Niatilah untuk Menuntut Ilmu Syar'i

Rasulullah ﷺ bersabda, “Barangsiapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah, maka Allah akan memahamkan dia dalam urusan agamanya.”
(HR. Bukhari no. 71 dan Muslim no. 2436)
Kajian Islam

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Kajian 'Adawatusy Syaithan Lil Insan Kama Ja'at Fil Qur'an
Karya: Dr. Abdul Aziz bin Shalih Al-Ubaid
🎙 Bersama Ustadz Abu Haidar As-Sundawy 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
📌 Masjid An-Naafi Dago Pakar Bandung
🗓 Bandung, 4 Safar 1447 / 29 Juli 2025



Cara-cara Syaitan Menggoda Manusia

Telah berlalu pembahasan cara syaithan menggoda manusia (link arsip: https://tinyurl.com/yc8e3xej ), yaitu:

  1. Was-was (Bisikan Jahat).
  2. Lupa.
  3. Janji Palsu dan Angan-angan.
  4. Memberikan ancaman dan menakut-nakuti.
  5. Menghiasi Kemaksiatan.
  6. Menghalangi (Manusia) dari Jalan Allah ﷻ.
  7. Menyuruh Berbuat Maksiat.
  8. Menggoda Secara Bertahap (Tadarruj)
  9. Gangguan (Kesurupan).
  10. Mabuk dan Judi
  11. Menimbulkan Permusuhan diantara Manusia
  12. Tergelincir (dalam Kesalahan).
  13. Talbis (Perancuan).
  14. Kolaborasi Syaitan dan Manusia.

15. MENGAJARI PARA TUKANG SIHIR DAN DUKUN

Untuk bisa menyesatkan banyak manusia, maka syaithan mengajari dua jenis manusia yang dengan perantara keduanya kekufuran dan syirik terhadap Allah ﷻ bisa ditegakkan. Dan kedua jenis manusia tersebut adalah:

Pertama: Para tukang sihir.

Yang demikian itu karena syaithan mengetahui dampak sihir terhadap manusia dan kemapuannya untuk memecah-belah dan mencerai-beraikan kesatuan mereka. Karenanya, dia mengajari mereka ilmu sihir sehingga mereka menjadi kafir, menyesatkan orang-orang selain mereka dan memecah belah mereka. Allah ﷻ berfirman:

وَٱتَّبَعُوا۟ مَا تَتْلُوا۟ ٱلشَّيَٰطِينُ عَلَىٰ مُلْكِ سُلَيْمَٰنَ ۖ وَمَا كَفَرَ سُلَيْمَٰنُ وَلَٰكِنَّ ٱلشَّيَٰطِينَ كَفَرُوا۟ يُعَلِّمُونَ ٱلنَّاسَ ٱلسِّحْرَ وَمَآ أُنزِلَ عَلَى ٱلْمَلَكَيْنِ بِبَابِلَ هَٰرُوتَ وَمَٰرُوتَ ۚ وَمَا يُعَلِّمَانِ مِنْ أَحَدٍ حَتَّىٰ يَقُولَآ إِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلَا تَكْفُرْ ۖ فَيَتَعَلَّمُونَ مِنْهُمَا مَا يُفَرِّقُونَ بِهِۦ بَيْنَ ٱلْمَرْءِ وَزَوْجِهِۦ ۚ وَمَا هُم بِضَآرِّينَ بِهِۦ مِنْ أَحَدٍ إِلَّا بِإِذْنِ ٱللَّهِ ۚ وَيَتَعَلَّمُونَ مَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنفَعُهُمْ ۚ وَلَقَدْ عَلِمُوا۟ لَمَنِ ٱشْتَرَىٰهُ مَا لَهُۥ فِى ٱلْءَاخِرَةِ مِنْ خَلَٰقٍ ۚ وَلَبِئْسَ مَا شَرَوْا۟ بِهِۦٓ أَنفُسَهُمْ ۚ لَوْ كَانُوا۟ يَعْلَمُونَ

Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan lah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum mengatakan: "Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir". Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan isterinya. Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorangpun, kecuali dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu yang tidak memberi mudharat kepadanya dan tidak memberi manfaat. Demi, sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barangsiapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat, dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui.(QS. Al-Baqarah 102).

Dalam ayat ini Allah ﷻ memberitahukan keadaan orang: orang yahudi dan bahwa ketika Nabi ﷺ mendatangi mereka untuk membenarkan Kitab Taurat yang ada pada mereka, maka mereka pun meninggalkannya dan tidak mau mengamalkannya. Sebaliknya, mereka justru mengikuti apa yang telah dibaca oleh para syaithan pada masa kerajaan Sulaiman alaihissalam. Hal itu karena para syaithan di saat Nabi Sulaiman meninggal dunia, mereka mengeluarkan apa yang pernah ditulis oleh Ashif (seorang hamba Allah yang shalih pada masa Nabi Sulaiman) dari bawah singgasana Sulaiman dan menulis dari setiap dua barisnya ilmu sihir dan kekufuran, lalu mereka berkata, “Inilah yang pernah dilakukan oleh Sulaiman".

  • Ini adalah ringkasan atsar yang dimauqufkan kepada Ibnu Abbas Radhiyallahu’anhuma yang ditakhrij oleh An-Nasa’i dalam bab Tafsir, 1/179, ath-Thabari 2/414 (ditahqiq) dan Ibnu Abi Hatim, 1/297. Di dalamnya terdapat “catatan” yang disebut oleh Hafizh Ibnu Hajar dalam At-Targhib, 547, sebagian perawinya jujur tapi terkadang dipertanyakan kredibilitasnya, dan Syaikh Ahmad Syakir lebih menekankan bahwa haditsnya hasan. Lihat komentarnya terhadap al-Musnad, 2/165, dan Hasyiyah Ath-Thabari 1/287.

Lalu mereka mengajari manusia ilmu sihir dan juga mengajari mereka ilmu sihir yang telah diturunkan kepada dua Malaikat Harut dan Marut. Dan ini merupakan cobaan dari Allah sekaligus sebagai ujian bagi mereka.

  • Ini berdasarkan bahwa kata "ma" dalam firman Allah: ما انزل itu maushul (kata sambung), bukan nafiyah (negatif) Sebagaimana itu merupakan perkataan Jumhur ulama. Lihat Tafsir Ath-Thabari 2/420-423 (ditahqiq), Tafsir Ibnu Katsir, 1/138 dan Tafsir al-Alusi, 1/340.

Sihir ini bisa memisahkan antara seseorang dengan istrinya,mencerai-beraikan keluarga dan masyarakat. Jika memang demikian, maka dia tidak akan mendatangkan mudharat dan memberikan manfaat apa pun. Dan barangsiapa yang mengambilnya maka tiadalah baginya keuntungan di dunia dan di akhirat. Karena pelakunya menjadi kafir,naudzubillah. (Lihat Masalah Kufris Sahir fii Fathil Majid, Hal. 386-387).

Jadi para syaithan ini menginginkan manusia agar menjadi kafir. Sedangkan kedua Malaikat tersebut melarang manusia dan mengatakan kepada mereka Ketika mengajarkan ilmu sihir, "Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu)."

Catatan:

  • Muncul mitos yang menyimpang: Malaikat Harut dan Marut adalah malaikat yang menyimpang karena bermaksiat dengan wnita Bernama Az-Zahra, padahal malaikat tidak bergender, dan malaikat tidak memiliki nafsu, hanya taat kepada perintah Allah!
  • Fir'aun dan Iblis serta pelaku sihir termasuk dalam kufur Juhud. Kufur juhud adalah kekufuran yang terjadi ketika seseorang mengetahui kebenaran Islam (dalam hati), tetapi secara lisan mengingkarinya. Mereka menyadari kebenaran dalam hati mereka, namun menolak untuk mengikrarkannya melalui ucapan atau perbuatan.
  • Amalan ada dua:
  1. Jabaliyah: Amalan ini adalah perbuatan yang dilakukan karena dorongan naluri atau kebiasaan sehari-hari, tanpa niat khusus untuk beribadah. Termasuk di dalamnya perbuatan malaikat yang patuh kepada Allah. Seperti malaikat yang selalu sujud dan berdzikir. Bagi manusia, Amalan jabaliyah bisa menjadi ibadah jika diniatkan karena Allah.
  2. Ibadah: Melakukan atas keinginan kita, diikhtiarkan dan banyak godaan internal (hawa nafsu) dan ekstarnel (bisikan setan). Seperti shalat, puasa, zakat, haji, membaca Al-Qur'an, berzikir, berdoa, dan lain-lain.

Kedua: Para dukun.

Mereka adalah orang-orang yang mengambil kabar dari jin yang mencuri pendengaran. Karena jika mereka menyembah para syaithan dengan suatu bentuk ibadah, maka para syaithan itu pun akan membantu dan mengajari mereka sesuatu dari apa yang telah diputuskan oleh Allah ﷻ. Lalu para dukun ini datang dan mengabari manusia dengan apa yang akan terjadi. Jika terjadi sesuatu dari apa yang dikatakannya tersebut, maka orang-orang bodoh pun menyangka itu sebagai karamah dan bentuk mukasyafah lil ghaib membenarkan mereka dengan seluruh cerita-cerita mereka dan (mengetahui hal-hal yang ghaib).

Allah ﷻ berfirman :

هَلْ أُنَبِّئُكُمْ عَلَىٰ مَن تَنَزَّلُ ٱلشَّيَٰطِينُ. تَنَزَّلُ عَلَىٰ كُلِّ أَفَّاكٍ أَثِيمٍ. يُلْقُونَ ٱلسَّمْعَ وَأَكْثَرُهُمْ كَٰذِبُونَ.

Apakah akan Aku beritakan kepadamu, kepada siapa syaitan-syaitan itu turun? Mereka turun kepada tiap-tiap pendusta lagi yang banyak dosa, Mereka menghadapkan pendengaran (kepada syaitan) itu, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang pendusta.

Yang demikian itu karena orang-orang musyrik menuduh Nabi ﷺ sebagai seorang dukun dan al-Qur`an al-Karim adalah perdukunan yang diturunkan oleh para syaithan kepada beliau, lalu Allah ﷻ mengabarkan bahwa para syaithan justru menurunkan kepada para dukun pembohong dan pembuat dosa. Jika mereka mendengarkan suatu kalimat, maka mereka menyampaikannya kepada kawan-kawan mereka dari golongan manusia, lalu mereka pun membumbuinya dengan ratusan kebohongan dan mengatakannya kepada orang-orang, sehingga orang-orang pun membenarkan semua yang telah dikatakan mereka hanya dikarenakan kebenaran pada satu kalimat tersebut.

  • Lihat Tafsir ath-Thabari, 19/126 dan Tafsir lbni Katsir, 3/345.

Diriwayatkan dalam kitab shahih Imam Bukhari, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

إِذَا قَضَى اللهُ الأَمْرَ فِيْ السَّمَاءِ ضَرَبَتْ المَلاَئِكَةُ بِأَجْنِحَتِهَا خُضْعَانًا لِقَوْلِهِ، كَأَنَّهُ سِلْسِلَةٌ عَلَى صَفْوَانٍ يَنْفُذُهُمْ ذَلِكَ، âحَتَّىٰ إِذَا فُزِّعَ عَن قُلُوبِهِمْ قَالُوا مَاذَا قَالَ رَبُّكُمْ ۖ قَالُوا الْحَقَّ ۖ وَهُوَ الْعَلِيُّ الْكَبِيرُá فَيَسْمَعُهَا مُسْتَرِقُ السَّمْعِ، وَمُسْتَرِقُ السَّمْعِ هَكَذَا بَعْضُهُ فَوْقَ بَعْضٍ – وَصَفَهُ سُفْيَانٌ بِكَفِّهِ، فَحَرَّفَهَا وَبَدَّدَ بَيْنَ أَصَابِعِهِ – فَيَسْمَعُ الْكَلِمَةَ فَيُلْقِيْهَا إِلَى مَنْ تَحْتَهُ، ثُمَّ يُلْقِيْهَا الآخَرُ إِلَى مَنْ تَحْتَهُ، حَتَّى يُلْقِيْهَا عَلَى لِسَانِ السَّاحِرِ أَوْ الكَاهِنِ، فَرُبَمَا أَدْرَكَهُ الشِّهَابُ قَبْلَ أَنْ يُلْقِيَهَا، وَرُبَمَا أَلْقَاهَا قَبْلَ أَنْ يُدْرِكَهُ، فَيَكْذِبُ مَعَهَا مِائَةَ كَذِبَةٍ، فَيُقَالُ: أَلَيْسَ قَدْ قَالَ لَنَا يَوْمَ كَذَا وَكَذَا؟ فَيُصَدَّقُ بِتِلْكَ الْكَلِمَةِ الَّتِيْ سُمِعَتْ مِنَ السَّمَاءِ

“Apabila Allah menetapkan suatu perintah di atas langit, para malaikat mengibas-ngibaskan sayapnya, karena patuh akan firman-Nya, seolah-olah firman yang didengarnya itu bagaikan gemerincing rantai besi (yang ditarik) di atas batu rata, hal ini memekakkan mereka (sehingga jatuh pingsan karena ketakutan), “sehingga apabila telah dihilangkan rasa takut dari hati-hati mereka, mereka berkata: “apakah yang telah difirmankan oleh Tuhanmu? Mereka menjawab: “ (perkataan) yang benar, dan Dialah yang maha tinggi lagi maha besar”, ketika itulah (syetan-syetan) pencuri berita mendengarnya, pencuri berita itu sebagian diatas sebagian yang lain – Sufyan bin Uyainah menggambarkan dengan telapak tangannya, dengan direnggangkan dan dibuka jari jemarinya – ketika mereka (penyadap berita) mendengar berita itu, disampaikanlah kepada yang ada di bawahnya, dan seterusnya, sampai ke tukang sihir dan tukang ramal, tapi kadang-kadang syetan pencuri berita itu terkena syihab (meteor) sebelum sempat menyampaikan berita itu, dan kadang-kadang sudah sempat menyampaikan berita sebelum terkena syihab, kemudian dengan satu kalimat yang didengarnya itulah tukang sihir dan tukang ramal itu melakukan seratus macam kebohongan, mereka mendatangi tukang sihir dan tukang ramal seraya berkata: bukankah ia telah memberi tahu kita bahwa pada hari anu akan terjadi anu (dan itu terjadi benar), sehingga ia dipercayai dengan sebab kalimat yang didengarnya dari langit”. (HR Al-Bukhari, 6/28-29).

Dan Allah ﷻ telah mencela orang yang mempercayai (ucapan) para dukun tersebut, dan berfirman:

 أَلَمْ تَرَ إِلَى ٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ نَصِيبًا مِّنَ ٱلْكِتَٰبِ يُؤْمِنُونَ بِٱلْجِبْتِ وَٱلطَّٰغُوتِ

Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang diberi bahagian dari Al kitab? Mereka percaya kepada jibt dan thaghut,... (QS. An-Nisa Ayat 51).

Jabir bin 'Abdillah berkata, "Thaghut adalah para dukun yang diberi kabar oleh para syaithan, mereka berhukum kepada syaithan tersebut".

  • Apa yang dikatakannya ini termasuk sebagian maknanya, karena para dukun termasuk thaghut dan thaghut adalah setiap orang yang disembah selain Allah ﷻ dan dia ridha terhadap penyembahan tersebut. Lihat Tafsir ath-Thabari 8/51, Tafsir lbni Katsir, 1/513, dan Fathul Majid 32, 387-388.

Oleh karena itu datang peringatan keras agar tidak mendatangi dan bertanya kepada para dukun. Dalam Shohih Muslim disebutkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ أَتَى عَرَّافًا فَسَأَلَهُ عَنْ شَىْءٍ لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلاَةٌ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً

“Barangsiapa yang mendatangi tukang ramal dan bertanya kepadanya tentang suatu perkara, maka shalatnya tidak akan diterima selama empat puluh hari” (HR. Muslim 4/1751).

'Arraf (paranormal) adalah seorang dukun atau ahli nujum yang mengaku bisa mengetahui perkara-perkara melalui isyarat-isyarat yang dijadikan petunjuk untuk megetahui sesuatu yang dicuri dan tempat barang yang hilang, atau mengambarkan berbagai hal ghaib pada masa yang akan datang. (Lihat Fathul Majid, 413-414).

Nabi ﷺ bersabda:

مَنْ أَتَى كَاهِناً أَوْ عَرَّافاً فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُولُ فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ

“Barangsiapa yang mendatangi dukun atau tukang ramal, lalu ia membenarkannya, maka ia berarti telah kufur pada Al Qur’an yang telah diturunkan pada Muhammad.” (HR. Ahmad no. 9532. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini hasan)

Jika yang demikian ini adalah keadaan orang-orang yang mendatangi, lalu bagaimana dengan yang didatangi (paranormal dan dukun) itu sendiri, na'udzubillah. Karena syaithan-syaithan tidak akan membantu para dukun dan tukang sihir kecuali jika mereka telah menampakkan kekufuran kepada Allah ﷻ seperti menyembelih untuk dipersembahkan kepada mereka, bersumpah dengan keagungan mereka, merendahkan mushaf dan lain sebagainya. Maka ketika itu para syaithan akan mengajarinya berita (wahyu) yang telah dicurinya, lalu orang ini pun akan mengabarkannya kepada orang-orang setelah membuat kebohongan yang banyak, sehingga orang-orang pun akan mempercayai setiap apa yang dia ucapkan. Jadi para dukun tersebut sebagai duta-duta syaithan yang dia utus kepada kelompoknya dari golongan orang-orang musyrik, dan dia serupakan dengan para Rasul yang jujur. Sehingga orang-orang musyrik tersebut merasa takut kepada mereka dalam perkara-perkara mereka yang besar, membenarkan mereka, berhukum kepada mereka dan ridha terhadap hukum mereka. Sebagaimana yang dilakukan oleh para pengikut Rasul terhadap para Rasul. Oleh karena itu manusia terdiri dari dua kelompok: pengikut para dukun, dan pengikut para Rasul. Sehingga tidak akan bertemu pada diri seorang hamba untuk termasuk bagian kelompok ini dan kelompok itu. Bahkan dia aBahkan dia akan menjauh dari para Rasul menurut tingkat kedekatannya dari seorang dukun dan mendustakan para Rasul menurut kadar kepercayaannya kepada seorang dukun. (Ighotsatul Lahfan 1/271-272).

Maka, mendatangi dukun ada dua keadaan:

  1. Mendatangi karena iseng tanpa membenarkan perkataannya: Sholatnya tidak diterima selama 40 hari.
  2. Mendatangi dengan mempercayainya: masuk dalam kategori kufur.

Boleh mendatangi dengan tujuan amar ma'ruf nahi munkar, agar dukun itu insyaf.

•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ

“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم