ʙɪꜱᴍɪʟʟᴀʜ
🎙Bersama: Al Ustadz Abu Adib حفظه الله تعالى
🗓 Hari /Tanggal: Rabu, 12 Safar 1447 / 6 Agustus 2025
🕰 Waktu: ba'da maghrib - isya
🕌 Tempat: Jajar Islamic Center Surakarta
Tanda-tanda Hati yang Keruh
Setelah memuji Allâh dan bershalawat atas Nabi-Nya, Ustadz mengawali kajian dengan mengingatkan kita untuk selalu bersyukur atas nikmat yang telah Allah Ta’ala berikan hingga masih dipertemukan dalam majelis ilmu.
Semoga Allah Ta’ala memberikan kita ilmu yang bermanfaat, yang akan berpengaruh pada diri kita dan masyarakat.
Berkata Ibnu Qayyim rahimahullah:
“Di antara tanda-tanda kebahagiaan dan keberuntungan seorang hamba adalah setiap kali bertambah ilmunya, maka bertambah pula ketawadhu’an (kerendahan hatinya) dan kasih sayangnya.” ( Al-Fawaid, hal. 155)
Hati adalah sumber kebaikan, dan hati akan berpengaruh terhadap tubuh. Dari An Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَلاَ وَإِنَّ فِى الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ . أَلاَ وَهِىَ الْقَلْبُ
“Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati (jantung)” (HR. Bukhari no. 52 dan Muslim no. 1599).
Para ulama katakan bahwa hati adalah malikul a’dhoo (rajanya anggota badan), sedangkan anggota badan adalah junuduhu (tentaranya). Lihat Jaami’ul ‘Ulum, 1: 210.
Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Asy-Syu’ara Ayat 88:
يَوْمَ لَا يَنفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ. إِلَّا مَنْ أَتَى ٱللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ
(yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih,
yaitu orang yang tidak melakukan kesyirikan, kemunafikan, ria dan kesombongan, sebab ia akan mendapatkan manfaat dari harta yang ia infakkan di jalan Allah, dan doa anak-anaknya yang selalu mendoakan dirinya.
Harta dan kerabat seseorang tidak bermanfaat di sisi Allah, yang dapat memberi keselamatan baginya hanyalah hati yang bersih, yaitu hati yang lurus dan sehat, hati orang yang beriman, sebab hati orang kafir dan munafik adalah hati yang sakit.
Maka, segala kamuflase dan pencitraan, di akhirat tidak ada artinya. Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat At-Tariq Ayat 9-10:
يَوْمَ تُبْلَى ٱلسَّرَآئِرُ. فَمَا لَهُۥ مِن قُوَّةٍ وَلَا نَاصِرٍ
Pada hari dinampakkan segala rahasia, Maka sekali-kali tidak ada bagi manusia itu suatu kekuatanpun dan tidak (pula) seorang penolong.
Hari itu, apa yang disimpan oleh dada akan ditampakkan, dibedakan antara yang baik dan yang buruk. Manusia tidak punya kekuatan untuk membela dirinya. Manusia tidak punya penolong yang menghindarkannya dari azab Allah.
Surat Al-‘Adiyat Ayat 10:
وَحُصِّلَ مَا فِى ٱلصُّدُورِ
Dan dilahirkan apa yang ada di dalam dada,
Terkadang, seseorang tidak merasakan hatinya keruh seperti halnya sakitnya badan. Maka, hati yang sakit dibiarkan saja hingga menjadi mati dan keras. Maka, perlu untuk mengetahui diagnosa tanda hati yang keruh.
Padahal Nabi ﷺ telah memberikan peringatan dalam sebuah hadits:
وَعَنِ النَّوَّاسِ ابْنِ سَمْعَانَ رضي اللّه عنه قَالَ سَأَلْتُ رَسُوْلَ اللّهِ صلّى اللّه عليه وسلّم عَنِ الْبِرِّ وَالإِثْمِ فَقَالَ اَلْبِرُّ حُسْنُ الْخُلُقِ وَالإِثْمُ مَا حَاكَ فِي صَدْرِكَ وَكَرِهْتَ أَنْ يَطَّلِعَ عَلَيْهِ النَّاسُ
Dari sahabat An-Nawwas bin Sam’an Radhiyallahu’anhu beliau berkata, “Aku bertanya kepada Rasulullah ﷺtentang makna al-birr (kebajikan) dan al-itsm (dosa), maka Rasulullah ﷺ pun menjawab, ‘Al-birr (kebajikan) adalah akhlak yang mulia. Dan al-itsm (dosa) adalah apa yang engkau gelisahkan di hatimu dan engkau tidak suka kalau orang lain mengetahui engkau melakukannya’.” ([HR. Muslim no. 2553])
Maka, jika hati tidak lagi gelisah tatkala berbuat dosa, dikhawatirkan filter yang ada telah rusak.
Rasulullah ﷺ bersabda :
إِنَّ المُؤْمِنَ يَرَى ذُنُوبَهُ كَأَنَّهُ قَاعِدٌ تَحْتَ جَبَلٍ يَخَافُ أَنْ يَقَعَ عَلَيْهِ، وَإِنَّ الفَاجِرَ يَرَى ذُنُوبَهُ كَذُبَابٍ مَرَّ عَلَى أَنْفِهِ
“Sesungguhnya orang yang beriman melihat dosa-dosanya seperti ketika duduk di bawah gunung, dia takut kalau gunung tersebut jatuh menimpanya. Adapun orang yang fajir melihat dosa-dosanya seperti seekor lalat yang lewat (terbang) di depan hidungnya.” (HR. Bukhari no. 6308)
Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu mengatakan,
إِنَّ الْمُؤْمِنَ يَرَى ذُنُوبَهُ كَأَنَّهُ قَاعِدٌ تَحْتَ جَبَلٍ يَخَافُ أَنْ يَقَعَ عَلَيْهِ ، وَإِنَّ الْفَاجِرَ يَرَى ذُنُوبَهُ كَذُبَابٍ مَرَّ عَلَى أَنْفِهِ
“Sesungguhnya seorang mukmin melihat dosanya seakan-akan ia duduk di sebuah gunung dan khawatir gunung tersebut akan menimpanya. Sedangkan seorang yang fajir (yang gemar maksiat), ia akan melihat dosanya seperti seekor lalat yang lewat begitu saja di hadapan batang hidungnya.” [HR. Al-Bukhari no. 6308]
Berkata Ibnu Mubarak (Abdullah ibnu Mubarak rahimahullah):
“Aku melihat dosa-dosa itu mematikan hati dan membiasakannya akan mewariskan kehinaan, meninggalkan perbuatan-perbuatan dosa itu adalah kehidupan bagi hati. Dan itu lebih baik bagimu untuk menyelisihi dosa artinya tidak melakukan perbuatan dosa.”
Demikian dosa-dosa itu bisa menyebabkan penyakit yang bertambah dan terus sampai akhirnya hati itu mati, menyebabkan kematian bagi hati karena kemaksiatan itu melahirkan kemaksiatan yang lain.
Hal ini juga sebagaimana ditunjukkan dalam firman Allāh :
كلا ۖ بل ران على قلو بهم ما كانوا يكسبون
“Sekali kali tidak, bahkan hati mereka telah tertutup disebabkan apa yang telah mereka lakukan.”
Disebabkan usaha yang mereka kerjakan dari maksiat, dosa kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
Perbuatan-perbuatan dosa itulah yang ahirnya membuat menutupi hati mereka, membuat hati mereka terkunci, tertutup dari hidayah, tertutup dari kebaikan sehingga akhirnya mati dan jauh dari rahmat Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
Dari Hudzaifah Radhiyallahu anhu, ia berkata: Aku mendengar Rasalullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
تُـعْـرَضُ الْـفِـتَـنُ عَلَـى الْـقُـلُـوْبِ كَالْـحَصِيْـرِ عُـوْدًا عُوْدًا ، فَـأَيُّ قَـلْبٍ أُشْرِبَـهَا نُـكِتَ فِـيْـهِ نُـكْـتَـةٌ سَوْدَاءُ ، وَأَيُّ قَـلْبٍ أَنْـكَـرَهَا نُـكِتَ فِـيْـهِ نُـكْتَـةٌ بَيْضَاءُ ، حَتَّىٰ تَصِيْـرَ عَلَـىٰ قَـلْبَيْـنِ : عَلَـىٰ أَبْـيَـضَ مِثْـلِ الصَّفَا ، فَـلَا تَـضُرُّهُ فِـتْـنَـةٌ مَـا دَامَتِ السَّمٰـوَاتُ وَالْأَرْضُ ، وَالْآخَرُ أَسْوَدُ مُـرْبَادًّا ، كَالْكُوْزِ مُـجَخِّـيًا : لَا يَعْرِفُ مَعْرُوْفًـا وَلَا يُـنْـكِرُ مُنْكَـرًا ، إِلَّا مَا أُشْرِبَ مِنْ هَوَاهُ.
“Fitnah-fitnah menempel dalam lubuk hati manusia sedikit demi sedikit bagaikan tenunan sehelai tikar. Hati yang menerimanya, niscaya timbul bercak (noktah) hitam, sedangkan hati yang mengingkarinya (menolak fitnah tersebut), niscaya akan tetap putih (cemerlang). Sehingga hati menjadi dua : yaitu hati yang putih seperti batu yang halus lagi licin, tidak ada fitnah yang membahayakannya selama langit dan bumi masih ada. Adapun hati yang terkena bercak (noktah) hitam, maka (sedikit demi sedikit) akan menjadi hitam legam bagaikan belanga yang tertelungkup (terbalik), tidak lagi mengenal yang ma’ruf (kebaikan) dan tidak mengingkari kemungkaran, kecuali ia mengikuti apa yang dicintai oleh hawa nafsunya.” - HR. Muslim 144, Ahmad V/405 shahih.
Dalam hadits ini, fitnah dimaknai sebagai dosa, karena makna fitnah bermacam-macam, bisa bermakna syirik, ujian, kekacauan, kerusakan dan lainnya.
Maka, dampak dosa bisa diketahui akan:
1. Mematikan hati.
2. Mewariskan kehinaan, baik dunia maupun akhirat.
Di dunia, para pendosa dipandang sebelah mata dan di akhirat lebih berat lagi.
Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat As-Sajdah Ayat 12:
وَلَوْ تَرَىٰٓ إِذِ ٱلْمُجْرِمُونَ نَاكِسُوا۟ رُءُوسِهِمْ عِندَ رَبِّهِمْ رَبَّنَآ أَبْصَرْنَا وَسَمِعْنَا فَٱرْجِعْنَا نَعْمَلْ صَٰلِحًا إِنَّا مُوقِنُونَ
Dan, jika sekiranya kamu melihat mereka ketika orang-orang yang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Tuhannya, (mereka berkata): "Ya Tuhan kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami (ke dunia), kami akan mengerjakan amal saleh, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang yakin".
Kemudian dilanjutkan dalam Surat As-Sajdah Ayat 20:
وَأَمَّا ٱلَّذِينَ فَسَقُوا۟ فَمَأْوَىٰهُمُ ٱلنَّارُ ۖ كُلَّمَآ أَرَادُوٓا۟ أَن يَخْرُجُوا۟ مِنْهَآ أُعِيدُوا۟ فِيهَا وَقِيلَ لَهُمْ ذُوقُوا۟ عَذَابَ ٱلنَّارِ ٱلَّذِى كُنتُم بِهِۦ تُكَذِّبُونَ
Dan adapun orang-orang yang fasik (kafir) maka tempat mereka adalah jahannam. Setiap kali mereka hendak keluar daripadanya, mereka dikembalikan ke dalamnya dan dikatakan kepada mereka: "Rasakanlah siksa neraka yang dahulu kamu mendustakannya".
Firman-Nya dalam Surat Ibrahim Ayat 48-49:
يَوْمَ تُبَدَّلُ ٱلْأَرْضُ غَيْرَ ٱلْأَرْضِ وَٱلسَّمَٰوَٰتُ ۖ وَبَرَزُوا۟ لِلَّهِ ٱلْوَٰحِدِ ٱلْقَهَّارِ. وَتَرَى ٱلْمُجْرِمِينَ يَوْمَئِذٍ مُّقَرَّنِينَ فِى ٱلْأَصْفَادِ
(Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit, dan meraka semuanya (di padang Mahsyar) berkumpul menghadap ke hadirat Allah yang Maha Esa lagi Maha Perkasa. Dan kamu akan melihat orang-orang yang berdosa pada hari itu diikat bersama-sama dengan belenggu.
Dalam Surat Ibrahim Ayat 44:
وَأَنذِرِ ٱلنَّاسَ يَوْمَ يَأْتِيهِمُ ٱلْعَذَابُ فَيَقُولُ ٱلَّذِينَ ظَلَمُوا۟ رَبَّنَآ أَخِّرْنَآ إِلَىٰٓ أَجَلٍ قَرِيبٍ نُّجِبْ دَعْوَتَكَ وَنَتَّبِعِ ٱلرُّسُلَ ۗ أَوَلَمْ تَكُونُوٓا۟ أَقْسَمْتُم مِّن قَبْلُ مَا لَكُم مِّن زَوَالٍ
Dan berikanlah peringatan kepada manusia terhadap hari (yang pada waktu itu) datang azab kepada mereka, maka berkatalah orang-orang yang zalim: "Ya Tuhan kami, beri tangguhlah kami (kembalikanlah kami ke dunia) walaupun dalam waktu yang sedikit, niscaya kami akan mematuhi seruan Engkau dan akan mengikuti rasul-rasul". (Kepada mereka dikatakan): "Bukankah kamu telah bersumpah dahulu (di dunia) bahwa sekali-kali kamu tidak akan binasa?
2. Apabila berbuat kebaikan tidak tembus ke hatinya.
Alangkah masih banyak orang yang sukaberbuat ihsân (baik) kepada Rabbnya ataupun sesama dengan berbagai jenis bentuk kebaikan. Namun, sebagian dari mereka lalai untuk menata niatnya terlebih dahulu, supaya kebaikan yang ia perbuat bagi orang lain karena motivasi lillâhi ta’âla.
Jangan sampai seperti beramalnya orang-orang munafik, Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat An - Nisa ayat 142:
إِنَّ ٱلْمُنَٰفِقِينَ يُخَٰدِعُونَ ٱللَّهَ وَهُوَ خَٰدِعُهُمْ وَإِذَا قَامُوٓا۟ إِلَى ٱلصَّلَوٰةِ قَامُوا۟ كُسَالَىٰ يُرَآءُونَ ٱلنَّاسَ وَلَا يَذْكُرُونَ ٱللَّهَ إِلَّا قَلِيلًا
Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.
فِى قُلُوبِهِم مَّرَضٌ فَزَادَهُمُ ٱللَّهُ مَرَضًا ۖ
Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; (QS Al-Baqarah ayat 10).
Maka, disebabkan adanya penyakit, maka disaat beramal tidak tembus ke dalam hati.
Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah Ayat 6-7:
إِنَّ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ سَوَآءٌ عَلَيْهِمْ ءَأَنذَرْتَهُمْ أَمْ لَمْ تُنذِرْهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ
Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman.
Alasannya karena:
خَتَمَ ٱللَّهُ عَلَىٰ قُلُوبِهِمْ وَعَلَىٰ سَمْعِهِمْ ۖ وَعَلَىٰٓ أَبْصَٰرِهِمْ غِشَٰوَةٌ ۖ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ
Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat.
Sebab-sebab Hati Menjadi Rusak
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah menyebutkan ada lima perkara penyebab perusak hati:
“مُفسِدات القلب خمسة: كثرة الخُلطة، والإسراف في الطعام، وكثرة النوم، والتَّعَلُّق بغير الله، والتَّمَنِّي”.
1. Bergaul dengan banyak kalangan (baik dan buruk),
2. Larut dalam angan-angan kosong,
3. Bergantung kepada selain Allah,
4. Kekenyangan, dan
5. Banyak tidur.”
- [Madarijus Salikin Libnil Qayyim 1/451]
1. Bergaul dengan Banyak Kalangan
Pergaulan memang perlu, tapi tidak asal bergaul dan banyak teman. Pergaulan yang salah akan menimbulkan masalah. Teman-teman yang buruk lambat laun akan menghitamkan hati, melemahkan dan menghilangkan rasa nurani, akan membuat yang bersangkutan larut dalam memenuhi berbagai keinginan mereka yang negatif.
Alangkah indah nasehat Imam Syafi'i Rahimahumullah, Barang siapa yang ingin Allah membukakan hatinya atau meneranginya, hendaklah ia memiliki amalan tersembunyi antara dirinya dan Allah ﷻ, sedikit makan dan sedikit bergaul dengan banyak orang.
Maka, jangan memperbanyak teman dekat yang tidak membawa manfaat.
عن أبي سعيد الخدري رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: «لاَ تُصَاحِب إِلاَّ مُؤْمِنًا، وَلاَ يَأْكُل طَعَامَكَ إِلاَّ تَقِي».
[حسن] - [رواه أبو داود والترمذي وأحمد]
Dari Abu Sa'īd Al-Khudri -raḍiyallāhu 'anhu-, dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, beliau bersabda, "Jangan engkau berteman kecuali dengan orang beriman dan jangan memakan makananmu selain orang yang bertakwa!"
[Hadis hasan] - [Diriwayatkan oleh Tirmiżi - Diriwayatkan oleh Abu Daud - Diriwayatkan oleh Ahmad]
عن أبي سعيد الخدري رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: «لاَ تُصَاحِب إِلاَّ مُؤْمِنًا، وَلاَ يَأْكُل طَعَامَكَ إِلاَّ تَقِي».
[حسن] - [رواه أبو داود والترمذي وأحمد]
Dari Abu Sa'īd Al-Khudri -raḍiyallāhu 'anhu-, dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, beliau bersabda, "Jangan engkau berteman kecuali dengan orang beriman dan jangan memakan makananmu selain orang yang bertakwa!" - [Hadis hasan] - [Diriwayatkan oleh Tirmiżi - Diriwayatkan oleh Abu Daud - Diriwayatkan oleh Ahmad]
Hadits ini mengandung anjuran berteman dengan orang-orang beriman. Ini menuntut supaya kita untuk menjauhi pertemanan dengan orang-orang kafir dan munafik; karena berteman dengan mereka itu membahayakan agama.
Banyak orang yang terjerumus ke dalam lubang kemakisatan dan kesesatan karena pengaruh teman bergaul yang jelek. Namun juga tidak sedikit orang yang mendapatkan hidayah dan banyak kebaikan disebabkan bergaul dengan teman-teman yang shalih.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadikan teman sebagai patokan terhadapa baik dan buruknya agama seseorang. Oleh sebab itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kepada kita agar memilih teman dalam bergaul. Dalam sebuah hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
المرء على دين خليله فلينظر أحدكم من يخالل
“Agama Seseorang sesuai dengan agama teman dekatnya. Hendaklah kalian melihat siapakah yang menjadi teman dekatnya.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Silsilah Ash-Shahihah, no. 927)
Hal ini bisa kita lihat dari bagaimana akhir hidup Abu Thalib, di mana ia enggan masuk Islam karena terhasut oleh bujukan teman-temannya untuk senantiasa berpegang teguh dengan ajaran nenek moyang. Selain teman yang buruk, tradisi yang tidak sesuai dengan syariat juga termasuk salah satu penyebab terhalangnya seseorang dari hidayah.
Di penghujung kehidupannya, di akhir hentakan napas yang dihembuskan olehnya, Abu Thalib berkata lirih pada Muhammad ﷺ,
لَوْلَا أَنْ تُعَيِّرَنِي قُرَيْشٌ. يَقُولُونَ: إِنَّمَا حَمَلَهُ، عَلَى ذَلِكَ، الْجَزَعُ. لَأَقْرَرْتُ بِهَا عَيْنَكَ
“Kalau bukan karena (aku khawatir) Quraisy akan mencelaku dan berkata: 'Kesedihanlah yang mendorongnya (masuk Islam),' niscaya aku akan membuatmu bahagia dengan (mengucapkan) itu.” - (HR Muslim no. 42).
2. Larut dalam angan-angan kosong.
Angan-angan kosong adalah lautan tak bertepi. Ia adalah lautan tempat berlayarnya orang-orang bangkrut. Bahkan dikatakan, angan-angan adalah modal orang-orang bangkrut. Ombak angan-angan terus mengombang-ambingkannya, khayalan-khayalan dusta senantiasa memermainkannya, laksana anjing yang sedang memermainkan bangkai.
Semua dalam keadaan berangan-angan tentang dunia, meskipun umurnya sudah rawan. Tetapi nafsu terus menguasainya.
Al Imam Ibnul Qoyyim rohimahullahu Ta’ala berkata,
Termasuk tanda tanda kebahagiaan dan keberuntungan seorang hamba adalah :
- ketika bertambah ilmunya, maka bertambah pula tawadhu’ dan kasih sayangnya,
- ketika bertambah amalannya, maka bertambah pula rasa takut dan kewaspadaannya,
- semakin bertambah umurnya, maka semakin berkurang ambisinya,
- ketika bertambah hartanya, maka semakin bertambah pula kedermawanan dan pemberiannya,
- semakin bertambah kedudukannya dan kekuasaannya, maka semakin bertambah pula kedekatannya dengan manusia dan menunaikan kebutuhan mereka dan tawadhu’ (merendahkan diri dan berlemah lembut) terhadap mereka.
( Al Fawaid – 148/149 )
Maka, selayaknya termasuk dalam golongan yang disebut dalam Surat As-Sajdah Ayat 16:
تَتَجَافَىٰ جُنُوبُهُمْ عَنِ ٱلْمَضَاجِعِ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ خَوْفًا وَطَمَعًا وَمِمَّا رَزَقْنَٰهُمْ يُنفِقُونَ
Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya dan mereka selalu berdoa kepada Rabbnya dengan penuh rasa takut dan harap, serta mereka menafkahkan apa apa rezeki yang Kami berikan.
3. Bergantung kepada Selain Allah ﷻ
Ini adalah faktor terbesar perusak hati. Tidak ada sesuatu yang lebih berbahaya dari bertawakal dan bergantung kepada selain Allah.
Jika seseorang bertawakal kepada selain Allah, maka Allah akan menyerahkan urusan orang tersebut kepada sesuatu yang ia bergantung kepadanya. Allah akan menghinakannya, dan menjadikan perbuatannya sia-sia. Ia tidak akan mendapatkan sesuatu pun dari Allah, juga tidak dari makhluk yang ia bergantung kepadanya. Allah ﷻ berfirman:
(وَاتَّخَذُوا مِنْ دُونِ اللَّهِ آلِهَةً لِيَكُونُوا لَهُمْ عِزًّا كَلَّا ۚ سَيَكْفُرُونَ بِعِبَادَتِهِمْ وَيَكُونُونَ عَلَيْهِمْ ضِدًّا)
“Dan mereka telah mengambil Sembahan-sembahan selain Allah, agar Sembahan -sembahan itu menjadi pelindung bagi mereka. Sekali-kali tidak. Kelak mereka (Sembahan -sembahan) itu akan mengingkari penyembahan (pengikut-pengikutnya) terhadapnya, dan mereka (Sembahan -sembahan) itu akan menjadi musuh bagi mereka.” [QS. Maryam: 81-82]
عن عبد الله بن عكيم رضي الله عنه مرفوعاً: «مَنْ تَعَلَّقَ شيئا وُكِلَ إليه».
[حسن] - [رواه أحمد والترمذي]
Abdullah bin 'Ukaim -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan secara marfū', “Siapa yang bergantung pada sesuatu maka ia akan dipasrahkan kepadanya.” [Diriwayatkan oleh Tirmiżi - Diriwayatkan oleh Ahmad]
Siapa yang menyandarkan hati atau perbuatannya atau keduanya pada sesuatu, dia mengharap darinya kemanfaatan atau dijauhkan dari kemudaratan maka Allah akan memasrahkan orang tersebut kepada sesuatu yang menjadi sandarannya tersebut. Siapa yang bersandar dan bergantung hanya kepada Allah, maka Allah akan mencukupinya dan memudahkan baginya segala kesulitan, dan siapa yang bersandar kepada selain Allah, maka Dia akan memasrahkannya kepada sesuatu tersebut dan membiarkannya.
4. Kekenyangan (Makan berlebihan)
Makanan perusak ada dua macam:
- Pertama: Merusak karena zat/materinya, dan ia terbagi menjadi dua macam:
a) Yang diharamkan karena hak Allah, seperti bangkai, darah, anjing, binatang buas yang bertaring, dan burung yang berkuku tajam.
b) Yang diharamkan karena hak hamba, seperti barang curian, rampasan, dan sesuatu yang diambil tanpa kerelaan pemiliknya, baik karena paksaan, malu, atau takut terhina. - Kedua: Merusak karena melampaui ukuran dan takarannya. Seperti berlebihan dalam hal yang halal, kekenyangan kelewat batas. Sebab yang demikian itu membuatnya malas mengerjakan ketaatan, sibuk terus-menerus dengan urusan perut untuk memenuhi hawa nafsunya.
Jika telah kekenyangan, maka ia merasa berat, dan karenanya ia mudah mengikuti komando setan. Setan masuk ke dalam diri manusia melalui aliran darah. Puasa memersempit aliran darah dan menyumbat jalannya setan. Sedangkan kekenyangan memperluas aliran darah dan membuat setan betah tinggal berlama-lama. Barang siapa banyak makan dan minum, niscaya akan banyak tidur dan banyak merugi.
Banyak tidur mematikan hati, memenatkan badan, menghabiskan waktu, dan membuat lupa serta malas. Di antara tidur itu ada yang sangat dibenci, ada yang berbahaya dan sama sekali tidak bermanfaat. Sedangkan tidur yang paling bermanfaat adalah tidur saat sangat dibutuhkan.
Segera tidur pada malam hari lebih baik dari tidur ketika sudah larut malam. Tidur pada tengah hari (tidur siang), lebih baik daripada tidur di pagi atau sore hari. Bahkan tidur pada sore dan pagi hari lebih banyak madharatnya daripada manfaatnya.
Di antara tidur yang dibenci adalah tidur antara Salat Subuh dengan terbitnya matahari, sebab ia adalah waktu yang sangat strategis. Karena itu, meskipun para ahli ibadah telah melewatkan sepanjang malamnya untuk ibadah, mereka tidak mau tidur pada waktu tersebut hingga matahari terbit. Sebab waktu itu adalah awal dan pintu siang, saat diturunkan dan dibagi-bagikannya rezeki, saat diberikannya berkah.
Hati yang telah bersinar dengan cahaya Iman, dan menyala padanya lentera-lentera iman. Namun padanya ada kegelapan syahwat dan badai angin yang dahsyat. Syaithan maju dan mundur, berupaya memanfaatkan celah, serta sangat berambisi. Peperangan silih berganti menang dan kalah.
Ibnul Qayyim rahimahullah menjelaskan tiga cara agar hati menjadi tetap sehat:
- Menjaga stamina hati: dengan memperbanyak ibadah dan amal shalih.
- Jangan memasukkan perusak hati, yaitu dengan menjauhi dosa-dosa dan maksiat.
- Mengeluarkan dosa-dosa yang terlanjur masuk, minimal dengan lima hal: istighfar, taubat, amal shalih, menjauhi dosa-dosa besar dan sabar ketika terkena musibah.
•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ
“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم