بسم الله الرحمن الرحيم
📚┃Materi :
"Pesan Nabi Dalam Menata Hati"
✍🏼Karya : Syaikh Abdul Muhsin bin Hamd Al-Abbad Al-Badr حفظه الله تعالى
🎙┃Pemateri :
Ustadz Fadzla Mujadid, Lc حفظه الله تعالى
(Alumnus Universitas Islam Madinah KSA Fakultas Dakwah)
🗓┃Hari & Tanggal :
Setiap Hari Kamis Genap "Pekan Ke-2 & Pekan Ke-4"
🕰┃Waktu :
Ba'da Maghrib - Isya'
🕌┃Tempat :
Masjid Al Mubarok
Kampung Gondang Wetan Jl.Bangau I, Manahan, Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta, Jawa Tengah, Kodepos 57139
Hati adalah Bejana
Dari sahabat Abu Inabah Al-Khaulani Radhiyallahu ‘Anhu yang sampai kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, beliau bersabda:
إِنَّ لِلَّهِ آنِيَةً مِنْ أَهْلِ الأَرْضِ ، وَآنِيَةُ رَبِّكُمْ قُلُوبُ عِبَادِهِ الصَّالِحِينَ , وَأَحَبُّهَا إِلَيْهِ أَلْيَنُهَا وَأَرَقُّهَا
“Sesungguhnya Allah mempunyai bejana-bejana di atas muka bumi, dan bejana-bejana Tuhan kalian adalah hati-hati hamba-hambaNya yang shalih, dan yang paling dicintai oleh Allah adalah yang paling halus dan yang paling lembut.” (HR. At-Thabrani no. 840)
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memberi perumpamaan hati-hati manusia dengan bejana-bejana. Dan kondisi setiap bejana adalah sesuai apa yang dijadikan di dalamnya dari kebaikan atau keburukan.
Sebagaimana dikatakan كل إناء بالذي فيه ينضح (semua bejana akan mengeluarkan apa yang ada di dalamnya). Maka hati-hati orang yang beriman penuh dengan pikiran kebaikan dan ketaatan. Adapun hati-hati orang yang fasik penuh dengan pikiran dosa dan maksiat.
Berkata Malik bin Dinar Rahimahullahu Ta’ala: “Sesungguhnya orang-orang beriman hatinya penuh dengan kebaikan dan ketaatan. Adapun orang-orang fasik maka hatinya penuh dengan amalan-amalan dosa. Sesungguhnya Allah melihat pikiran-pikiran kaalian, maka perhatikanlah apa yang kalian pikirkan. Semoga Allah merahmati kalian".
Berkata Abdullah bin Malik Rahimahullahu Ta’ala: “Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala mempunyai bejana-bejana di bumi yang Allah tidak menerima kecuali yang kuat, lembut, dan murni. Kuat dalam ketaatan kepada Allah, lembut ketika berdzikir kepada Allah, murni dan bersih dari kotoran-kotoran.”
Sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam “Yang paling dicintai Allah adalah yang paling lembut yang paling halus,” yaitu hati yang lembut seperti cermin dan kaca yang bersih, menerima dan memahami kebaikan karena penuh kebersihan. Berbeda dengan hati-hati yang kotor yang tidak menerima kebaikan dan tidak masuk kepadanya kebaikan.
Kemudian gerakan lisan akan menunjukkan apa yang ada di dalam hati dari kebaikan atau keburukan. Sebagaimana firman Allah ‘Azza wa Jalla:
…وَلَتَعْرِفَنَّهُمْ فِي لَحْنِ الْقَوْلِ…
“Sungguh kalian akan mengetahui mereka dari nada bicaranya.” (QS. Muhammad[47]: 30)
Yaitu maksudnya adalah mesti nampak apa yang ada dalam hati-hati mereka dari gerakan-gerakan lisan mereka. Karena lisan adalah alat yang dapat menampakkan apa yang tersembunyi dalam hati, apakah itu kebaikan atau keburukan. Berkata Yahya Bin Mu’adz Rahimahullah:
القلوب كالقدور في الصدور تغلي بما فيها ، ومغارفها ألسنتها…
“Hati-hati itu seperti bejana-bejana yang akan mendidih apa yang ada di dalamnya, sedangkan sendoknya adalah lisan-lisan. Maka tunggulah seseorang sampai dia berbicara, karena lisannya akan akan mengeluarkan untukmu apa yang ada di dalam hatinya, baik itu sesuatu yang manis, kecut, tawar atau sangat asin. Akan memberitahukan kepadamu apa yang ada dalam hatinya sesuatu yang dikeluarkan melalui lisannya.”
Berkata Imam Ibnul Qayyim al-Jauziyah Rahimahullah dalam kitab Ad-Daa Wa Dawaa, sebagaimana kamu bisa merasakan lidah dalam mencicipi makanan di dalam periuk, demikian juga kamu bisa merasakan apa yang ada di hati seseorang dari lisannya. Sebab mereka juga bisa merasakan makanan yang ada di periuk tersebut sesuai dengan lidahmu. Dan kelemahlembutan hati tidak ada yang yang bisa melihat kecuali Dzat yang Maha Melihat hati seorang hamba. Kecuali hanya tanda-tanda yang nampak yang dzahir yang menunjukkan kesehatan hati seseorang. Dan tidak boleh mentazkiyah diri kita sendiri. Allah ﷻ berfirman :
فَلَا تُزَكُّوٓا۟ أَنفُسَكُمْ ۖ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ ٱتَّقَىٰٓ
maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa. (Surah An-Najm ayat 32).
Maka, kalau ada tanda hati yang baik, maka hendaklah dia memuji Allâh dan berusaha menjaganya dengan sungguh-sungguh.
Yang paling menonjol dalam menilai sehatnya hati disebutkan oleh Ibnul Qayyim al-Jauziyah Rahimahullah dalam Ighotsatul lahfan:
1. Selalu mengingat Allah ﷻ dimanapun berada, menjaga dan memperbanyak dzikir. Tidak bosan dan tidak tertipu, selalu berdzikir.
Allah ﷻ berfirman dalam QS. Ali Imran ayat 181:
ٱلَّذِينَ يَذْكُرُونَ ٱللَّهَ قِيَٰمًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring.
Dalam QS Al-Ahzab ayat 41:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱذْكُرُوا۟ ٱللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا
Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya.
Dalam surat al-Ahzab ayat 35:
وَٱلذَّٰكِرِينَ ٱللَّهَ كَثِيرًا وَٱلذَّٰكِرَٰتِ أَعَدَّ ٱللَّهُ لَهُم مَّغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا
laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.
Termasuk dalam dzikrullah adalah mengajar ilmu dan mempelajarinya.
Dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
”Jika kamu melewati taman-taman surga, maka singgahlah dengan senang.” Para sahabat bertanya, ”Apakah taman-taman surga itu?” Beliau menjawab, ”Halaqah-halaqah dzikir (ilmu).”
(HR. Tirmidzi, no. 3510 dan lainnya. Lihat Silsilah Al Ahadits Ash Shahihah, no. 2562).
Maka, majelis taklim yang dimaksud adalah majelis untuk mengetahui halal dan haram, disebut ayat-ayat Al-Qur’an dan As-Sunnah, disebutkan nama-nama dan sifat Allah ﷻ dan perintah dan laranganNya.
2. Merasa sakit atau kecewa jika terlewat dzikir.
Seperti kebiasaannya di malam hari shalat, membaca Al-Qur’an atau lainya, dan merasa menyesal Jika terlewatkan melebihi kehilangan harta.
3. Pelit waktu.
Yaitu disiplin dalam mengisi waktu dan tidak suka kehilangan waktu untuk hal-hal yang tidak bermanfaat. Karena kemaksiatan diawali dengan membuang waktu.
Jika seseorang menyia-nyiakan waktu, maka dia akan kehilangan waktu untuk beramal. Dan tanda kemurkaan adalah menyia-nyiakan waktu. Seperti bermain game, waktu habis menjadi sia-sia.
Apalagi hilang waktu dalam hal-hal yang haram seperti ghibah, namimah, dan lainnya.
4. Pusat perhatiannya harus karena Allah ﷻ
Maka, apapun yang dilakukannya semua dimulai karena Allah ﷻ.
"Barang siapa menjadikan akhirat sebagai tujuannya, maka Allah akan menjadikan kekayaan dalam hatinya, Allah akan memudahkan urusannya, dan dunia akan mendatanginya dalam keadaan tunduk dan hina. Dan barangsiapa menjadikan dunia sebagai tujuannya, niscaya Allah akan menjadikan kemiskinan terpampang di pelupuk matanya, Allah akan jadikan urusannya berantakan, dan ia tidak akan memperoleh dunia kecuali apa-apa yang sudah dituliskan baginya."
(HR. At-Tirmidzi, Ahmad dan lainnya, dishahihkan oleh Al-Albani dalam silsilah Shahihah (949) dari Anas bin Malik)
5. Memperbaiki Ucapan dan perbuatan serta niat untuk ikhlas karena Allâh.
Memperbaiki ucapan dan perbuatan serta niat untuk ikhlas karena Allah berarti memurnikan motivasi dalam setiap tindakan, sehingga semua amal dilakukan semata-mata karena mencari ridha Allah, bukan karena kepentingan pribadi atau pujian manusia.
6. Mengagungkan perkara Shalat dan mengenali kedudukannya.
Dia akan selalu merindukan shalat dan tahu akan pentingnya shalat, sehingga dia mencari kenikmatan dalam shalat dengan khusyu di dalamnya.
Shalat dapat dianggap sebagai bentuk istirahat atau penenangan jiwa, bukan hanya sekadar kewajiban ritual. Shalat memberikan kesempatan untuk beristirahat dari kegiatan duniawi, untuk mengadu dan meminta pertolongan kepada Allah dengan tenang.
Shalat merupakan penyejuk hati dan penenang jiwa. Momen untuk bermunajat bagi orang-orang yang hatinya sedang gundah dan jiwanya sedang resah adalah saat shalat, terutama di dalam sujud. Posisi sujud itulah saat terdekatnya seorang hamba dengan Rabbnya. Rasulullaah shalallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يَا بِلَالُ ! أَرِحْنـــَا بِالصَّلَاة
“Wahai Bilal, istirahatkanlah kami dengan salat” (HR. Ahmad no. 23088 dan Abu Dawud no. 4985. Dinilai sahih oleh Syekh Al-Albani dalam Shahih Al Jami’ no. 7892).
Jika seseorang senang terhadap sesuatu dan hatinya merasa bisa istirahat dengan hal tersebut, maka hal yang paling berat adalah berpisah dengannya. Sebaliknya, orang yang terpaksa melakukan sesuatu yang tidak disenanginya akan sangat bahagia ketika berpisah dengan sesuatu tersebut. Orang yang merasa terpaksa melaksanakan shalat akan tersiksa dengan lamanya shalat, sekalipun dia memiliki waktu luang dan badan yang sehat.
Maka, Ada perbedaan orang yang menyempurnakan shalatnya dan menikmatinya dengan mendapatkan ketenangan hati dengan orang yang shalat alakadarnya hingga dia terpaksa mengerjakannya dengan perasaan hampa dan gundah gulana. Wallohu'alam.
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم