Maka Bertasbihlah

#Do'a dan Dzikir
 
•┈┈┈┈┈••❀•◎﷽◎•❀••┈┈┈┈┈•
 
  Maka... Bertasbihlah...
 
↪ Nabi Shallallahu’alaihi wasallam bersabda:
 
مَنْ قَالَ سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ فِيْ يَوْمٍ مِائَةَ مَرَّةٍ حُطَّتْ خَطَايَاهُ وَلَوْ كَانَتْ مِثْلَ زَبَدِ الْبَحْرِ
 
Barangsiapa yang membaca: SUBHÂNALLÂH WABIHAMDIH   “Maha Suci Allah dan aku” dalam sehari seratus kali, maka kesalahannya dihapus sekalipun seperti buih air laut.” (HR. Muslim, no. 2691)
 
↪ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
 
مَنْ قَالَ حِينَ يُصْبِحُ وَحِينَ يُمْسِي سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ مِائَةَ مَرَّةٍ لَمْ يَأْتِ أَحَدٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِأَفْضَلَ مِمَّا جَاءَ بِهِ إِلَّا أَحَدٌ قَالَ مِثْلَ مَا قَالَ أَوْ زَادَ عَلَيْهِ
 
“Barang siapa yang ketika pagi dan sore membaca: SUBHÂNALLÂHI WABIHAMDIH (Maha suci Allah dan dengan segala pujian hanya untuk-Nya) sebanyak 100 (seratus) kali, maka pada hari kiamat tidak ada seorangpun yang
akan mendatangkan amalan yang lebih utama daripada apa yang dia datangkan. Kecuali orang yang juga mengucapkan bacaan seperti itu atau lebih dari itu” (HR. Muslim no. 2692)
 
↪ Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda:
 
كَلِمَتَانِ خَفِيْفَتَانِ عَلَى اللِّسَانِ ثَقِيْلَتَانِ فِي الْمِيْزَانِ حَبِيْبَتَانِ إِلَى الرَّحْمَـانِ: سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ سُبْحَانَ اللهِ الْعَظِيْمِ
 
“Dua kalimat yang ringan di lidah, pahalanya berat di timbangan (hari Kiamat) dan disenangi oleh Tuhan Yang Maha Pengasih, adalah: Subhaanallaah wabi-hamdih, subhaanallaahil ‘azhiim” (HR. Muslim, no. 2694)
 
↪ Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda:
 
لأَنْ أَقُوْلَ سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، أَحَبُّ إِلَيَّ مِمَّا طَلَعَتْ عَلَيْهِ الشَّمْسُ
 
“Sungguh, apabila aku membaca: ‘Subhaanallah walhamdulillaah walaa ilaaha illallaah wallaahu akbar’. Adalah lebih senang bagiku dari apa yang disinari oleh matahari terbit” (HR. Muslim, no. 2695)
 
↪ Dari Sa’ad bin Abi Waqqosh Radhiallahu’anhu, beliau berkata: “Kami pernah berada di sisi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Setelah itu beliau bertanya:
 
أَيَعْجِزُ أَحَدُكُمْ أَنْ يَكْسِبَ، كُلَّ يَوْمٍ أَلْفَ حَسَنَةٍ؟» فَسَأَلَهُ سَائِلٌ مِنْ جُلَسَائِهِ: كَيْفَ يَكْسِبُ أَحَدُنَا أَلْفَ حَسَنَةٍ؟ قَالَ: «يُسَبِّحُ مِائَةَ تَسْبِيحَةٍ، فَيُكْتَبُ لَهُ أَلْفُ حَسَنَةٍ، أَوْ يُحَطُّ عَنْهُ أَلْفُ خَطِيئَةٍ
 
“Apakah seseorang di antara kamu tidak mampu mendapatkan seribu kebaikan tiap hari?”. Salah seorang di antara yang duduk bertanya: “Bagaimana di antara kita bisa memperoleh seribu kebaikan (dalam sehari)?” Rasul bersabda: “Hendaklah dia membaca seratus tasbih, maka ditulis seribu kebaikan baginya atau seribu kejelekannya dihapus” (HR. Muslim, no. 2698)
 
↪ Dari Jabir Radhiallahu’anhu, Nabi Sholallahu’alaihi wa sallam bersabda:
 
مَنْ قَالَ: سُبْحَانَ اللهِ الْعَظِيْمِ وَبِحَمْدِهِ، غُرِسَتْ لَهُ نَخْلَةٌ فِي الْجَنَّةِ
 
“Barangsiapa yang membaca: Subhaanallaahi ‘azhiim wabihamdih, maka ditanam untuknya sebatang pohon kurma di Surga” (HR. At-Tirmidzi, no. 3464)
 
✔ Semoga Alloh ta'aala memudahkan kita untuk selalu istiqomah dalam mengamalkan sunnah Nabi shallallahu alaihi wasallam.
 
Baarokallohufiikum...

Nasehat Umar Al-Faruq Radhiyallohu'anhu

Wadi’ah al-Anshari mengatakan bahwa dia mendengar Umar bin al-Khaththab radhiallahu ‘anhu menasihati seseorang,

لاَ تَكَلَّمْ فِيمَا لاَ يَعْنِيكَ، وَاعْرِفْ عَدُوَّكَ، وَاحْذَرْ صَدِيقَكَ إِلاَّ الْأَمِينَ، وَلاَ أَمِينَ إِلاَّ مَنْ يَخْشَى اللهَ، وَ تَمْشِي مَعَ الْفَاجِرِ فَيُعَلِّمَكَ مِنْ فُجُورِهِ، وَ تُطَلِّعْهُ عَلَى سِرِّكَ، وَلاَ تُشَاوِرْ فِي أَمْرِكَ إِلاَّ الَّذِينَ يَخْشَوْنَ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ

“Janganlah engkau berbicara dalam urusan yang tidak engkau perlukan. Kenali musuhmu. Waspadalah dari temanmu, kecuali yang tepercaya. Tidak ada orang tepercaya kecuali yang takut kepada Allah subhanahu wa ta’ala.

Janganlah engkau berjalan bersama orang yang rusak, sehingga dia akan mengajarimu sebagian keburukannya. Jangan pula engkau beri tahukan rahasiamu kepadanya.

Janganlah engkau bermusyawarah tentang urusanmu kecuali dengan orangorang yang takut kepada Allah ‘azza wa jalla.”

(Shifatu ash-Shafwah hlm. 109)

Muharram Diantara Beberapa Pemikiran

1. Pertama

Menurut orang syiah, muharram adalah hari meratap, hari bersedih dan waktu berkabung, mereka membuat ritual melukai diri untuk meratapi kematian Hussein radhiyallahu 'anhu.

2. Kedua 

Menurut orang kejawen, muharram atau suro adalah bulan yang penuh mistik, bulan keramat, bulan nyadren, ngaduse keris dst... kebanyakan kaum kejawen tak mau menikahkan anaknya dan membuat walimah di bulan yang dianggap keramat ini.

3. Ketiga

Menurut sebagian kaum pergerakan, Muharram adalah bulan instropeksi dan evaluasi diri maka mereka menyongsong bulan ini dengan membuat hal baru yaitu kegiatan kumpul bersama di malam tahun baru hijriyah yang dinamakan MABIT...sebagian ada yang memplesetkannya menjadi MABID (malam bid'ah).

4. Keempat

menurut ISLAM itu sendiri, Muharram adalah bulan yang mulia.

➡ Apa saja keutamaannya ? 

Silakan dibaca tulisan berikut ini:

Termasuk Empat Bulan Haram (suci)

Allah berfirman:
إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ
“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram (bulan Dzul Qa’dah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab), yang demikian itu adalah (ketetapan) agama yang lurus..” [QS. At-Taubah: 36]

Muharram adalah bulan terbaik setelah Ramdalhan

Hasan Al-Bashri rahimahulalah mengatakan:
Allah membuka awal tahun dengan bulan haram (Muharram) dan menjadikan akhir tahun dengan bulan haram (Dzulhijjah). Tidak ada bulan dalam setahun, setelah bulan Ramadhan, yang lebih mulia di sisi Allah dari pada bulan Muharram. Dulu bulan ini dinamakan Syahrullah Al-Asham (bulan Allah yang sunyi), karena sangat mulianya bulan ini.
[Lathaiful Ma’arif, Hal. 34]

Selengkapnya: Muharram Diantara Beberapa Pemikiran

Pahala Berlipat di Malam Jum'at

Bismillah

Al Kahfi

Hadits Pertama:

عَنْ أَبِى سَعِيدٍ الْخُدْرِىِّ أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ :« مَنْ قَرَأَ سُورَةَ الْكَهْفِ فِى يَوْمِ الْجُمُعَةِ أَضَاءَ لَهُ مِنَ النُّورِ مَا بَيْنَ الْجُمُعَتَيْنِ »

Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu anhu, bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang membaca surat Al-Kahfi pada hari Jum’at, maka Allah akan menyinarinya dengan cahaya di antara dua Jum’at.”

(Diriwayatkan oleh Al-Hakim dalam Al-Mustadrok II/399 no.3392, dan Al-Baihaqi di dalam Sunannya III/249 dengan nomor.5792).

Hadits Kedua:

Membaca Al-Qur’an, Satu hurufnya diganjar dengan 1 kebaikan dan dilipatkan menjadi 10 kebaikan.

عَنْ عَبْد اللَّهِ بْنَ مَسْعُودٍ رضى الله عنه يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لاَ أَقُولُ الم حرْفٌ وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلاَمٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ ».

“Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Siapa yang membaca satu huruf dari Al Quran maka baginya satu kebaikan dengan bacaan tersebut, satu kebaikan dilipatkan menjadi 10 kebaikan semisalnya dan aku tidak mengatakan الم satu huruf akan tetapi Alif satu huruf, Laam satu huruf dan Miim satu huruf.”  (HR. Tirmidzi dan dishahihkan di dalam kitab Shahih Al Jami’, no. 6469).

Hadits Ketiga:

عنْ تَمِيمٍ الدَّارِىِّ رضى الله عنه قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « مَنْ قَرَأَ بِمِائَةِ آيَةٍ فِى لَيْلَةٍ كُتِبَ لَهُ قُنُوتُ لَيْلَةٍ»

Tamim Ad Dary radhiyalahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:  “Siapa yang membaca 100 ayat pada suatu malam dituliskan baginya pahala shalat sepanjang malam.”(HR. Ahmad dan dishahihkan di dalam kitab Shahih Al Jami’, no. 6468).

Selengkapnya: Pahala Berlipat di Malam Jum'at

Kesabaran dan Ketentraman di Balik Musibah

Terkadang musibah adalah suatu kesedihan, namun terkadang pula ia adalah ketenteraman. Barangsiapa mengimaninya maka ia akan bersabar diatasnya namun barangsiapa mencelanya maka ia akan menjadi malapetaka dalam kehidupan. Begitu indah sebuah syair yg menuturkan: "Terkadang melalui cobaan, Allah memberikan kenikmatannya betapa pun besarnya cobaan tersebut. Namun terkadang melalui kenikmatan, Allah justru memberikan ujiannya terhadap kaum tertentu.."

Dalam Siyar a'lamin nubala' (11/255) dikisahkan ketika cambukkan keempat menghantam tubuh Imam Ahmad bin Hanbal, beliau rahimahullah mengucapkan:

قُل لَّنْ يُصِيبَنَآ إِلَّا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَنَا

Katakanlah, "Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami.." (QS. At-Taubah: 51). 

Selengkapnya: Kesabaran dan Ketentraman di Balik Musibah

Ucapan Marhaban - Sunnah yang Terlupakan

UCAPAN “MARHABAN” (SUNNAH YANG TERLUPAKAN) !
 
وهي أن تقول بعد رد السلام مرحباً بارك الله لكم ويزيدكم ﻗﻮﻝ ﻣَﺮْﺣَﺒﺎً ﺑﻌﺪ ﺭﺩ ﺍﻟﺴﻼﻡ ﺳﻨﺔ ﺛﺎﺑﺘﺔ
 
Yakni mengucapkan setelah menjawab salam kalimat: “Marhaban”, semoga Allah memberkahi kalian dan menambahkan barakah kepada kalian. Ucapan Marhaban setelah menjawab salam itu sunnah yang jelas.
 
Sesungguhnya Nabi ﷺ berkata kepda Putri beliau Fathimah radhiyallahu 'anha:
 
ﻣَﺮْﺣَﺒﺎً ﺑِﺎﺑْﻨَﺘِﻲ
 
“Marhaban putriku.” (HR. Bukhari 3623 dan Muslim 2450)
 
● Nabi ﷺ berkata kepada Ummu Hani:
 
ﻣَﺮْﺣَﺒﺎً ﺑﺄﻡِّ ﻫَﺎﻧِﺊٍ‏
 
“Marhaban Ummu Hani.” (HR. Bukhari 357 dan Muslim 336)

Selengkapnya: Ucapan Marhaban - Sunnah yang Terlupakan

Saat Jenuh dalam Menuntut Ilmu

Saat rasa jenuh dalam menuntut ilmu datang..

=====

Abu Hatim Al-Warroq, murid dan pencatat Imam Bukhori -rohimahumalloh- mengatakan:

Suatu hari Imam Bukhori meng-imlakkan kepadaku hadits yg banyak, sampai beliau khawatir aku jenuh, maka beliau pun mengatakan:

"Hiburlah hatimu, sungguh mereka yg di dunia hiburan; sibuk dalam dunia mereka.. mereka yg di dunia produksi, sibuk dalam produksinya.. mereka yg di dunia bisnis, sibuk dalam bisnisnya.

Tapi engkau, bersama Nabi shallallahu alaihi wasallam dan para sahabat beliau!". [Siyaru A'lamin Nubala' 12/445]

Selengkapnya: Saat Jenuh dalam Menuntut Ilmu

Mutiara Salaf

‘Ali Ibn Abī Thālib berkata, “Sesungguhnya dunia telah pergi berpaling sedangkan akhirat datang menghadap. Masing-masing dari keduanya memiliki anak. Maka jadilah kalian anak-anak akhirat dan janganlah menjadi anak-anak dunia. Ketahuilah, sesungguhnya mereka yang zuhud di dunia menjadikan bumi sebagai permadani, tanah sebagai kasur dan air sebagai minyak wangi. Ingatlah, siapa saja yang merindui surga niscaya terhibur dan terlupakan dari syahwat; barangsiapa yang takut dengan neraka niscaya mundur dari hal-hal yang diharamkan; dan barangsiapa yang zuhud di dunia maka terasa ringan baginya segala musibah.” [Ar-Riqqah wal Bukā` fī Akhbār ash-Shālīhīn wa Shifātihim, Imam Ibn Qudāmah, hal. 31; Az-Zuhd, hal. 130; dan Al-Bayhaqi dalam Syu’ab Al-Īmān no. 9670]

‘Aun Ibn ‘Abdillah berkata, “Kedudukan dunia dan akhirat dalam hati seseorang adalah bagaikan dua sisi timbangan. Jika salah satunya sisinya menurun maka sisi lainnya terangkat.”

Selengkapnya: Mutiara Salaf

Hakekat Orang yang Berilmu

RENUNGAN PAGI PENUH BERKAH

■ Ilmu bukanlah diukur dengan banyaknya seseorang

□ berbicara masalah agama,
□ semisal memberikan nasihat,
□ mengumpulkan catatan,
□ berbagi catatan,
□ membahas suatu permasalahan
□ atau berbantah-bantahan sekedar untuk "menampakkan" diri sebagai orang yang berilmu.

■ Tapi ilmu adalah sejauh mana rasa takut seseorang kepada Allah.

■ Yang dengan rasa takutnya itu ia akan senantiasa melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.

■ Yang dengan rasa takutnya itu ia akan senantiasa menahan dirinya dari akhlak yang buruk dan dari kezhaliman semisal

□ berkata kasar,
□ mencaci-maki,
□ mencela,
□ atau merendahkan saudaranya sesama muslim.

Selengkapnya: Hakekat Orang yang Berilmu

Kecemburuan Wanita

:::Kecemburuan Wanita:::

By: Abu Faiz

Ibnu Hajar rahimahullah mengatakan al-ghairah(CEMBURU) merupakan derivasi dr kata taghayyurul qalb(perubahan hati) dan haijanul ghadhab (kobaran amarah) yang
disebabkan pihak lain dlm sebuah urusan.

Cemburu yang tercela yaitu cemburu yang disebabkan oleh zhan (prasangka) yang tanpa ada alasan.
Cemburu karena hawa nafsu dan tanpa bukti acapkali menghancurkan rumah tangga yang rapuh.

Seorang wanita Muslimah yang bertaqwa akan menjaga lisannya dari membicarakan hal-hal yang diharamkan akibat kecemburuan yang disebabkan oleh prasangka.

Ia juga tidak akan melepaskan perasaan cemburunya secara liar demi
menjalankan firman ALLAH Ta’ala:

“Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa apabila mereka ditimpa was-was dari syaitan, mereka ingat kepada ALLAH. Maka ketika itu juga mereka melihat
kesalahan-kesalahannya.”

(QS. Al-A’raf: 201)

Perasaan cemburu bukanlah sesuatu yang harus dienyahkan/ditolak, akan tetapi ia harus dikelola berdasarkan kaidah-kaidah syari’at.

Sa’ad bin ‘Ubadah mengatakan,
“Seandainya aku melihat seorang laki-laki sedang bersama istriku pasti
aku pukul dia dengan sisi pedangku yang tajam!”

Mendengar ucapannya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak
herankah kalian kecemburuan Sa’ad? Sungguh aku lebih
cemburu daripada Sa’ad, dan ALLAH lebih cemburu lagi daripada aku.”

(HR. Bukhari No. 5220)

Sejumlah wanita berusaha menyembunyikan kecemburuannya.
Sebetulnya hal ini berlawanan dengan watak mereka. Akan tetapi hal ini sah-sah saja selama tidak menyusahkan dirinya sendiri dan tidak sampai
memadamkannya sama sekali.

Apabila seorang wanita sengaja menyucikan jiwanya dengan
mengendalikan kobaran api kecemburuan yang ada dalam hatinya, maka ia akan mendapatkan pahala.

“Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang ALLAH karuniakan kepada sebagian kamu lebih banyak daripada sebagian yang lain. (Karena) bagi laki-laki ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan bagi wanita (pun)
ada bagian dari apa yang mereka usahakan. Dan mohonlah kepada ALLAH sebagian dari karunia-NYA.
Sesungguhnya ALLAH Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(An-Nisa’:32)

Seorang Muslimah yang bertaqwa, hanya mengharapkan pahala dari setiap amal yang dilakukannya.
Dia tidak akan merugikan keimanannya demi seseorang, siapapun dia.
Segala perbuatan dilakukannya dengan timbangan syari’at agar tidak terperosok dalam perangkap syaitan.
Dia lebih suka menutup jurang perselisihan karena keimanan yang berakar didalam hati. Dalam hatinya tidak ada kecintaan yang melebihi kecintaannya kepada ALLAH Azza wa Jalla.

DUHAI WANITA,,,

UNTUK APA MELALAIKAN SESUATU YANG KEKAL DEMI IMAGINASI YANG DANGKAL

BAGAIMANA MUNGKIN ORG YANG AMBISINYA HANYA SYAHWAT DAN
HAWA NAFSU DUNIAWI AKAN MENJADI HAMBA ALLAH YANG SEBENARNYA..

BAGAIMANA MUNGKIN MENJADI SEORANG MUKMINAH SEJATI JIKA
ENGKAU TENGGELAM DALAM POLA PIKIR MATERIALISTIK..

Dari Usamah bin Zaid, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Aku berdiri dipintu Surga, ternyata mayoritas penghuninya adalah orang-orang miskin. Dan aku berdiri dipintu Neraka, ternyata penghuninya didominasi kaum wanita.”

(Muttafaq’alaih, Syarhus Sunnah XIV/265)

Membaca 10 Ayat Terakhir Surat Ali Imron Ketika Bangun Tidur

Termasuk sunnah Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam ketika beliau bangun dari tidurnya di pertengahan malam untuk melakukan sholat tahajjud, maka beliau membersihkan wajahnya dari kotoran, kemudian membaca 10 ayat terakhir surat Ali ‘Imron.

Ibnu ‘Abbas radhiyallahu’amhuma berkata,

اسْتَيْقَظَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم فَجَلَسَ يَمْسَحُ النَّوْمَ عَنْ وَجْهِهِ بِيَدِهِ ثُمَّ قَرَأَ الْعَشْر الآيَاتِ الْخَوَاتِمَ مِنْ سُورَةِ آلِ عِمْرَان

“Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam bangun (di pertengahan malam), lalu beliau duduk seraya membersihkan kotoran dari wajahnya dengan tangannya, kemudian membaca sepuluh ayat terakhir surat Ali ‘Imron.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim]