بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
🎙| Bersama Ustadz Abu Haidar As-Sundawy 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
📌| Masjid An-Naafi Dago Pakar Bandung
🗓 | Bandung, 6 Jumadil Akhir 1447 H / 28 Oktober 2025
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,
Telah berlalu pembahasan Sebab-sebab Syaitan Menguasai Manusia:
1. Kekufuran dan Syirik.
2. Melupakan Dzikir kepada Allah ﷻ.
3. Meminta Perlindungan kepada Setan dan Keturunannya
4. Menjadikannya Sebagai Wali (Penolong dan Pembantu)
Poin Selanjutnya:
Sebab-sebab Syaitan Menguasai Manusia: #5 | Taat Kepadanya dan Mengikuti Langkah-langkahnya
Sungguh syaithan menyesatkan seorang muslim sedikit demi sedikit, karena ia tahu bahwa ia (muslim) tidak akan menjadi kafir dalam sekejap. Untuk itu ia melakukannya secara bertahap, hingga sampai kepada yang mampu dilakukannya. Karenanya Allah melarang kita mengikuti langkah-langkah syaithan. Firman Allah ﷻ:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تَتَّبِعُوا۟ خُطُوَٰتِ ٱلشَّيْطَٰنِ ۚ وَمَن يَتَّبِعْ خُطُوَٰتِ ٱلشَّيْطَٰنِ فَإِنَّهُۥ يَأْمُرُ بِٱلْفَحْشَآءِ وَٱلْمُنكَرِ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mengikuti lang: kah-langkah syaithan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah syaithan, maka sesungguhnya syaithan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang munkar.” (QS. An-Nuur: 21)
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ كُلُوا۟ مِمَّا فِى ٱلْأَرْضِ حَلَٰلًا طَيِّبًا وَلَا تَتَّبِعُوا۟ خُطُوَٰتِ ٱلشَّيْطَٰنِ ۚ إِنَّهُۥ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ. إِنَّمَا يَأْمُرُكُم بِٱلسُّوٓءِ وَٱلْفَحْشَآءِ وَأَن تَقُولُوا۟ عَلَى ٱللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ
“Hai manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang ter dapat di bumi dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah syaithan, karena sesungguhnya syaithan itu adalah musuh yang nyata bagi kalian. Sesungguhnya syaithan itu hanya menyuruh kalian berbuat jahat dan keji, dan mengatakan kepada Allah apa yang tidak kalian ketahui.” (QS. Al-Baqarah: 168-169)
Taat kepada syaithan dan mengikuti langkah-langkahnya membawa kepada keleluasaan syaithan untuk menguasai yang kesekian kalinya terhadap manusia. Dia akan melangkah membawa manusia kepada rencana selanjutnya. Yang demikian itu dikarenakan bahwa seseorang ketika telah mengikuti langkah syaithan yang pertama, imannya sudah lemah di hadapan syaithan. Kalau sudah demikian, mudahlah baginya menggiring orang tersebut kepada langkah selanjutnya.
Langkah-langkah syaithan antara lain: Menyuruh Melakukan perbuatan Keji dan Munkar.
Allah ﷻ berfirman dalam Surat Al-Baqarah Ayat 169:
إِنَّمَا يَأْمُرُكُم بِٱلسُّوٓءِ وَٱلْفَحْشَآءِ وَأَن تَقُولُوا۟ عَلَى ٱللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ
Sesungguhnya syaitan itu hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji, dan mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui.
Maka, jika hamba-Nya belum melakukan shalat dengan benar, akan terlihat dari perbuatan keji ini.
Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ
“Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar.” (QS. Al ‘Ankabut: 45).
Maka orang yang masih berbuat keji dan mungkar, ia masih lalai dari sholatnya. Yaitu lalai dari tujuan shalatnya.
فَوَيْلٌ لِّلْمُصَلِّينَ. ٱلَّذِينَ هُمْ عَن صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ
Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang Shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya.
Demikian juga orang yang berpuasa, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengingatkan bahaya maksiat yang dilakukan seseorang saat berpuasa,
مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ
“Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan mengamalkan keburukan atas asas kedustaan, maka Allah tidak butuh atas usahanya dalam menahan rasa lapar dan dahaga.” - (HR. Bukhori no.1903, Abu Dawud no. 2362, Tirmidzi no. 707 dan Nasa’i dalam As-Sunan Al-Kubra no. 3246)
Sama halnya dengan orang yang melakukan haji atau umrah. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
الْحَجُّ أَشْهُرٌ مَعْلُومَاتٌ ۚ فَمَنْ فَرَضَ فِيهِنَّ الْحَجَّ فَلَا رَفَثَ وَلَا فُسُوقَ وَلَا جِدَالَ فِي الْحَجِّ
(Musim) haji adalah dalam beberapa bulan yang dimaklumi. Barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji. maka tidak boleh rafat, berbuat fasik, dan berbantah-bantahan dalam masa mengerjakan haji” [Al-Baqarah/2 : 197]
Maka, semuanya menunjukkan indikator rusaknya Ibadah. Indikator imannya tergerus. Semuanya karena godaan syaithan. Seperti banyak hadits diawali dengan: Sungguh tidak beriman... artinya perbuatan keji dan mungkar berkaitan dengan iman dan merugikan orang lain.
Beda dengan syuu.. (keburukan yang tidak melibatkan orang lain), ia memperoleh keuntungan atau kenikmatan tanpa membuat kedzaliman kepada orang lain.
Bentuk dosa yang lebih berbahaya dari kekafiran adalah berbicara tentang Allah ﷻ tanpa ilmu.
Ibnul Qayyim mengatakan, “Allah subhanahu wa ta’ala telah mengharamkan berbicara tentang-Nya tanpa dasar ilmu baik dalam fatwa dan memberi keputusan. Allah menjadikan perbuatan ini sebagai keharaman paling besar bahkan Dia menjadikannya sebagai tingkatan dosa paling tinggi.” (I’lamul Muwaqi’in, Ibnul Qayyim, 1/38).
Allah Ta’ala berfirman,
قُلْ إنَّمَا حَرَّمَ رَبِّيَ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَالْإِثْمَ وَالْبَغْيَ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَأَنْ تُشْرِكُوا بِاللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَانًا وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ
“Katakanlah: “Rabbku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak atau pun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui“.” (QS. Al A’rof: 33)”
Maka, kelompok-kelompok yang terancam neraka bisa terjerumus ke arah kekufuran, mereka sesat dan menyesatkan. Dalam Al-Milal wa nihal kelompok Jahmiyah tidak dimasukan kelompok sesat karena sudah keluar dari Islam.
Kecuali Allah ﷻ menyelamatkannya dari perbuatan keji, munkar, dosa dan berkata kepada Allah ﷻ tanpa ilmu. Syaithan melakukan langkah-langkah terhadap manusia melalui kemunkaran-kemunkaran ini secara bertahap.
Kisah tentang rahib adalah bukti yang paling nyata tentang hal ini. Dia pertama kali menyuruhnya berzina dengan seorang wanita. Seandainya dia langsung bertaubat kepada Allah, niscaya Allah akan mengampuninya. Tetapi syaithan membesarkan dosa ini di hadapannya hingga bisa membawanya kepada dosa yang lebih besar lagi, yaitu membunuhnya. Kemudian ia kembali membesarkan dosa ini hingga ia tidak bertaubat dari dosa tersebut. Ketika penduduk datang untuk membunuhnya, syaithan berkata: “Jika kamu sujud satu kali saja kepadaku, aku akan menyelamatkanmu.” Ketika ia sujud kepada syaithan itu, ia meninggalkannya dan berlepas diri darinya.
Taatnya kepada syaithan (pertama kali dalam hal yang ringan) menyeretnya untuk taat kepadanya lagi sesudah itu. Hingga akhirnya syaithan menguasai sedikit demi sedikit sampai akhirnya meninggal dalam keadaan kafir. Semoga Allah ﷻ melindungi kita.
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata dalam Badaa-i’ Al-Fawaid (2:816), tentang Empat langkah inilah yang menjadi langkah setan dalam menyesatkan manusia, yaitu menjadikan 4 hal yang mubah menjadi dosa.
إِمْسَاكُ فُضُوْلِ النَّظَرِ وَالكَلاَمِ وَالطَّعَامِ وَمُخَالَطَةِ النَّاسِ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ إِنَّمَا يَتَسَلَّطُ عَلَى اِبْنِ آدَمَوَيَنَالُ مِنْهُ غَرَضَهُ مِنْ هَذِهِ الأَبْوَابِ الأَرْبَعَةِ فَإِنَّ فُضُوْلَ النَّظَرِ يَدْعُو إِلَى الإِسْتِحْسَانِ وَوُقُوْعِ صُوْرَةِالمَنْظُوْرِ إِلَيْهِ فِي القَلْبِ وَالإِشْتِغَالِ بِهِ وَالفِكْرَةِ فِي الظَفْرِ بِهِ
“Hendaknya menahan diri dari pandangan yang tak bisa terjaga, banyak bicara, banyak makan, dan banyak bergaul. Hal-hal ini merupakan empat pintu setan dalam menguasai manusia dan jalan setan mencapai tujuannya. Enggan menundukkan pandangan akan mengantarkan pada menganggap baik (istihsan), yang dilihat akan menancap dalam hati, pikiran pun akan sibuk membayangkannya, hingga berpikiran agar tercapai tujuan.”
Dalam surah An-Nuur sendiri diperintahkan untuk menundukkan pandangan,
قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُم
“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman, “Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya.” (QS. An-Nuur: 30)
Dari Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,
ثَكِلَتْكَ أُمُّكَ وَهَلْ يَكُبُّ النَّاسَ فِى النَّارِ عَلَى وُجُوهِهِمْ أَوْ قاَلَ عَلَى مَنَاخِرِهِمْ إِلاَّ حَصَائِدُ أَلْسِنَتِهِمْ
“Semoga ibumu kehilanganmu! (Kalimat ini maksudnya adalah untuk memperhatikan ucapan selanjutnya). Tidaklah manusia tersungkur di neraka di atas wajah atau di atas hidung mereka melainkan dengan sebab lisan mereka.’” (HR. Tirmidzi, no. 2616 dan Ibnu Majah, no. 3973. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan hadits ini hasan).
Dari Al-Miqdam bin Ma’dikarib radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا مَلَأَ آدَمِيٌّ وِعَاءً شَرًّا مِنْ بَطْنٍ بِحَسْبِ ابْنِ آدَمَ أُكُلَاتٌ يُقِمْنَ صُلْبَهُ فَإِنْ كَانَ لَا مَحَالَةَ فَثُلُثٌ لِطَعَامِهِ وَثُلُثٌ لِشَرَابِهِ وَثُلُثٌ لِنَفَسِهِ
“Tidak ada tempat yang lebih jelek daripada memenuhi perut keturunan Adam. Cukup keturunan Adam mengonsumsi yang dapat menegakkan tulangnya. Kalau memang menjadi suatu keharusan untuk diisi, maka sepertiga untuk makannya, sepertiga untuk minumannya, dan sepertiga untuk nafasnya.” (HR. Ahmad, 4:132; Tirmidzi, no. 2380; Ibnu Majah, no. 3349. Syaikh Syuaib Al-Arnauth mengatakan bahwa perawi hadits ini tsiqqah, terpercaya).
sabda Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam:
المؤمنُ الذي يخالطُ الناسَ ويَصبرُ على أذاهم خيرٌ منَ الذي لا يُخالطُ الناسَ ولا يصبرُ على أذاهمْ
“Seorang mukmin yang bergaul di tengah masyarakat dan bersabar terhadap gangguan mereka, itu lebih baik dari pada seorang mukmin yang tidak bergaul di tengah masyarakat dan tidak bersabar terhadap gangguan mereka” (HR. At Tirmidzi 2507, Al Bukhari dalam Adabul Mufrad 388, Ahmad 5/365, syaikh Musthafa Al ‘Adawi mengatakan hadits ini shahih dalam Mafatihul Fiqh 44).
Empat perkara-perkara yang mubah jika dilakukan berlebihan, akan mengantarkan dia ke jebakan syaithan.
Orang yang tahu dan sadar bahwa syaithan adalah musuhnya, dan bahwa dia (syaithan) tidak pernah memerintahkan selain yang dimurkai Allah ﷻ, maka sesungguhnya ia tidak akan pernah menuruti syaithan tersebut. Karena syaithan ingin menyesatkan umat manusia hingga nanti menjadi temannya di neraka jahannam. Na'udzubillahmindalik.
•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ
“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم