Niatilah untuk Menuntut Ilmu Syar'i

Rasulullah ﷺ bersabda, “Barangsiapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah, maka Allah akan memahamkan dia dalam urusan agamanya.”
(HR. Bukhari no. 71 dan Muslim no. 2436)
Kajian Aqidah

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Kajian 'Adawatusy Syaithan Lil Insan Kama Ja'at Fil Qur'an
Karya: Dr. Abdul Aziz bin Shalih Al-Ubaid
🎙 Bersama Ustadz Abu Haidar As-Sundawy 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
📌 Masjid An-Naafi Dago Pakar Bandung
🗓 Bandung, 8 Rabi’ul Awal 1447 / 2 September 2025



Cara-cara Syaitan Menggoda Manusia

Telah berlalu pembahasan cara syaithan menggoda manusia (link arsip: https://tinyurl.com/yc8e3xej ), yaitu:

  1. Was-was (Bisikan Jahat).
  2. Lupa.
  3. Janji Palsu dan Angan-angan.
  4. Memberikan ancaman dan menakut-nakuti.
  5. Menghiasi Kemaksiatan.
  6. Menghalangi (Manusia) dari Jalan Allah ﷻ.
  7. Menyuruh Berbuat Maksiat.
  8. Menggoda Secara Bertahap (Tadarruj).
  9. Gangguan (Kesurupan).
  10. Mabuk dan Judi.
  11. Menimbulkan Permusuhan diantara Manusia.
  12. Tergelincir (dalam Kesalahan).
  13. Talbis (Perancuan).
  14. Kolaborasi Syaitan dan Manusia.
  15. Mengajari Tukang Sihir dan Dukun.
  16. Mewaspadai Suara Syaitan.
  17. Keterlibatan Syaitan dalam Masalah Harta.

Keterlibatan Syaitan dalam Masalah Anak-anak

Keterlibatan syaithan dalam masalah harta telah dijelaskan dalam pertemuan yang lalu. Selanjutnya Syaithan juga berpartisipasi dalam menggoda anak-anak.

2. Partisipasi dalam anak

Ketika syaithan mengetahui bahwa Allah ﷻ menciptakan setiap orang untuk -secara fitrah- mencintai anak-anak mereka, dan kebanyakan mereka lebih mengutamakan cinta kepada anak-anaknya daripada cinta kepada Allah ﷻ dan Rasul-Nya, dia pun menyertai mereka pada anak-anak mereka.

Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat At-Taubah ayat 24:

قُلْ إِن كَانَ ءَابَآؤُكُمْ وَأَبْنَآؤُكُمْ وَإِخْوَٰنُكُمْ وَأَزْوَٰجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَٰلٌ ٱقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَٰرَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَٰكِنُ تَرْضَوْنَهَآ أَحَبَّ إِلَيْكُم مِّنَ ٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ وَجِهَادٍ فِى سَبِيلِهِۦ فَتَرَبَّصُوا۟ حَتَّىٰ يَأْتِىَ ٱللَّهُ بِأَمْرِهِۦ ۗ وَٱللَّهُ لَا يَهْدِى ٱلْقَوْمَ ٱلْفَٰسِقِينَ

Katakanlah: "jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya". Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.

📖 HR al Bukhari dalam kitab al Iman, Bab Hubbur Rasul minal Imaan, no. 14.

Kita harus mencintai keluarga kita, tetapi kadar kecintaannya tidak boleh lebih daripada mencintai Allah ﷻ dan Rasul-Nya. Disebutkan di dalam sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ رواه البخاري

“Tidak sempurna iman salah seorang dari kalian sehingga menjadikan aku lebih ia cintai dari orang tuanya, anaknya dan seluruh manusia“.

Partisipasi (keikutsertaan) ini meliputi setiap anak yang menyebabkan tindakan durhaka kepada Allah ﷻ(Lihat Tafsir ath-Thabari 15/121) dengan memberinya nama yang dibenci oleh Allah, atau memasukkannya ke dalam selain agama yang diridhai Allah, atau berzina dengan ibunya, atau membunuhnya atau menguburnya hidup-hidup dan lain-lain, yang merupakan perbuatan durhaka kepada Allah. Dan termasuk cara partisipasi syaithan bagi manusia pada anaknya adalah sebagai berikut:

a. Syaithan mengganggu sang anak jika ayahnya tidak menyebut Nama Allah ketika jima' (bersetubuh). Hal ini berdasarkan hadits dalam Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim, Nabi ﷺ : bersabda:

لَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ إِذَا أَرَادَ أَنْ يَأْتِىَ أَهْلَهُ فَقَالَ بِاسْمِ اللَّهِ ، اللَّهُمَّ جَنِّبْنَا الشَّيْطَانَ ، وَجَنِّبِ الشَّيْطَانَ مَا رَزَقْتَنَا . فَإِنَّهُ إِنْ يُقَدَّرْ بَيْنَهُمَا وَلَدٌ فِى ذَلِكَ لَمْ يَضُرُّهُ شَيْطَانٌ أَبَدًا

“Jika salah seorang dari kalian (yaitu suami) ingin berhubungan intim dengan istrinya, lalu ia membaca do’a:

ʙɪꜱᴍɪʟʟᴀʜ ᴀʟʟᴀʜᴜᴍᴍᴀ ᴊᴀɴɴɪʙɴᴀᴀꜱʏ ꜱʏᴀɪᴛʜᴏᴏɴᴀ ᴡᴀ ᴊᴀɴɴɪʙɪꜱʏ ꜱʏᴀɪᴛʜᴏᴏɴᴀ ᴍᴀᴀ ʀᴏᴢᴀQᴛᴀɴᴀᴀ.

‘Dengan (menyebut) nama Allah, ya Allah jauhkanlah kami dari (gangguan) setan dan jauhkanlah setan dari rezki yang Engkau anugerahkan kepada kami”, kemudian jika Allah menakdirkan (lahirnya) anak dari hubungan intim tersebut, maka setan tidak akan bisa mencelakakan anak tersebut selamanya.’” - (HR. Bukhari, no. 6388; Muslim, no. 1434).

Maksudnya, syaithan tidak bisa ikut bersama ayahnya ketika berhubungan badan dengan ibunya. Ada pendapat bahwa anak itu akan menjadi anak shalih atau tidak bisa dirasuki syaithan, atau tidak akan membahayakan jasmaninya. (Lihat Fathul Bari 9/229).

Seseorang jika berdzikir (berdo'a) kepada Allah ﷻ dengan dzikir ini ketika berhubungan badan, ia telah menolak gangguan terhadap anaknya sendiri.

b. Menyertainya dalam pemberian nama, yaitu dengan memberikan nama yang dimurkai Allah, seperti nama yang diperhambakan kepada selain Allah seperti: 'Abdul Husain atau 'Abdu Muhammad atau' Abdul Harits. Firman Allah ﷻ:

فَلَمَّآ ءَاتَىٰهُمَا صَٰلِحًا جَعَلَا لَهُۥ شُرَكَآءَ فِيمَآ ءَاتَىٰهُمَا ۚ فَتَعَٰلَى ٱللَّهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ

Tatkala Allah memberi kepada keduanya seorang anak yang sempurna, maka keduanya menjadikan sekutu bagi Allah terhadap anak yang telah dianugerahkan-Nya kepada keduanya itu. Maka Maha Tinggi Allah dari apa yang mereka persekutukan. (QS Al-A'raf ayat 190).

Ini berawal dari Adam dan Hawwa ketika keduanya menuruti syaithan untuk memberikan nama kepada anaknya dengan “Abdul Harits, seperti dijelaskan jumhur (mayoritas) ahli tafsir. Qatadah berkata: "Menyekutukan ketaatan kepadanya, bukan dalam ibadahnya.” Ath-Thabari berkata: “... Yang dimaksud adalah Adam dan Hawwa karena sudah konsensus (ijma)) semua ahli ta'wil (tafsir) atas hal itu. Ibnu Katsir berkata: “Atsar ini diriwayatkan oleh jamaah yang banyak dari Ibnu “Abbas Radhiyallahu’anhuma, seperti Mujahid, Sa'id bin Jubair dan Ikrimah. Dari lapisan kedua: Qatadah, as-Suddi dan banyak lainnya dari kalangan Salaf. Juga sekelompok ulama khalaf, dan juga dari kalangan mufassirin belakangan yang tidak terhitung jumlahnya.” Makna ini ditunjukkan oleh firman Allah ﷻ :

وَجَعَلَ مِنْهَا زَوْجَهَا

“... Dia menciptakan isterinya ....” (QS. Al-A'raf: 189)

Dan ini hanya ada untuk Hawwa saja, dan firman-Nya:

دَّعَوَا ٱللَّهَ رَبَّهُمَا

“... Keduanya (suami isteri) bermohon kepada Allah, Rabb keduanya ....” (QS. Al-A'raf: 189)

Do'a ini dari Adam dan Hawwa, bukan dari setiap ayah dan ibu.

📖 Ada juga makna yang lain, bahwa yang dimaksud adalah jenis keturunan Adam dan Hawwa, yaitu orang-orang musyrik. Tatkala Allah ﷻ mengabulkan do'a mereka, mereka menyekutukan-Nya dengan yang lain. Seperti pendapat al-Hasan al-Bashri, Ibnu Katsir dan as-Sa'di, karena firman Allah ﷻ sesudahnya: "Maka Mahatinggi Allah dari apa yang mereka persekutukan. (OS. Al-A'raf: 190) Apakah mereka mempersekutukan (Allah dengan) berhala-berhala yang tak dapat menciptakan sesuatu pun, sedangkan berhala-berhala itu sendiri buatan orang?" (OS. Al-A'raf: 191)

Lihat masalah ini dalam Tafsir ath-Thabari 13/303-319 tahqiq al-Qurthubi 7/337-339, Ibnu Katsir 2/274-277, asy-Syaukani, 2/289-292, Tafsir al-'Azizil Hamid 628-636, Fathul Majid 638-643 Tafsir as-Sa'di, 3/63, Tafsir asy-Syinqithi 2/340-341 dan dia tidak menekankan lebih rajin salah satunya dari yang lain.

c. Syaithan menipu kebanyakan orang-orang dengan memandang baik tindakan membunuh anaknya karena takut mendapat malu, seperti yang dilakukan terhadap anak perempuan, atau karena takut miskin, seperti yang mereka lakukan kepada semua (laki-laki dan perempuan). Firman Allah ﷻ:

قَدْ خَسِرَ ٱلَّذِينَ قَتَلُوٓا۟ أَوْلَٰدَهُمْ سَفَهًۢا بِغَيْرِ عِلْمٍ

“Sesungguhnya rugilah orang yang membunuh anak-anak mereka karena kebodohan lagi tidak mengetahui ....” - (QS. Al-An'am 140)

d. Memasukkan mereka ke dalam agama selain Islam dan kepada fitrah selain fitrah yang Allah ﷻ berikan. Hal itu dengan keikutsertaan (partisipasi) syaithan, seperti sabda Nabi ﷺ (hadits qudsi): “Aku ciptakan hamba-Ku dalam keadaan lurus (memilih Islam), dan sesungguhnya mereka didatangi syaithan, maka ia memalingkan mereka dari agama mereka (Islam)". [HR. Muslim 4/2197].

Dan dalam Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim bahwa Nabi ﷺ bersabda: “Tidak ada bayi yang dilahirkan kecuali dilahirkan dalam kedaan fitrah. Kedua orangtuanya yang menjadikannya Yahudi, atau Nasrani atau majusi.”

📖 HR. Al-Bukhari 2/97, Muslim 4/2047, Ibnul Qayyim telah menguraikan penjelasan tentang fitrah yang pertama dan perbedaan pendapat padanya dan sesungguhnya hal itu tidak bertolak belakang dengan qadha dan qadar dalam kitab Syifa 'ul “Alil 283-307dan sebagian yang dikatakannya pada halaman 302-303: “Sungguh jelas indikasi al-Qur'an, Sunnah, atsar dan kesepakatan ulama salaf bahwa makhluk difitrahkan untuk mengenal Allah ﷻ yaitu mengetahui-Nya, Mencintai-Nya dan tunduk kepada-Nya.

e. Mengutamakan sebagian anak atas yang lain dalam pemberian, seperti diriwayatkan dalam ash-Shahihain dari an-Nu'man bin Basyir, ia berkata: “Ayahku membawaku kepada Rasulullah ﷺ lalu berkata: Aku memberikan kepada anakku ini seorang ghulam (budak laki-laki) Rasulullah bersabda: 'Apakah kamu juga memberikan semua anakmu seperti itu juga? Ayahku menjawab: Tidak. Nabi ﷺ bersabda: “Ambillah kembali (tariklah pemberian itu). Dan pada satu riwayat al-Bukhari: “Bertakwalah kepada Allah dan berlaku adillah diantara anak-anakmu. Ia (Numan) berkata: Ia (ayahku) pun kembali dan menarik kembali pemberiannya.” [HR. Bukhari no. 3/143 dan Muslim no. 3/1243]

f. Orang tua menuruti semua permintaan anaknya yang diharamkan. Dan ini cukup banyak pada masa sekarang. Seorang anak biasanya memperhatikan teman-teman dekatnya, dan ia ingin selalu sama seperti mereka. Maka ia meminta dari ayahnya sesuatu yang diharamkan dan ia terus merengek-rengek agar dikabulkan permintaannya. Lalu banyak orang tua yang akhirnya mengabulkan permintaan anak-anaknya. Ia masukkan ke dalam rumah alat-alat musik, majalah porno, buku-buku yang berbahaya dan antena parabola yang merusak, atau orang tuanya membelikan untuknya mobil dan dibiarkan tanpa kendali hingga akhirnya mencelakakan orang lain. Mungkin saja seorang anak memaksa ayahnya dengan sejumlah uang yang ia tidak mampu memberikannya.

Hal itu karena sebagian orang tua memperhatikan anaknya dari sisi kasih sayang saja, bukan melihat dari sisi bijaksana, akal sehat serta masalahnya. Sehingga banyak yang membawa malapetaka kepada anak itu sendiri, kemudian kepada ayahnya, keluarganya dan akhirnya semua masyarakat. Ini adalah jerat syaithan yang dipasangkan kepada para orang tua. Wajib kepada setiap ayah untuk mendidik sang anak dengan pendidikan yang baik dan menjaganya dari neraka, hingga akhirnya dapat menjadi penolongnya dalam beribadah kepada Allah ﷻ dan sebagai kebahagiaannya di dunia dan akhirat.

•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ

“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم