Niatilah untuk Menuntut Ilmu Syar'i

Rasulullah ﷺ bersabda, “Barangsiapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah, maka Allah akan memahamkan dia dalam urusan agamanya.”
(HR. Bukhari no. 71 dan Muslim no. 2436)
Kajian Islam

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Kajian 'Adawatusy Syaithan Lil Insan Kama Ja'at Fil Qur'an
Karya: Dr. Abdul Aziz bin Shalih Al-Ubaid
🎙 Bersama Ustadz Abu Haidar As-Sundawy 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
📌 Masjid An-Naafi Dago Pakar Bandung
🗓 Bandung, 14 Dzulhijjah 1446 / 10 Juni 2025



Cara Syaithan Menggoda Manusia: Gangguan (Kesurupan)

Telah berlalu pembahasan cara syaithan menggoda manusia (link arsip: https://tinyurl.com/yc8e3xej ), yaitu:
1. Was-was (Bisikan Jahat).
2. Lupa.
3. Janji Palsu dan Angan-angan.
4. Memberikan ancaman dan menakut-nakuti.
5. Menghiasi Kemaksiatan.
6. Menghalangi (Manusia) dari Jalan Allah ﷻ.
7. Menyuruh Berbuat Maksiat.
8. Menggoda Secara Bertahap (Tadarruj)

Di antara cara-cara syaithan untuk menyesatkan Bani Adam (manusia), yaitu dengan menguasai mereka dan menyakiti badan atau fikiran mereka.

Allah ﷻ telah menyebutkan gangguan syaithan terhadap manusia ini dalam beberapa ayat. Di antaranya Allah ﷻ berfirman kepada Nabi Ayyub alalaihisalam:

وَٱذْكُرْ عَبْدَنَآ أَيُّوبَ إِذْ نَادَىٰ رَبَّهُۥٓ أَنِّى مَسَّنِىَ ٱلشَّيْطَٰنُ بِنُصْبٍ وَعَذَابٍ

“Dan ingatlah akan hamba Kami Ayyub ketika ia menyeru Rabbnya, Sesungguhnya aku diganggu syaithan dengan kepayahan dari siksaan.” (QS. Shaad: 41)

Dalam ayat ini Nabi Ayyub alaihissalam diganggu Setan hingga menimbulkan penyakit pada badannya bukan jiwanya.

Kata an-nashab di sini berarti kecapekan dan kepayahan. Sedangkan kata al-adzab berarti setiap apa yang dirasa sakit oleh manusia dari sesuatu yang mengenai badannya, keluarganya dan hartanya, (lihat Tafsir as-Sa'di 7/13 dan Adhwa 'ul Bayan 4/670) sebab dia akan merasa tersiksa dengan kepergian mereka.

Jika dikatakan, bagaimana mungkin syaithan bisa menguasai Nabi Ayyub alaihissalam sedangkan dia adalah seorang Nabi Allah Sementara Allah ﷻ berfirman: :

إِنَّهُۥ لَيْسَ لَهُۥ سُلْطَٰنٌ عَلَى ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ

“Sesungguhnya syaithan itu tidak ada kekuasannya atas orangorang yang beriman dan bertawakkal kepada Rabb-nya.” (QS. An-Nahl: 99)

Jawabnya bahwa Allah ﷻ menguasakan syaithan atas Nabi Ayyub sebagai cobaan dan ujian baginya. Dan yang demikian itu untuk menampakkan kualitas kesabarannya, serta memberikan akhir yang baik baginya di dunia dan akhirat, untuk kemudian dikembalikan lagi kepadanya semua yang telah diujikan kepadanya: berupa kesehatan, keluarga dan harta.

Di antara dalilnya adalah firman Allah ﷻ yang artinya, "Maka Kami pun memperkenankan seruannya itu, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya.” (QS. Al-Anbiya': 84) Dan terdapat pula dalam Shahih al-Bukhari bahwa Nabi bersabda,

عن أبي هريرة رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم : "بينا أيوبُ -عليه السلام- يَغتَسلُ عُرياناً، فَخَرَّ عليه جَرَادٌ من ذَهَبٍ، فجعلَ أيوبُ يَحْثِي في ثوبِهِ، فنَاداه ربُّه عز وجل : يا أيوبُ، ألَمْ أكنْ أغْنَيتك عما تَرى؟!، قال: بلى وعزتِك، ولكن لا غِنى بي عن بركتِكَ".
[صحيح] - [رواه البخاري]

Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, "Ketika Ayyub -'Alaihissalām- mandi dengan telanjang, tiba-tiba belalang emas jatuh menimpa tubuhnya. Ayyub pun memasukkannya ke dalam bajunya. Maka Rabb 'Azza wa Jalla menyerunya, "Wahai Ayub! Bukankah aku telah mencukupkanmu dari apa yang engkau lihat?" Ia menjawab, "Tentu, demi kemuliaan-Mu, akan tetapi aku tidak pernah merasa cukup dari berkah-Mu." [Hadis sahih] - [Diriwayatkan oleh Bukhari]

Hadits ini menunjukkan nabi Ayyub alaihi salam menekankan arti keberkahan dalam hartanya.

Penguasaan ini termasuk jenis (musibah) yang biasa dialami oleh semua orang, dan itu juga akan terjadi kepada para Nabi yang lainnya. Akan tetapi syaithan tidak akan bisa menguasi hati orang mukmin yang bertawakkal (berserah diri kepada Allah), sehingga memalingkannya dari keimanannya kepada kekufuran dan kesyirikan. (Lihat Adhwa ul Bayan 4/680-682).

Allah ﷻ berfirman:

ٱلَّذِينَ يَأْكُلُونَ ٱلرِّبَوٰا۟ لَا يَقُومُونَ إِلَّا كَمَا يَقُومُ ٱلَّذِى يَتَخَبَّطُهُ ٱلشَّيْطَٰنُ مِنَ ٱلْمَسِّ ۚ

“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat beri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaithanlsr taran (tekanan) penyakit gila ....” (OS. Al-Baqarah: 275)

Allah ﷻ telah menyerupakan bangkitnya orang-orang yang memakan riba dari kubur mereka, dengan berdirinya orang yang sedang kerasukan syaithan lantaran (gangguan) penyakit gila. Dan musyabbah bih (yang dijadikan penyerupaan) di sini, telah diketahui dengan jelas oleh para pembaca ayat ini. Selanjutnya, berkaitan dengan makna ayat ini, terdapat beberapa perkataan para mufassir, diantaranya:

Imam ath-Thabari Rahimahullah berkata: “Maksud kalimat yatakhabbathuhu' di sini bahwa syaithan akan merusak akalnya di dunia, dan dia pulalah yang akan mencekik dan merasukinya. Kata 'al-mass' berarti kegilaan.” (Lihat Tafsir ath-Thabari 6/8, tahqiq Ahmad Syakir).

Imam al-Baghawi Rahimahullah berkata, “Maksudnya, syaithan akan merasukinya. Asal kata al-khabth adalah menginjakkan kaki, yaitu melangkah dalam kondisi gontai (tidak seimbang). Dikatakan khabuth kepada seekor unta yang menginjak manusia dan menghentak tanah dengan kaki-kakinya. Kata al-mass berarti kegilaan. Dikatakan, “Seseorang dinyatakan terganggu jiwanya jika ternyata dia gila.” (Tafsir al-Baghawi 1/261).

Imam al-Ourthubi rahimahullah berkata, “Dalam ayat ini terdapat dalil yang menyatakan kesalahan orang-orang yang mengingkari adanya gangguan dari jin, dan sebaliknya mengklaim bahwa itu karena faktor alam, dan bahwa syaithan tidak bisa memasuki tubuh manusia dan mengganggunya.” (Lihat Tafsir al-Qurthubi 3/355).

Imam Ibnu Katsir Rahimahullah berkata, “Mereka (pemakan riba) tidak akan bangun dari kuburnya pada Hari Kiamat nanti, kecuali seperti berdirinya seseorang pada saat kerasukan syaithan. Hal itu dikarenakan dia berdiri dengan cara yang aneh.” (Lihat Tafsir Ibni Katsir 1/327).

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Rahimahullah berkata, “Masuknya sebangsa jin ke dalam tubuh manusia benar adanya menurut kepakatan para ulama Ahlus Sunnah wal Jama'ah. Dan “Abdullah bin Imam Ahmad bin Hanbal Rahimahullah pernah berkata, “Aku katakan kepada ayahku, Sungguh orang-orang berkata bahwa jin tidak dapat masuk ke dalam tubuh seorang yang sedang kerasukan.' Beliau pun menjwab, “Wahai anakku, mereka salah, jin ini berbicara dengan gunakan lisannya. Dan apa yang dikatakan beliau ini merupakan sesuatu yang sudah masyhur. Karena jin tersebut akan merasuk tubuh seseorang, lalu orang itu pun berbicara dengan perkataan yang dia tidak mengerti maknanya. Tidak ada di antara para ulama kaum muslimin yang mengingkari masuknya sebangsa jin ini dalam tubuh manusia.” (Lihat Majmu' al-Fatawa 24/276-277).

Ibnul Qayyim Rahimahullah berkata, “Secara global, jenis dari kerasukan jin beserta pengobatannya ini, tidak ada yang mengingkarinya kecuali orang yang sedikit ilmu, akal dan pengetahuannya saja.”

Lihat Zadul Ma'ad 4/69. Dan sengaja saya perpanjang ceritanya di sini tiada lain karena banyak tindakan tasykik (isu-isu meragukan) dalam masalah Ini, dan khususnya pada zaman sekarang ini samping untuk memenuhi permintaan. Oleh karena itu saya menulis dalam dalam masalah ini beberapa pembahasan dan risalah. Di antaranya adalah risalah Syaikh "Abdul 'Aziz bin 'Abdin Baaz, Mas'alah Dukhulil Jinni fi Badanil Mashr' wa Jawaz Mukhathabatil Jinnn Iil insi Kitab Jinn wasy Syayathin, hal. 54-55, dan kitab Wiqayatul Insan minal Jinn wasy Syaithan Hal. 55-119, yang menukil di dalamnya beberapa perkataan para ulama dan dokter tentang berbagai penyakit dan pengobatannya. Juga kitab ash-Shahihul Burhan fima Yathradusy Syaithan, hal 51-88.

Allah ﷻ berfirman:

إِنَّ ٱلَّذِينَ ٱتَّقَوْا۟ إِذَا مَسَّهُمْ طَٰٓئِفٌ مِّنَ ٱلشَّيْطَٰنِ تَذَكَّرُوا۟ فَإِذَا هُم مُّبْصِرُونَ

Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari syaitan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya. (QS. Al-A'raf ayat 201)

Abu 'Amr, Ibnu Katsir dan al-Kisa'i membaca kata tha'if dalam ayat ini dengan thaif seperti kata dhaif, yang berarti apa yang terbayang dalam hati atau yang terlihat di dalam mimpi. Kegilaan, kemarahan dan rasa was-was disebut dengan thaif, karena bisikan syaithan itu menyerupai lintasan hayalan.

Sedangkan ulama ahli qira'ah sab'ah (tujuh bacaan) yang selebihnya membacanya dengan tha'if yang berarti syaithan itu sendiri, karena dia akan berputar mengelilingi manusia. Atau bisa berarti kesalahan atau dosa akibat bujukan syaithan. (Dikatakan, makna dari dua bacaan tersebut adalah satu. Lihat Tafsir ath-Thabari 13/333-337, kitah Al Kasyf 'an Wujuhil qira'ah as-Sab'ah, 1/486-488 dan kitab Tafsir al-Qurthubi 7/349-350).

Maka di antara sifat orang yang bertakwa adalah jika mereka sedang kacau, marah, merasa was-was, berbuat dosa atau melihat mimpi yang berasal dari syaithan di dalam tidurnya, mereka segera mengingat dosa-dosa mereka, mengingat janji Allah ﷻ beserta ancaman-Nya, serta mengingat bahwa itu termasuk tipu daya dari syaithan. Lalu mereka pun kembali kepada jalan kebenaran dan bertaubat kepada Rabb mereka, Allah ﷻ.

Gangguan syaithan kepada manusia ini bermacam-macam, di antaranya:

1. Syaithan mengganggu setiap bayi ketika dilahirkan, kecuali Nabi Isa alaihissalam beserta ibunya, mengingat terdapat riwayat dalam kitab ash-Shahihain dari Abu Hurairah, ia berkata: “Rasulullah ﷺ bersabda:

"Tidaklah seorang dari Bani Adam dilahirkan melainkan syithan akan mengganggunya ketika dia dilahirkan, sehinggah, bayi itu pun pertama kali menjerit karena gangguan syaithan kecuali Maryam dan putranya.” Kemudian Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, kata (mengutip ayat): "Dan sesungguhnya aku memohonkan perlindungan untuknya (Maryam) juga keturunannya kepada-Mu dari godaan syaithan yang terkutuk.” (Shahih al-Bukhari 4/138 dan Muslim).

2. Syaithan mengganggu tubuh manusia dan menguasainya. Terkadang gangguan tersebut menimpa seluruh tubuh manusia sebagaimana yang pernah terjadi pada diri Nabi Ayyub alaihissalam, atau sebagian dari tubuhnya seperti syaithan mungkin mengganggu akal fikiran manusia, tangannya atau matanya dengan suatu penyakit. Imam Ahmad dan al-Hakim meriwayatkan hadits dari Nabi ﷺ, beliau bersabda:

“Tha'un (wabah/penyakit menular) adalah tikaman musuh-musuh kalian dari (sekawanan) jin, dan ia bagi kalian merupakan kematian syahid.” (HR. Ahmad 4/413 dan al-Hakim 1/50 dan dishahihkan serta disepakati oleh Imam adz-Dzahabi).

'Abdullah bin Mas'ud Radhiyallahu’anhu pernah berkata kepada istrinya pada saat istrinya terkena sakit mata dan pergi kepada seorang dukun Yahudi yang mengobatinya hingga matanya sembuh:

“Sesungguhnya yang demikian itu adalah perbuatan syaithan, dia menikamnya dengan tangannya. Jika dia meruqyah (mengobati)nya, maka dia berhenti dari (menikam)nya.” Dan dalam riwayat lain dikatakan, “Dia menusuk kedua matanya dengan jarinya (syaithan).” (HR. Ahmad 1/ 382, Abu Dawud 4/212-213, Ibnu Majah 2/1167 dan telah dishahihkan oleh Syaikh Al-bani dalam Shahih Sunan Abi Dawud 2/736).

3. Menggoda manusia di saat dia sedang tidur, melalui mimpi yang menakutkannya, seperti bermimpi seolah-olah dirinya terjatuh dari tempat yang tinggi, atau dia melihat kubus *), atau sebuah mobil menabraknya. Mimpi-mimpi buruk ini dan yang sejenisnya, semuanya termasuk gangguan syaithan kepada manusia dalam tidurnya, mengingat telah disebutkan dalam kitab Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim bahwa Nabi ﷺ telah bersabda:

“Jika seseorang di antara kalian melihat sesuatu yang dia sukai dalam mimpinya, maka sesungguhnya itu berasal dari Allah, dan hendaklah dia memuji Allah karenanya dan menceritakannya. Dan jika dia melihat selain itu berupa mimpi, dia benci, maka sebenarnya itu tiada lain berasal dari syithan, dan hendaklah dia segera berta'awwudz (berlindung kepada Allah) dari kejahatannya dan tidak menceritakannya, pada seorang pun, karena mimpi-mimpi buruk tersebut Id akan pernah memberi mudharat kepadanya.” (HR. Bukhari 8/83 dan Muslim 4/1771).

*) Kubus yaitu mimpi buruk seakan-akan ada sesuatu yang menghimpit atau mencekik menimpa seseorang yang sedang tidur (mimpi-mimpi buruk). Lihat Lisanul Arab 10/192.

Dan dalam Shahih Muslim disebutkan bahwa seorang Arab (Badui) berkata kepada Nabi ﷺ:

“Sesungguhnya aku telah bermimpi bahwa kepalaku terputus, lalu aku mengikutinya” Maka Nabi ﷺ pun mencegahnya dan bersabda, "Janganlah engkau ceritakan godaan syaithan terhadapmu yang terjadi dalam mimpi.” (HR. Muslim 4/1771).

Juga terdapat dalam Shahih Muslim bahwa Nabi ﷺ bersabda: “...Dan mimpi itu ada tiga (macam), yaitu mimpi baik sebagai kabar gembira dari Allah, mimpi menyedihkan yang berasal dari syaithan dan mimpi yang merupakan bisikan manusia terhadap dirinya sendiri.” (HR. Muslim 4/1773).

4. Mengganggu keluarga seseorang atau hartanya dan akan menguasai mereka, sebagaimana itu pernah terjadi pada Nabi Ayyub alaihissalam. Yang demikian itu bertujuan untuk memfitnah manusia dari beribadah kepada Allah ﷻ, dan menyibukkan diri mereka dengan musibah tersebut daripada berbuat taat kepada Allah, atau untuk membuat manusia menghamba kepada manusia lain selain Allah ﷻ. Jika mereka telah melakukan hal itu maka syaithan pun meninggalkan keluarga dan harta mereka. Maka hanya kepada Allah-lah kita memohon keselamatan.

Di antara dalil lainnya yang mengarah pada pembahasan ini salah sabda Nabi ﷺ:

“Apabila kalian tidur maka matikanlah lampu kalian, karena syaithan akan menunjukkan seperti 'ini' (tikus) kepada yang 'ini' (perbuatan buruk) lalu dia akan membakar kalian. (HR. Abu Dawud 5/409, al-Hakim 4/284-285).

Maksudnya, syaithan akan menunjukkan seekor tikus untuk berbuat buruk, sehingga tikus itu pun akan membakar kalian.(lihat kitab Badzlul Majhud fi Hiil Abi Dawud 20/188). Maka, perhatikanlah bagaimana syaithan menguasai manusia, keluarga dan harta kekayaan mereka. Karena itulah Nabi ﷺ telah memerintahkan untuk mematikan lampu dan semua yang menyala, sehingga syaithan pun tidak bisa menguasai diri kita.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم