang agung dan arahan yang benar yang membawa kebaikan bagi hamba, tidak hanya dalam urusan dunia tetapi juga dalam kebaikan agama, dunia, dan akhirat, sebagaimana ketiga hal ini dijadikan satu dalam doa agung yang diberkahi:

اللَّهُمَّ أَصْلِحْ لِي دِيني الَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِي، وَأَصْلِحْ لِي دُنْيَايَ الَّتِي فِيهَا مَعَاشِي، وَأَصْلِحْ لي آخِرَتِي الَّتِي فِيهَا مَعَادِي، وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لِي فِي كُلِّ خَيْرٍ، وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لِي مِنْ كُلِّ شَرِّ

Allahumma aslihlī dīnī allatī huwa ‘ismatu amrī, wa aslihlī dunyāya allatī fīhā ma‘āshī, wa aslihlī ākhiratī allatī fīhā ma‘ādī, waja‘al al-ḥayāta ziyādata lī fī kulli khayr, waja‘al al-mawt rāḥatan lī min kulli shar.

Ya Allah, perbaiki agamaku bagiku yang merupakan pelindung urusanku, dan perbaiki duniaku bagiku yang di dalamnya aku mencari penghidupan, dan perbaiki akhiratku bagiku yang di dalamnya tempat kembaliku, dan jadikanlah hidup ini sebagai peningkatan bagi setiap kebaikan bagiku, dan jadikanlah kematian sebagai ketenangan bagiku dari segala keburukan.

Diriwayatkan oleh Muslim (2720).

Dan di sinilah terbukti kebutuhan hamba akan keyakinan kepada Allah, bahwa segala urusan berada di tangan Allah, dan bahwa Pemberi rezeki Yang Maha Tinggi berada di langit.

Allah ta’ala berfirman dalam beberapa ayat:

  • Surat Az-Zariyat Ayat 22

وَفِى ٱلسَّمَآءِ رِزْقُكُمْ وَمَا تُوعَدُونَ [الذَّاريات: ٢٢]،

Dan di langit terdapat (sebab-sebab) rezekimu dan terdapat (pula) apa yang dijanjikan kepadamu.

  • Surat Ar-Rum Ayat 37

أَوَلَمْ يَرَوْا۟ أَنَّ ٱللَّهَ يَبْسُطُ ٱلرِّزْقَ لِمَن يَشَآءُ وَيَقْدِرُ ۚ إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَءَايَٰتٍ لِّقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ

Dan apakah mereka tidak memperhatikan bahwa Sesungguhnya Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan Dia (pula) yang menyempitkan (rezeki itu). Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang beriman.

  • Surat Fatir ayat 3:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ ٱذْكُرُوا۟ نِعْمَتَ ٱللَّهِ عَلَيْكُمْ ۚ هَلْ مِنْ خَٰلِقٍ غَيْرُ ٱللَّهِ يَرْزُقُكُم مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلْأَرْضِ ۚ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۖ فَأَنَّىٰ تُؤْفَكُونَ [فاطر: ٣]

Hai manusia, ingatlah akan nikmat Allah kepadamu. Adakah pencipta selain Allah yang dapat memberikan rezeki kepada kamu dari langit dan bumi? Tidak ada Tuhan selain Dia; maka mengapakah kamu berpaling (dari ketauhidan)?

  • Surat Az-Zumar Ayat 52

أَوَلَمْ يَعْلَمُوٓا۟ أَنَّ ٱللَّهَ يَبْسُطُ ٱلرِّزْقَ لِمَن يَشَآءُ وَيَقْدِرُ ۚ إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَءَايَٰتٍ لِّقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ [الزُّمر: ٥٢]

Dan tidakkah mereka mengetahui bahwa Allah melapangkan rezeki dan menyempitkannya bagi siapa yang dikehendaki-Nya? Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang beriman.

  • Surat Saba Ayat 36

قُلْ إِنَّ رَبِّى يَبْسُطُ ٱلرِّزْقَ لِمَن يَشَآءُ وَيَقْدِرُ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ ٱلنَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ

Katakanlah: "Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan menyempitkan (bagi siapa yang dikehendaki-Nya). akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui".

  • Surat Saba Ayat 39

قُلْ إِنَّ رَبِّى يَبْسُطُ ٱلرِّزْقَ لِمَن يَشَآءُ مِنْ عِبَادِهِۦ وَيَقْدِرُ لَهُۥ ۚ وَمَآ أَنفَقْتُم مِّن شَىْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُۥ ۖ وَهُوَ خَيْرُ ٱلرَّٰزِقِينَ

Katakanlah: "Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya)". Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dialah Pemberi rezeki yang sebaik-baiknya.

Dan beberapa ayat semakna lainnya.

Kisah Pemuda yang Bertawakal

Di Damaskus, ada sebuah masjid besar, namanya Masjid Jami’ At-Taubah. Masjid itu penuh keberkahan. Di dalamnya ada ketenangan dan keindahan. Sejak tujuh puluh tahun, di masjid itu ada seorang syaikh pendidik yang alim dan mengamalkan ilmunya, namanya Syaikh Salim Al-Masuthi. Dia sangat fakir sehingga menjadi contoh dalam kefakirannya, dalam menahan diri dari meminta, dalam kemuliaan jiwanya dan dalam berkhidmat untuk kepentingan orang lain.

Di masjid yang sama, tinggal seorang pemuda yang belajar kepada syekh tersebut setiap harinya. Suatu ketika ia dilanda kelaparan yang hebat setelah dua hari perutnya tidak terisi makanan, pun tidak sepeser uang ia miliki. Memasuki hari ketiga, ia berpikir bahwa mencuri makanan untuk sekedar mengusir laparnya tidak jadi soalan.

Pergilah ia dari atap rumah ke atap rumah yang lain. Sampai ketika hidungnya mencium bau masakan, ia turun di rumah tersebut dan langsung menuju dapur. Benar saja, terhidang di hadapannya terong yang tengah dimasak. Dengan segera ia mengambil dan memasukkan sebagian ke mulutnya, kemudian,

“Audzubillah (Aku berlindung kepada Allah)... Pantaskah seorang penuntut ilmu di masjid melakukan hal semisal ini?!”

Ia pun menyudahi kegiatannya dan mengembalikan makanan ke tempat semula.

Sesampai di masjid dengan kondisi lapar, dilihatnya gurunya tengah berbicara dengan seorang wanita yang berhijab. Tak lama gurunya mengangkat pandangannya ke sekitar dan menuju ke pemuda tersebut,

“Kemarilah, apakah kamu sudah menikah?”

“Belum,” ucap pemuda tersebut.

“Kamu mau menikah?”

Pemuda tersebut terdiam dan mengungkapkan kondisi dirinya yang saat ini bahkan tidak memiliki uang untuk membeli roti. Syekh tersebut melanjutkan,

“Wanita ini ditinggal mati oleh suaminya dengan meninggalkan rumah dan harta suaminya yang cukup dan ia ingin menjaga diri dengan menikah.”

Tak memerlukan waktu lama, pemuda tersebut dinikahkan oleh syekh dengan wanita tadi.

Setelah resmi menjadi suami istri, pemuda tersebut bergegas ke rumah istrinya. Wanita tadi menawarkan,

“Apakah engkau ingin makan?”

Pemuda tersebut mengiyakan, sang istri pun langsung menghidangkan makanan yang ada di dapurnya sembari bergumam,

“Aneh, siapa yang menggigit terong ini?!”

Pemuda tersebut pun menangis mengisahkan kisahnya. Dan Allah maha membalas kebaikan pemuda tersebut yang telah menjaga kehormatannya. Tak hanya terong, Allah pun karuniakan ia istri yang salihah.

Sumber: Kisah-Kisah Nyata Tentang Nabi, Rasul, Sahabat, Tabi`in, Orang-orang Dulu dan Sekarang, karya Ibrahim bin Abdullah Al-Hazimi

Bertawakal Seperti Tawakalnya Burung

عنْ عمرَ رضي اللَّهُ عنه قال : سمعْتُ رسولَ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم يقُولُ: « لَوْ أنَّكم تتوكَّلونَ على اللَّهِ حقَّ تَوكُّلِهِ لرزَقكُم كَما يرزُقُ الطَّيْرَ ، تَغْدُو خِماصاً وترُوحُ بِطَاناً»

Dari Umar radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata: “Saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Jika kalian bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benarnya tawakkal, niscaya Dia akan memberikan rezeki kepada kalian, sebagaimana Dia telah memberikan rezeki kepada burung yang berangkat di pagi hari dalam keadaan perut kosong dan kembali dalam keadaan perut kenyang.”

(HR. Tirmidzi, no. 2344. Imam Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih).

Fawaid Hadits:

  •  Wajib bagi seorang hamba untuk bertawakal dan bersandar hanya kepada Allah Ta’ala dengan jujur dan benar.

Allah Ta’ala berfirman:

فَاعْبُدْهُ وَتَوَكَّلْ عَلَيْه

”Maka sembahlah Dia (Allah) dan bertawakallah kepada-Nya.” (QS. Hud : 123)

  • Tawakkal (التَّوَكُّلُ) dibangun di atas dua perkara, yaitu menyerahkan urusan sepenuhnya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan melakukan sebab.
  • Tawakkal tidaklah sempurna hanya dengan menyerahkan urusan kepada Allah, melainkan harus dibarengi dengan melakukan sebab, atau yang biasa kita sebut (dalam bahasa Indonesia) dengan ikhtiar. Oleh karenanya bukanlah dikatakan tawakkal jika hanya menyerahkan urusan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala tanpa ada usaha.
  • Karena di antara hikmah Allah ‘Azza wa Jalla adalah Allah Subhanahu wa Ta’ala mengaitkan antara akibat dengan sebab, atau yang sering kita sebut dengan sunnatullah (aturan Allah).
  • Jika seseorang ingin mendapatkan tujuan, maka dia harus mengikuti sunnatullah yaitu usaha, akan tetapi perlu diingat bahwa usaha tersebut hanyalah sebab dan yang menentukan tetap hanyalah Allah Subhanahu wa Ta’ala.
  • Pelajaran berharga dari tawakalnya burung. Seekor burung tidak tahu letak di mana biji-bijian dan makanan yang akan didapatkan, bisa jadi di tempat kemarin yang ia dapatkan, sekarang telah habis persediaan biji tersebut. Akan tetapi, burung tetap pergi di pagi hari untuk mengais rezeki, tidak diam disangkarnya saja. Maka tentu manusia yang berakal lebih bisa melakukan usaha, bukan hanya bertopang dagu menunggu rezeki turun dari langit.
  • Allah ‘Azza wa Jalla telah menjamin seluruh rezeki makhluk-Nya.

WallahuA’lam.

Referensi: Syarah Shahih Muslim oleh Imam Nawawi, Syarah Riyadhus Shalihin karya Syaikh Shalih al Utsaimin dan Kitab Bahjatun Naadziriin Syarh Riyaadhish Shaalihiin karya Syaikh Salim bin ‘Ied Al Hilaliy.

Sumber: أحاديث إصلاح القلوب Halaman - 44 [Download أحاديث إصلاح القلوب]

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم