Niatilah untuk Menuntut Ilmu Syar'i

Rasulullah ﷺ bersabda, “Barangsiapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah, maka Allah akan memahamkan dia dalam urusan agamanya.”
(HR. Bukhari no. 71 dan Muslim no. 2436)
Kajian Islam

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Kajian 'Adawatusy Syaithan Lil Insan Kama Ja'at Fil Qur'an
Karya: Dr. Abdul Aziz bin Shalih Al-Ubaid
🎙 Bersama Ustadz Abu Haidar As-Sundawy 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
📌 Masjid An-Naafi Dago Pakar Bandung
🗓 Bandung, 5 Muharram 1447 / 1 Juli 2025



Cara Syaithan Menggoda Manusia: Menimbulkan Permusuhan diantara Manusia

Telah berlalu pembahasan cara syaithan menggoda manusia (link arsip: https://tinyurl.com/yc8e3xej ), yaitu:

  1. Was-was (Bisikan Jahat).
  2. Lupa.
  3. Janji Palsu dan Angan-angan.
  4. Memberikan ancaman dan menakut-nakuti.
  5. Menghiasi Kemaksiatan.
  6. Menghalangi (Manusia) dari Jalan Allah ﷻ.
  7. Menyuruh Berbuat Maksiat.
  8. Menggoda Secara Bertahap (Tadarruj)
  9. Gangguan (Kesurupan).
  10. Mabuk dan Judi

Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-A’raf Ayat 199-200:

خُذِ ٱلْعَفْوَ وَأْمُرْ بِٱلْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ ٱلْجَٰهِلِينَ. وَإِمَّا يَنزَغَنَّكَ مِنَ ٱلشَّيْطَٰنِ نَزْغٌ فَٱسْتَعِذْ بِٱللَّهِ ۚ إِنَّهُۥ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh. Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan syaitan maka berlindunglah kepada Allah. Sungguh, Dia Maha Mendengar, Maha Mengetahui.

  • Ini tips agar tidak terjadi permusuhan, berta'awaudz, maafkan kesalahannya, jika masih belum reda, tinggalkan.
  • Bacaan Ta'awudz yang lengkap:

أَعُوذُ بِالله السَّمِيعِ الْعَلِيمِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ، مِنْ هَمْزِهِ، وَنَفْخِهِ، وَنَفْثِهِ.

aku berlindung kepada Allah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui dari gangguan setan yang terkutuk, dari kegilaannya, kesombongannya, dan syair atau sihirnya.

Sulaiman bin Shurod radhiyallahu ‘anhu berkata,

كُنْتُ جَالِسًا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَرَجُلاَنِ يَسْتَبَّانِ، فَأَحَدُهُمَا احْمَرَّ وَجْهُهُ، وَانْتَفَخَتْ أَوْدَاجُهُ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ” إِنِّي لَأَعْلَمُ كَلِمَةً لَوْ قَالَهَا ذَهَبَ عَنْهُ مَا يَجِدُ، لَوْ قَالَ: أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ، ذَهَبَ عَنْهُ مَا يَجِدُ “

“Pada suatu hari aku duduk bersama-sama Nabi shallallahu ‘alaihi wa salam sedang dua orang lelaki sedang saling mengeluarkan kata-kata kotor satu dan lainnya. Salah seorang daripadanya telah merah mukanya dan tegang pula urat lehernya. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda, “Sesungguhnya aku tahu satu perkataan sekiranya dibaca tentu hilang rasa marahnya jika sekiranya ia mau membaca, ‘A’udzubillahi minas-syaitani’ (Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan), niscaya hilang kemarahan yang dialaminya.” (HR Bukhari, no. 3282)

  • Hanya orang yang bertakwa yang memiliki sifat pemaaf seperti dijelaskan dalam surat Ali Imran ayat 133-134:

۞ وَسَارِعُوٓا۟ إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا ٱلسَّمَٰوَٰتُ وَٱلْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ. ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ فِى ٱلسَّرَّآءِ وَٱلضَّرَّآءِ وَٱلْكَٰظِمِينَ ٱلْغَيْظَ وَٱلْعَافِينَ عَنِ ٱلنَّاسِ ۗ وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلْمُحْسِنِينَ.

Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.

Dalam surat Al-Isra ayat 53:

وَقُل لِّعِبَادِى يَقُولُوا۟ ٱلَّتِى هِىَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ ٱلشَّيْطَٰنَ يَنزَغُ بَيْنَهُمْ ۚ إِنَّ ٱلشَّيْطَٰنَ كَانَ لِلْإِنسَٰنِ عَدُوًّا مُّبِينًا

Dan katakanlah kepada hamha-hamba-Ku: "Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya syaitan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia.

  • Ayat di atas sesuai hadits dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَليَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُت

“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaklah ia berkata baik atau hendaklah ia diam.” (Muttafaq ‘alaih: Al-Bukhari, no. 6018; Muslim, no.47)

Dalam Surat Fussilat Ayat 34-36:

وَلَا تَسْتَوِى ٱلْحَسَنَةُ وَلَا ٱلسَّيِّئَةُ ۚ ٱدْفَعْ بِٱلَّتِى هِىَ أَحْسَنُ فَإِذَا ٱلَّذِى بَيْنَكَ وَبَيْنَهُۥ عَدَٰوَةٌ كَأَنَّهُۥ وَلِىٌّ حَمِيمٌ. وَمَا يُلَقَّىٰهَآ إِلَّا ٱلَّذِينَ صَبَرُوا۟ وَمَا يُلَقَّىٰهَآ إِلَّا ذُو حَظٍّ عَظِيمٍ. وَإِمَّا يَنزَغَنَّكَ مِنَ ٱلشَّيْطَٰنِ نَزْغٌ فَٱسْتَعِذْ بِٱللَّهِ ۖ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْعَلِيمُ.

Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar. Dan jika syetan mengganggumu dengan suatu gangguan, maka mohonlah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

Dalam ayat ini terdapat penjelasan tentang upaya syaithan untuk menggoda anak cucu Adam.

Godaan ini terkadang berarti merusak (hubungan) diantara manusia, sebagaimana firman Allah ﷻ dalam surat Yusuf ayat 100:

مِنۢ بَعْدِ أَن نَّزَغَ ٱلشَّيْطَٰنُ بَيْنِى وَبَيْنَ إِخْوَتِىٓ ۚ

... setelah syaitan merusakkan (hubungan) antaraku dan saudara-saudaraku.

Maksud makna نَّزَغَ bisa berupa:

  • Merusak hubungan diantara kita.
  • Terkadang bisa berupa godaan kemarahan.

Syaitan akan membuat seseorang menjadi marah hingga tercetus darinya ucapan-ucapan dan perilaku-perilaku yang bisa menceraiberaikan Manusia (Lihat Tafsir Al-Qurthubi 7/348 dan Lisanul Arab 8/454).

Contohnya adalah kemarahan Nabi Musa alaihissalam ketika terjadi pertengkaran antara seorang qibthi (Egypt) dan seorang Bani Isra“il, lalu beliau memukul seorang qibthi tersebut hingga tewas. Lalu, beliau berkata:

هَٰذَا مِنْ عَمَلِ ٱلشَّيْطَٰنِ ۖ إِنَّهُۥ عَدُوٌّ مُّضِلٌّ مُّبِينٌ

“...Ini adalah perbuatan syaithan, sesungguhnya syaithan itu musuh yang menyesatkan lagi nyata (permusuhannya).” (QS. Al-Qashash: 15)

Maka wajib bagi kita untuk mengucapkan kata-kata yang baik dan yang bisa menyenangkan hati, dan agar kita senantiasa menjauhi ucapan-ucapan yang kasar, mengingat dengan ucapan-ucapan tersebut hubungan persaudaraan menjadi renggang dan terjadi selisih pendapat. Karena syaithan akan mencari-cari kesalahan yang remeh ini untuk dibesar-besarkan di mata saudaranya, lalu dia akan menyulut di antara keduanya permusuhan, dan mengobarkan kemarahan bagi sebagian mereka atas sebagian yang lain. Jika Anda mendapat ucapan kasar, caci makian, penghinaan, pemutusan hubungan, kezhaliman, atau kata-kata keji, maka hadapilah yang demikian itu dengan sesuatu yang lebih baik darinya, serta balaslah dengan ucapan yang baik dan mu'amalah (sikap) yang bagus. (Lihat Tafsir As-Sa’di 7/85-86).

Dan sebagai hasilnya bahwa permusuhan yang terjadi antara anda dan dia akan menjadi seolah-olah dia adalah sahabatmu. Akan tetapi tidak ada yang melakukan yang demikian itu selain orang-orang yang telah diberi taufiq oleh Allah ﷻ.

Maka wajib bagi kita untuk mewaspadai tipu daya syaithan mengingat Nabi ﷺ pernah bersabda:

عَنْ جَابِرٍ رضي الله عنه قَالَ: سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: «إِنَّ الشَّيْطَانَ قَدْ أَيِسَ أَنْ يَعْبُدَهُ الْمُصَلُّونَ فِي جَزِيرَةِ الْعَرَبِ، وَلَكِنْ فِي التَّحْرِيشِ بَيْنَهُمْ». [صحيح مسلم: 2812]

Jābir -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan, Aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda, "Sesungguhnya setan sudah putus asa akan disembah oleh orang-orang yang salat di Jazirah Arab, akan tetapi ia masih berharap bisa mengadu domba di antara mereka."  [Sahih Muslim - 2812]

Imam an-Nawawi Rahimahullah berkata: “Maknanya, syaithan merasa putus asa untuk membuat penduduk jazirah Arab bisa menyembahnya. Akan tetapi dia tetap berusaha untuk mengadu domba di antara mereka dengan berbagai pertikaian, permusuhan, peperangan, fitnah dan yang lainnya.” (Lihat Syarah Shahih Muslim 17/157 dan Kitab Khas 'Ishul' Arab 33-34).

Oleh karena itu wajib bagi kaum muslimin pada umumnya dan penduduk jazirah Arab khususnya, untuk waspada dari adu domba syaithan dan berbagai tipu dayanya untuk menciptakan di antara mereka permusuhan pada semua lapisan mereka, baik itu aparat pemerintah, ulama, para penuntut ilmu dan kalangan manusia biasa. Karena syaithan akan merasa senang jika mereka bercerai berai dan saling berselisih pendapat.

Dari Jabir radhiallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ إِبْلِيْسَ يَضَعُ عَرْشَهُ عَلَى الْمَاءِ ثُمَّ يَبْعَثُ سَرَايَاهُ فَأَدْنَاهُمْ مِنْهُ مَنْزِلَةً أَعْظَمُهُمْ فِتْنَةً يَجِيْءُ أَحَدُهُمْ فَيَقُوْلُ فَعَلْتُ كَذَا وَكَذَا فَيَقُوْلُ مَا صَنَعْتَ شَيْئًا قَالَ ثُمَّ يَجِيْءُ أَحَدُهُمْ فَيَقُوْلُ مَا تَرَكْتُهُ حَتَّى فَرَّقْتُ بَيْنَهُ وَبَيْنَ امْرَأَتِهِ قَالَ فَيُدْنِيْهِ مِنْهُ وَيَقُوْلُ نِعْمَ أَنْتَ

“Sesungguhnya Iblis meletakkan singgasananya di atas air (laut) kemudian ia mengutus bala tentaranya. Maka yang paling dekat dengannya adalah yang paling besar fitnahnya. Datanglah salah seorang dari bala tentaranya dan berkata, “Aku telah melakukan begini dan begitu”. Iblis berkata, “Engkau sama sekali tidak melakukan sesuatupun”. Kemudian datang yang lain lagi dan berkata, “Aku tidak meninggalkannya (untuk digoda) hingga aku berhasil memisahkan antara dia dan istrinya. Maka Iblis pun mendekatinya dan berkata, “Sungguh hebat (setan) seperti engkau”  (HR Muslim IV/2167 no 2813)

Hal itu karena keluarga tersebut tercerai berai keutuhannya, Dan bisa jadi perceraian itu menyebabkan perselisihan antar keluarga dan suku.

Maka, Allah ﷻ melarang saling mencela dan memberi sebutan yang buruk, meskipun sesuai fakta tapi jika hinaan itu dilarang. Larangan berburuk sangka dan tajassus disebutkan dalam ayat Al Qur’an,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang.” (QS. Al Hujurat: 12).

Semakna ayat ini, disebutkan di dalam hadits yang shahih.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى الله عَلَيهِ وَسَلَّمَ قَالَ: إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ، فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الحَدِيثِ، وَلاَ تَحَسَّسُوا، وَلاَ تَجَسَّسُوا، وَلاَ تَحَاسَدُوا، وَلاَ تَدَابَرُوا، وَلاَ تَبَاغَضُوا، وَكُونُوا عِبَادَ اللَّهِ إِخْوَانًا

Dari Abu Hurairah, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , beliau bersabda, “Jauhilah persangkaan, karena sesungguhnya persangkaan itu berita yang paling dusta. Dan janganlah kamu melakukan tahassus, tajassus, saling hasad, saling membelakangi, dan saling benci. Jadilah kalian bersaudara, wahai para hamba Allâh!”. [HR. Al-Bukhâri, no. 6064]

Tajassus secara bahasa yaitu mencari-cari berita dan menyelidiki sesuatu yang rahasia. Termasuk dalam hadits ini adalah drama menaikkan atau membanting harga pada saat jual beli.

Hanya kepada Allah-lah kita memohon keselamatan.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم