Niatilah untuk Menuntut Ilmu Syar'i

Rasulullah ﷺ bersabda, “Barangsiapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah, maka Allah akan memahamkan dia dalam urusan agamanya.”
(HR. Bukhari no. 71 dan Muslim no. 2436)
Kajian Islam

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Kajian 'Adawatusy Syaithan Lil Insan Kama Ja'at Fil Qur'an
Karya: Dr. Abdul Aziz bin Shalih Al-Ubaid
🎙 Bersama Ustadz Abu Haidar As-Sundawy 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
📌 Masjid An-Naafi Dago Pakar Bandung
🗓 Bandung, 23 Syawal 1446 / 22 April 2025



Cara Syaithan Menggoda Manusia: Lupa

Telah berlalu pembahasan cara syaithan menggoda manusia (link arsip: https://tinyurl.com/yc8e3xej ), yaitu: Was-was (Bisikan Jahat).

Lupa merupakan bencana besar yang menimpa manusia dalam urusan agama dan dunia. Syaithan sangat berkeinginan membuat manusia lupa diri dari segala hal yang ia inginkan.

Dalam hal lupa, manusia terbagi dua golongan:

  • Pertama, ada sekelompok manusia yang telah dikuasai sepenuhnya oleh syaithan sehingga mereka lupa sama sekali kepada Allah. Allah ﷻ berfirman:

ٱسْتَحْوَذَ عَلَيْهِمُ ٱلشَّيْطَٰنُ فَأَنسَىٰهُمْ ذِكْرَ ٱللَّهِ ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ حِزْبُ ٱلشَّيْطَٰنِ ۚ أَلَآ إِنَّ حِزْبَ ٱلشَّيْطَٰنِ هُمُ ٱلْخَٰسِرُونَ

Syaitan telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah; mereka itulah golongan syaitan. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan syaitan itulah golongan yang merugi. (QS. Al-Mujadilah ayat 19).

Mereka itulah kaum munafik yang lisannya mengaku beriman tetapi hatinya kufur (nifaq i'tiqadi)- Nifak Besar. Syaithan telah merangkul, memperdaya dan menguasai mereka sehingga menjadikan mereka lupa kepada Allah ﷻ, perintah-perintah dan larangan-laranganNya. (Tafsir al-Qurthubi jilid. 17, hal. 305-307 dan Tafsir Ibni Katsir jilid. 4, hal 328).

Walaupun ayat ini diturunkan terhadap kaum munafik, namun hukum yang terkandung di dalamnya berlaku pula untuk orang-orang yang seperti mereka dalam hal kekufuran dan kemusyrikan. Mereka semua termasuk kelompok pengikut syaithan yang merugi yang lupa kepada Allah ﷻ lalu Allah ﷻ pun menjadikan mereka lupa dengan diri mereka sendiri.

  • Kedua, kelompok yang dibuat lupa oleh syaithan dalam melakukan beberapa perintah yang seharusnya mereka laksanakan. Kebanyakan manusia masuk dalam kelompok ini, baik yang mukmin maupun yang kafir.

Sebagaimana keumuman sabda Rasulullah ﷺ:

وَنُسِّيَ آدَمُ فَنُسِّيَتْ ذُرِّيَّتُهُ

"Adam lupa sehingga anak keturunannya pun lupa.” (HR. At-Tirmidzi jilid. 3, hal. 267, dan at-Tirmidzi berkata: “Hadits ini hasan shahih," al-Hakim jilid. 2, hal. 325 dan ia berkata: “Hadits ini shahih sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh Imam Muslim").

Allah menyebutkan dalam al-Qur' an beberapa ayat yang membicarakan tentang jenis lupa yang kedua ini, di antaranya:

1. Allah Ta'ala berfirman:

وَقَالَ لِلَّذِى ظَنَّ أَنَّهُۥ نَاجٍ مِّنْهُمَا ٱذْكُرْنِى عِندَ رَبِّكَ فَأَنسَىٰهُ ٱلشَّيْطَٰنُ ذِكْرَ رَبِّهِۦ فَلَبِثَ فِى ٱلسِّجْنِ بِضْعَ سِنِينَ

Dan Yusuf berkata kepada orang yang diketahuinya akan selamat diantara mereka berdua: "Terangkanlah keadaanku kepada tuanmu". Maka syaitan menjadikan dia lupa menerangkan (keadaan Yusuf) kepada tuannya. Karena itu tetaplah dia (Yusuf) dalam penjara beberapa tahun lamanya. (QS. Yusuf ayat 42).

Ketika Yusuf menakwilkan mimpi dua orang pemuda, ia berkata kepada salah seorang yang diketahuinya akan selamat, "Ceritakan tentang diriku kepada sang raja, dan sesungguhnya aku adalah orang yang dizhalimi,” atau, “Ceritakan tentang pengetahuanku tentang ta'bir kepada raja.” Yusuf berkata demikian agar ia dapat memberikan petunjuk kepada pemuda tadi atau untuk mengisyaratkan kepadanya bahwa ia akan keluar.” (Lihat Tafsir ath-Thabari, jilid 12, hal. 221, al-Bahrul Muhith jilid. 5, hal 311 dan Tafsir Ibni Katsir jilid 2, hal 480).

Para ahli tafsir berbeda dalam menafsirkan firman Allah “Maka syaithan menjadikannya lupa menerangkan (keadaan Yusuf) kepada tuannya,” siapakah yang dimaksud dengan orang yang dibuat lupa oleh syaithan? Pendapat mereka ada dua:

1. Pendapat pertama: Ia adalah Yusuf. Pendapat ini disandarkan kepada Mujahid sebagaimana yang dikutip oleh ath-Thabari. Arti Ayat tersebut menurut pendapat ini, “Syaithan membuat Yusuf lupa kepada Allah dan lupa untuk memohon pertolongan-Nya agar ia terbebas dari penjara.” Dalil yang dipegang oleh pendapat ini adalah hadits yang diriwayatkan oleh ath-Thabrani dari Ibnu 'Abbas, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda yang artinya, “Seandainya Yusuf tidak mengucapkan kalimat yang ia ucapkan,*) tentu ia tidak akan tinggal lama di penjara. **)

  • *) Kalimat yang dimaksud adalah, “Terangkanlah keadaanku kepada tuanmu." Ucapan ini mengisyaratkan permohonan Yusuf kepada selain Allah. Karena ucapannya ini, ia dibuat lupa oleh Syaithan untuk mengingat Allah dan memohon pertolongan kepada-Nya agar terbebas dari penjara. Inilah yang menyebabkan Yusuf menjadi lama di penjara.
  • **) Ath-Thabari, jilid. 12, hal 223 dan ath-Thabrani dalam al-Mu'jam al-Kabir, jilid. 11, hal. 250. Al-Haitsami berkata dalam Majma'uz Zawa'id jilid. 7, hal. 43. Dalam sanad hadits ini terdapat Ibrahim bin Yazid al-Qurasyi al-Makki, ia seorang perawi yang ditinggalkan haditsnya (matruk). Ibnu Katsir berkata, “Hadits ini sangat lemah, karena perawi yang bernama Sufyan bin Waki' lemah, dan Ibrahim bin Yazid lebih lemah darinya". Ath-Thabrani meriwayatkan hadits ini dari Ikrimah, Al-Hasan dan Qatadah, semua riwayat itu mursal jilid. 12, hal. 223.

2. Pendapat kedua: Ia adalah pemuda yang dikabarkan oleh Yusuf akan keluar dari penjara. Pendapat ini dikutip oleh ath-Thabari dari Muhammad bin Ishaq, dan pendapat ini pula yang dipilih oleh Abu Hayyan, Ibnu Katsir dan Syaikh 'Abdurrahman as-Sa'di. Dalil pendapat ini adalah firman Allah:

وَقَالَ ٱلَّذِى نَجَا مِنْهُمَا وَٱدَّكَرَ بَعْدَ أُمَّةٍ

"Dan berkatalah orang yang selamat di antara mereka berdua dan teringat (kepada) Yusuf setelah beberapa waktu lamanya....” (QS. Yusuf: 45)

Maksudnya, pemuda itu teringat dengan Yusuf dan pesannya kepadanya setelah beberapa waktu lamanya.

Di antara yang menguatkan pendapat ini adalah, jika yang lupa itu Yusuf, maka firman Allah: “...Terangkanlah keadaanku kepada tuanmu ..." (QS. Yusuf: 42) mengandung makna bahwa Yusuf meminta dikeluarkan dari penjara. Namun jika yang lupa adalah pemuda, maka perkataan Yusuf itu diucapkan sebagai isyarat bahwa pemuda tersebut yang akan keluar dari penjara, bukan temannya. Sedangkan hikmah dibuatnya pemuda itu lupa adalah agar Yusuf tetap berada di penjara. (Lihat Tafsir Ibni Katsir jilid 2 hal 480).

Dan dengan keberadaannya di sana akan mengangkat derajatnya, karena ia telah bersabar.

  1. Allah Ta'ala berfirman:

إِنَّهُۥ مَن يَتَّقِ وَيَصْبِرْ فَإِنَّ ٱللَّهَ لَا يُضِيعُ أَجْرَ ٱلْمُحْسِنِينَ

“.. Sesungguhnya siapa yang bertakwa dan bersabar maka Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik” (QS. Yusuf: 90)

2. Allah Ta'ala berfirman:

... أَرَءَيْتَ إِذْ أَوَيْنَآ إِلَى ٱلصَّخْرَةِ فَإِنِّى نَسِيتُ ٱلْحُوتَ وَمَآ أَنسَىٰنِيهُ إِلَّا ٱلشَّيْطَٰنُ أَنْ أَذْكُرَهُۥ ۚ وَٱتَّخَذَ سَبِيلَهُۥ فِى ٱلْبَحْرِ عَجَبًا

“... Tahukah kamu tatkala kita mencari tempat berlindung di batu tadi, maka sesungguhnya aku lupa (menceritakan tentang) ikan itu dan tidak ada yang melupakan aku untuk menceritakannya kecuali syaithan, dan ikan itu mengambil jalannya ke laut dengan cara yang aneh sekali.” (QS. Al-Kahfi: 63)

Musa alaihissalam berkata kepada kaumnya, “Aku tidak mengetahui ada seorang yang lebih tahu dariku.” Allah menjelaskan, “Ada orang yang lebih tahu darimu,” Musa bertanya, “Di mana ia berada?" Allah menjawab, “Ia tinggal di sebuah tempat pertemuan dua lautan, bawalah bersamamu ikan, dan jika ikan itu terlepas darimu, maka disitulah tempatnya".


Potongan Kitab:

22

 

23
24

 25

 26

•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ

“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم