Niatilah untuk Menuntut Ilmu Syar'i

Rasulullah ﷺ bersabda, “Barangsiapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah, maka Allah akan memahamkan dia dalam urusan agamanya.”
(HR. Bukhari no. 71 dan Muslim no. 2436)
Kajian Aqidah

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

📖 | Kajian 'Adawatusy Syaithan Lil Insan Kama Ja'at Fil Qur'an | Karya: Dr. Abdul Aziz bin Shalih Al-Ubaid
🎙| Bersama Ustadz Abu Haidar As-Sundawy 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
📌| Masjid An-Naafi Dago Pakar Bandung
🗓 | Bandung, 15 Rabi’ul Akhir 1447 / 7 Oktober 2025
| Daftar Isi:


Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du, 

Telah berlalu pembahasan Sebab-sebab Syaitan Menguasai Manusia:
1. Kekufuran dan Syirik.
2. Melupakan Dzikir kepada Allah ﷻ.

Poin Selanjutnya:

Sebab-sebab Syaitan Menguasai Manusia: #3 | Meminta Perlindungan kepada Setan dan Keturunannya

Lafazh 'adza dan tashrif (derifasi)nya menunjukkan makna pemeliharaan, perlindungan dan keselamatan. Hakikat maknanya adalah lari dari sesuatu yang kamu takuti kepada apa yang bisa menjagamu darinya. Orang yang berlindung kepada Allah ﷻ yaitu yang berpegang, berlindung dan bersandar kepada-Nya. Dia lari dari musuhnya yang ingin membinasakannya, kepada Rabb dan pemiliknya serta menyerahkan dirinya di hadapan-Nya. Dan apa yang ada dalam hati orang yang berlindung ketika itu berupa penyerahan diri di hadapan Rabb-nya, pengharapan kepada-Nya dan merendahkan diri di hadapan-Nya adalah perkara yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.

Nabi ﷺ tidak pernah meminta perlindungan selain hanya kepada Allah ﷻ atau salah satu sifat-Nya: karena memohon perlindungan adalah bagian dari ibadah yang tidak boleh dipersembahkan kepada selain Allah. Ini adalah ijma' (konsensus) semua ulama. Karena itu, Allah mencela orang-orang musyrik sebagaimana Dia ceritakan tentang bangsa Jin bahwa mereka berkata:

وَأَنَّهُۥ كَانَ رِجَالٌ مِّنَ ٱلْإِنسِ يَعُوذُونَ بِرِجَالٍ مِّنَ ٱلْجِنِّ فَزَادُوهُمْ رَهَقًا

“Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan." (QS. Al-Jinn: 6)

Maksudnya, kami (bangsa jin) beranggapan bahwa kami memiliki kelebihan dari bangsa manusia: karena mereka berlindung kepada kami jika mereka menuruni lembah, atau tempat yang angker, seperti kebiasaan orang-orang Arab pada masa jahiliyah. Mereka berlindung kepada penguasa suatu daerah dari bangsa jin apa mereka tidak ditimpa marabahaya. Sebagaimana salah seorang dari mereka yang memasuki daerah musuhnya dalam jaminan dan perlindungan tokoh terpandang di wilayah tersebut.

Ketika bangsa jin melihat bahwa manusia berlindung kepada mereka, karena takut kepada mereka, maka mereka menambahkan kekuatan dan kekerdilan agar manusia tetap meminta perlindungan dan sangat bergantung kepada mereka. Hal itu disebabkan bangsa manusia berlindung kepada bangsa jin. Begitu pula ketika jin melihat manusia takut kepada mereka, maka hal itu menjadikan mereka (jin) bertambah dosa, sombong dan semakin berani untuk menyesatkan manusia.

Perintah hanya Minta Perlindungan kepada Allah ﷻ

Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Fussilat Ayat 36:

وَإِمَّا يَنزَغَنَّكَ مِنَ ٱلشَّيْطَٰنِ نَزْغٌ فَٱسْتَعِذْ بِٱللَّهِ ۖ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْعَلِيمُ

Dan jika syetan mengganggumu dengan suatu gangguan, maka mohonlah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

Bisa membaca:

أَعُوذُ بِاللَّهِ السَّمِيعِ الْعَلِيمِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ إِنَّ اللَّهَ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

“Aku berlindung kepada Allah Yang Maha mendengar dan Maha mengetahui dari setan yang terkutuk. Sesungguhnya Allah, Dia-lah Yang Maha mendengar dan Maha mengetahui.”

Lafadz ini diriwayatkan dari Al-Hasan dan Ats-Tsauri, berdasarkan firman Allah Ta’ala di atas.

Atau membaca:

أَعُوذُ بِاللَّهِ السَّمِيعِ الْعَلِيمِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

“Aku berlindung kepada Allah Yang Maha mendengar dan Maha mengetahui dari setan yang terkutuk.”

Imam Ahmad, Al-A’masy, Al-Hasan bin Shalih, Nafi’, Ibnu ‘Amir dan Al-Kisai rahimahumullahu Ta’ala menilai bahwa lafadz inilah yang paling afdhal.

Berkata Abdurrahman Alu Syaikh ketika menjelaskan isti'adzah, selama amalan merupakan ibadah kepada Allah ﷻ maka menujukan amalan itu kepada selain Allah ﷻ maka itu syirik ibadah, karena menjadikannya sekutu atau syarikat bagi Allah ﷻ. Seperti ruku, sujud dan membaca isti'adzah.

Resikonya ada di surat Al-An'am ayat 128-129:

وَيَوْمَ يَحْشُرُهُمْ جَمِيعًا يَٰمَعْشَرَ ٱلْجِنِّ قَدِ ٱسْتَكْثَرْتُم مِّنَ ٱلْإِنسِ ۖ وَقَالَ أَوْلِيَآؤُهُم مِّنَ ٱلْإِنسِ رَبَّنَا ٱسْتَمْتَعَ بَعْضُنَا بِبَعْضٍ وَبَلَغْنَآ أَجَلَنَا ٱلَّذِىٓ أَجَّلْتَ لَنَا ۚ قَالَ ٱلنَّارُ مَثْوَىٰكُمْ خَٰلِدِينَ فِيهَآ إِلَّا مَا شَآءَ ٱللَّهُ ۗ إِنَّ رَبَّكَ حَكِيمٌ عَلِيمٌ. وَكَذَٰلِكَ نُوَلِّى بَعْضَ ٱلظَّٰلِمِينَ بَعْضًۢا بِمَا كَانُوا۟ يَكْسِبُونَ

Dan (ingatlah) hari diwaktu Allah menghimpunkan mereka semuanya (dan Allah berfirman): "Hai golongan jin, sesungguhnya kamu telah banyak menyesatkan manusia", lalu berkatalah kawan-kawan meraka dari golongan manusia: "Ya Tuhan kami, sesungguhnya sebahagian daripada kami telah dapat kesenangan dari sebahagian (yang lain) dan kami telah sampai kepada waktu yang telah Engkau tentukan bagi kami". Allah berfirman: "Neraka itulah tempat diam kamu, sedang kamu kekal di dalamnya, kecuali kalau Allah menghendaki (yang lain)". Sesungguhnya Tuhanmu Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui. Dan demikianlah Kami jadikan sebahagian orang-orang yang zalim itu menjadi teman bagi sebahagian yang lain disebabkan apa yang mereka usahakan.

Fatwa Al-Lajnah Ad-Daimah lil Buhuts wal Ifta’

Pertanyaan:

Sebagian orang menggunakan jin untuk menyembuhkan penyakit. Mereka mengklaim bahwa penyakit tersebut disebabkan oleh jin, dan mereka ini mencari rezeki dari praktek penyembuhan seperti ini. Bagaimana pandangan syariat terhadap hal ini, apakah halal atau haram?

Jawaban:

Tidak boleh seorang Muslim meminta bantuan jin untuk tujuan apapun. Karena mereka tidak memberi bantuan kecuali manusia menaati para jin dalam berbuat maksiat kepada Allah dan berbuat kesyirikan atau kekufuran. Sebagaimana firman Allah Ta’ala,

وَأَنَّهُ كَانَ رِجَالٌ مِنَ الإِنْسِ يَعُوذُونَ بِرِجَالٍ مِنَ الْجِنِّ فَزَادُوهُمْ رَهَقًا

“Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan.” (QS. Al-Jin: 6)

Dan firman Allah Ta’ala,

وَيَوْمَ يَحْشُرُهُمْ جَمِيعًا يَا مَعْشَرَ الْجِنِّ قَدِ اسْتَكْثَرْتُمْ مِنَ الإِنْسِ وَقَالَ أَوْلِيَاؤُهُمْ مِنَ الإِنْسِ رَبَّنَا اسْتَمْتَعَ بَعْضُنَا بِبَعْضٍ وَبَلَغْنَا أَجَلَنَا الَّذِي أَجَّلْتَ لَنَا قَالَ النَّارُ مَثْوَاكُمْ خَالِدِينَ فِيهَا إِلا مَا شَاءَ اللَّهُ

“Dan (ingatlah) hari di waktu Allah menghimpunkan mereka semuanya (manusia dan jin), (dan Allah berfirman), “Hai golongan jin (setan), sesungguhnya kamu telah banyak (menyesatkan) manusia.” Lalu berkatalah kawan-kawan mereka dari golongan manusia, “Ya Rabb kami, sesungguhnya sebagian dari kami (manusia) telah mendapat kesenangan dari sebagian yang lain (jin) dan kami telah sampai kepada waktu yang telah Engkau tentukan bagi kami.” Allah berfirman, “Neraka itulah tempat tinggal kamu semua, sedang kamu semua kekal di dalamnya, kecuali kalau Allah menghendaki (yang lain).” (QS. Al-An’am: 128)

Dan mengambil upah dari perbuatan ini hukumnya haram. Penyakit yang disebabkan jin atau penyakit lainnya diobati dengan Al-Qur’an atau pengobatan yang syar’i atau pengobatan yang mubah, melalui orang yang terpercaya yang memiliki aqidah yang lurus.

Wabillahit taufiq, washallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi washahbihi wa sallam.

Tertanda,

Ketua: Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz
Anggota:
Abdullah bin Ghudayan
Shalih Al Fauzan
Abdul Aziz Alu Asy Syaikh
Bakr Abu Zaid

*****

Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah ditanya tentang hukum meminta bantuan kepada jin muslim dalam rangka pengobatan.

Beliau menjawab, “Tidak sepantasnya bagi seorang yang sakit meminta bantuan kepada jin, baik dalam rangka pengobatan, maupun selainnya. Hendaknya ia bertanya kepada dokter ahli sesuai dengan penyakit yang dideritanya. sedangkan meminta bantuan kepada jin adalah haram, karena hal ini bisa sebagai perantara menuju ibadah kepadanya dan berarti mempercayai mereka. Karena di kalangan jin ada yang kafir dan ada pula muslim, ada juga muslim tapi ahli bid’ah. Dan karena kita tidak bisa mengetahui keadaan mereka, maka tidak sepantasnya kita bersandar kepada mereka. Mestinya kita bertanya kepada ulama dan dokter dari kalangan manusia untuk mengetahui penyakit yang kita derita. Allah Azza wa Jalla mencela orang-orang musyrik sebagaimana firman-Nya,

وَّاَنَّهٗ كَانَ رِجَالٌ مِّنَ الۡاِنۡسِ يَعُوۡذُوۡنَ بِرِجَالٍ مِّنَ الۡجِنِّ فَزَادُوۡهُمۡ رَهَقًا ۙ‏

“Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan.” (QS. Al-Jin: 6)

Seorang mukmin harus meyakini bahwa Allah lah yang Maha Mengetahui perkara gaib. Dan Dia lah yang dimintai pertolongan dari setiap kesulitan. Ini pokok aqidah yang harus diimani. Meminta bantuan jin, biasanya meminta timbal balik yang bertentangan dengan syariat. Khadam atau jin yang bekerjasama dengan paranormal dan dukun, saling berkolaborasi menyesatkan manusia. Allah Ta’ala berfirman,

وَيُرِيۡدُ الشَّيۡـطٰنُ اَنۡ يُّضِلَّهُمۡ ضَلٰلًاۢ بَعِيۡدًا‏

“Dan setan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya.” (QS. An-Nisa’: 60)

Semoga Allah Ta’ala memberi taufik.

Sujud dalam rangka ibadah - Syirik dan Sujud dalam rangka Menghormat - Maksiat.

Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah Ayat 34:

وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَٰٓئِكَةِ ٱسْجُدُوا۟ لِءَادَمَ فَسَجَدُوٓا۟ إِلَّآ إِبْلِيسَ أَبَىٰ وَٱسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ ٱلْكَٰفِرِينَ

Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.

Para malaikat dan Iblis disuruh sujud karena perintah Allah ﷻ dan iblis enggan karena kesombongannya. Manusia tidak boleh sujud kepada manusia karena dalilnya cukup tegas. Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda,

لَوْ كُنْتُ آمِرًا أَحَدًا أَنْ يَسْجُدَ لِأَحَدٍ، لَأَمَرْتُ الْمَرْأَةَ أَنْ تَسْجُدَ لِزَوْجِهَا

“Seandainya aku boleh menyuruh seorang manusia untuk bersujud kepada manusia lainnya, niscaya akan aku suruh seorang wanita untuk bersujud kepada suaminya” [HR. Tirmidzi]

Allah berfirman,

وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ ۚ قُلْ أَفَرَأَيْتُمْ مَا تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ أَرَادَنِيَ اللَّهُ بِضُرٍّ هَلْ هُنَّ كَاشِفَاتُ ضُرِّهِ أَوْ أَرَادَنِي بِرَحْمَةٍ هَلْ هُنَّ مُمْسِكَاتُ رَحْمَتِهِ ۚ قُلْ حَسْبِيَ اللَّهُ ۖ عَلَيْهِ يَتَوَكَّلُ الْمُتَوَكِّلُونَ

“Dan sungguh jika engkau bertanya kepada mereka siapakah yang menciptakan langit dan bumi? Niscaya mereka menjawab Allah. Katakanlah (hai Nabi Muhammad kepada orang-orang musyrik) terangkanlah kepadaku tentang apa yang kalian sembah selain Allah, jika Allah hendak mendatangkan kemadharatan kepadaku, apakah sesembahan-sesembahan itu dapat menghilangkan kemadharatan itu? Atau jika Allah menghendaki untuk melimpahkan suatu rahmat kepadaku apakah mereka mampu menahan rahmat-Nya? Katakanlah cukuplah Allah bagiku, hanya kepada-Nyalah orang-orang yang berserah diri bertawakkal” (QS. Az-Zumar: 38).

Ayat yang agung ini menunjukkan bahwa mendatangkan manfaat atau menolakbahaya termasuk kekhususan Allah, sehingga tiada satupun dari sesembahan-sesembahan selain Allah yang mampu melakukannya. Dengan demikian, meminta dan mengharap kepada mereka bukanlah sesuatu yang terbukti sebagai sebab, baik ditinjau dari sisi syar’i ataupun qadari. Hal ini merupakan suatu bentuk kesyirikan.

Oleh karena itulah, dari ayat ini dapat diambil sebuah hukum, yaitu seseorang yang mengambil sesuatu yang tidak terbukti sebagai sebuah sebab, baik secara syar’i ataupun qadari, maka ia terjatuh kedalam kesyirikan, karena hatinya bersandar kepada selain Allah, seperti halnya pemakai jimat. Pemakai jimat berkeyakinan bahwa jimat itu merupakan sebab yang benar, padahal sesungguhnya jimat bukanlah suatu sebab yang bisa dibuktikan secara syar’i dan bukan pula suatu sebab yang bisa dibuktikan secara qadari. Hal ini berakibat hatinya bersandar kepada jimat tersebut, sehingga iapun terjatuh kedalam kesyirikan.

Sebab-sebab Syaitan Menguasai Manusia: #4 | Menjadikannya Sebagai Wali (Penolong dan Pembantu)

Siapa yang menjadikan syaithan sebagai wali, penolong dan pembantunya, maka ia akan menguasainya, menyesatkannya dan menjauhkannya dari beribadah kepada Allah ﷻ, sebagaimana firman Allah ﷻ :

إِنَّمَا سُلْطَٰنُهُۥ عَلَى ٱلَّذِينَ يَتَوَلَّوْنَهُۥ وَٱلَّذِينَ هُم بِهِۦ مُشْرِكُونَ

Sesungguhnya kekuasaannya (syaitan) hanyalah atas orang-orang yang mengambilnya jadi pemimpin dan atas orang-orang yang mempersekutukannya dengan Allah.(QS. An-Nahl : 100)

Dan firman Allah ﷻ:

كُتِبَ عَلَيْهِ أَنَّهُۥ مَن تَوَلَّاهُ فَأَنَّهُۥ يُضِلُّهُۥ وَيَهْدِيهِ إِلَىٰ عَذَابِ ٱلسَّعِيرِ

Yang telah ditetapkan terhadap syaitan itu, bahwa barangsiapa yang berkawan dengan dia, tentu dia akan menyesatkannya, dan membawanya ke azab neraka. (QS Al-Hajj ayat 4).

Allah ﷻ telah memutuskan dan menetapkan atas syaithan untuk menyesatkan para pengikutnya, tidak akan memberi petunjuk ke jalan yang benar selama di dunia dan menunjukkan kepada mereka di akhirat kepada adzab yang pedih. (Lihat Tafsir At-Thobari 17 /116 dan Ibnu Katsar 3/207).

Allah ﷻ telah mengingatkan kita agar tidak menjadikan syaithan sebagai wali dan mengingkari hal itu dengan firman-Nya:

أَفَتَتَّخِذُونَهُۥ وَذُرِّيَّتَهُۥٓ أَوْلِيَآءَ مِن دُونِى وَهُمْ لَكُمْ عَدُوٌّۢ ۚ بِئْسَ لِلظَّٰلِمِينَ بَدَلًا

“Patutkah kamu mengambil dia dan turunan-turunannya sebagai pemimpin selain dari-Ku, sedang mereka adalah musuhmu. Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti (Allah) bagi orang-orang yang zhalim.” (QS. Al-Kahfi: 50)

Dan firman-Nya:

وَمَن يَتَّخِذِ ٱلشَّيْطَٰنَ وَلِيًّا مِّن دُونِ ٱللَّهِ فَقَدْ خَسِرَ خُسْرَانًا مُّبِينًا

"Barangsiapa yang menjadikan syaithan menjadi pelindung Selain Allah, maka sesungguhnya ia menderita kerugian yang nyata.” (QS. An-Nisa' : 119)

•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ

“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم