Sihir, perdukunan dan peramalan adalan perkara-perkara syaithaniyah dan diharamkan. Perkara-perkara itu bisa mengurangi kesempurnaan akidah atau membatalkannya, karena berbagai hal tersebut tidak terjadi kecuali dengan perkara kemusyrikan.
A. Sihir
Sihir secara bahasa berarti sesuatu yang halus dan lembut sebabnya. Disebut sihir karena ia terjadi dengan perkara yang tersembunyi yang tidak terjangkau oleh penglihatan manusia.
Sedangkan menurut syariat sihir adalah ‘azimah, Ruqyah, buhulan (tali), ucapan, obat-obatan dan asap kemenyan. Sihir memiliki hakikat. Di antaranya ada yang mempengaruhi jiwa dan badan, sehingga membuat orang sakit, membunuh, memisahkan antara suami dengan istrinya, dan semua itu terjadi dengan taqdir kauniyah Allah Subhanahu waTa’ala. Ia adalah perbuatan setan. Dan sebagian besar dari padanya tidak dapat diperoleh kecuali melalui syirik dan mendekatkan diri kepada ruh-ruh jahat dengan sesuatu yang disenanginya, serta mendapatkan pelayanan (khidmah)nya dengan menyekutukannya kepada Allah Subhanahu waTa’ala. Karena itu pembawa Syariat menyebutkan bersama dengan syirik. Nabi shallallaahu ‘alaihi wasalam bersabda,
اجْتَنِبُوْا السَّبْعَ الْمُوْبِقَاتِ، قَالُوْا: وَمَا هِيَ.. قَالَ: الإِشْرَاكُ بِاللَّهِ وَالسِّحْرُ وَقَتْلُ النَّفْسِ الَّتِيْ حَرَّمَ اللَّهُ إِلاَّ بِالْحَقِّ وَأَكْلُ الرِّبَا وَأَكْلُ مَالِ الْيَتِيْمِ وَالتَّوَلِّيْ يَوْمَ الزَّحْفِ وَقَذْفُ الْمُحْصَنَاتِ الْغَافِلاَتِ الْمُؤْمِنَاتِ.
"Jauhilah tujuh perkara yang membawa kepada kehancuran." Para sahabat bertanya, "Apakah ketujuh perkara itu, wahai Rasulullah?" Beliau menjawab, "Yaitu syirik kepada Allah Subhanahu waTa’ala, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan Allah Subhanahu waTa’ala kecuali dengan sebab yang dibenarkan agama, memakan riba, memakan harta anak yatim, membelot dalam peperangan dan melontarkan tuduhan zina terhadap wanita-wanita mukminah yang terjaga dari perbuatan dosa dan tidak tahu menahu tentangnya." (HR. al-Bukhari dan Muslim).
Sihir masuk dalam syirik dari dua sisi:
Pertama, karena di dalamnya terdapat permintaan pelayanan (istikhdam) dari setan-setan serta ketergantungan dan kedekatan dengan mereka melalui sesuatu yang mereka cintai agar setan-setan itu memberikan pelayanan kepada tukang sihir. Dan sihir itu sendiri adalah dari ajaran setan. Allah Subhanahu waTa’ala berfirman,
Artinya:"Tetapi setan-setan itulah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia." (Al-Baqarah: 102).
Kedua, di dalamnya terdapat pengakuan mengetahui ilmu ghaib dan pengakuan berserikat dengan Allah Subhanahu waTa’ala dalam hal itu. Ini adalah kekufuran dan kesesatan. Allah Subhanahu waTa’ala berfirman,
Artinya:"Demi, sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barangsiapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat." (Al-Baqarah: 102).
Jika demikian, tidak diragukan lagi bahwa sihir adalah kekufuran dan kemusyrikan yang bisa membatalkan akidah, serta orang yang melakukannya wajib dibunuh. Demikian itulah, sebagaimana para pembesar sahabat radiyallaahu anhum telah membunuh para tu-kang sihir.
Ironinya, pada saat ini banyak orang yang meremehkan masalah sihir dan para pelakunya. Bahkan mungkin ada yang menganggapnya sebagai salah satu jenis ilmu yang mereka bangga dengannya. Mereka memberikan motivasi kepada para pelakunya. Bahkan juga hadiah-hadiah, sehingga diadakanlah berbagai acara perayaan, pertemuan dan perlombaan untuk para tukang sihir yang dihadiri oleh ribuan penonton dan penggemar. Ini adalah suatu kebodohan dalam beragama serta menganggap remeh urusan akidah, bahkan hal itu justru memberikan dukungan kepada orang-orang yang mempermainkan akidah.
B. Perdukunan dan peramalan
Keduanya adalah pengakuan mengetahui ilmu ghaib dan perkara-perkara yang ghaib, seperti mengabarkan apa yang akan terjadi di muka bumi dan apa akibatnya, menunjukan di mana tempat sesuatu yang hilang. Kesemuanya itu melalui permohonan bantuan setan-setan yang mencuri dengar dari langit. Allah Subhanahu waTa’ala berfirman,
Artinya:"Apakah akan aku beritakan padamu, kepada siapa setan-setan itu turun? Mereka turun kepada tiap-tiap pendusta lagi yang banyak dosa, mereka menghadapkan pendengaran (kepada setan) itu, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang pendusta." (Asy-Syu'-ara': 221-223).
Hal itu karena setan mencuri kalimat dari ucapan malaikat kemudian disampaikan ke telinga dukun, dan dukun tersebut berbohong dengan kalimat (yang diterimanya itu) sebanyak seratus kali kebohongan. Lalu, orang-orang mempercayainya disebabkan oleh satu kalimat (yang benar tersebut) yang didengar oleh setan dari langit. Padahal Allah Subhanahu waTa’ala sendirilah yang mengetahui ilmu ghaib. Barangsiapa yang mengaku berserikat denganNya dalam sesuatu dari ilmu ghaib, baik dengan pendukunan atau lainnya, atau dia membenarkan orang yang mengaku mengetahui ilmu ghaib, maka berarti ia telah menjadikan sekutu bagi Allah Subhanahu waTa’ala dalam sesuatu yang merupakan kekhususan bagiNya.
Pendukunan tidak lepas dari kemusyrikan, sebab ia adalah mendekatkan diri kepada setan-setan dengan apa yang mereka cintai. Ia adalah syirik dalam rububiyah Allah Subhanahu waTa’ala karena mengakui bersekutu dengan Allah Subhanahu waTa’ala dalam masalah ilmuNya. Juga termasuk syirik dalam uluhiyah Allah Subhanahu waTa’ala karena dia mendekat-kan diri kepada selain Allah Subhanahu waTa’ala dengan suatu bentuk ibadah.
Dari Abu Hurairah radiyallaahu ‘anhu dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wasalam bahwa beliau bersabda,
مَنْ أَتَى كَاهِناً فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُوْلُ فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ.
Artinya:"Barangsiapa mendatangi dukun dan ia mempercayai apa yang dikatakannya, maka sesungguhnya ia telah kafir (ingkar) dengan wahyu yang diturunkan kepada Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasalam ." (HR. Abu Daud).
Di antara hal yang perlu diperhatikan dan diwaspadai adalah bahwa para tukang sihir, dukun dan peramal itu memper-mainkan akidah umat Islam, di mana mereka menampakkan diri seakan-akan sebagai tabib (dokter), sehingga mereka memerintah-kan kepada orang yang sakit agar menyembelih kurban untuk selain Allah Subhanahu waTa’ala. Misalnya agar menyembelih kambing atau ayam dengan ciri-ciri tertentu. Atau menuliskan untuk mereka tulisan mantra-mantra (thalasim) syirik dan permohonan perlindungan syaithaniyah dalam bentuk bungkusan yang dikalungkan di leher mereka atau diletakkan di laci atau rumah mereka.
Sebagian lagi menampakkan diri sebagai pemberi berita tentang hal-hal yang ghaib dan tempat-tempat barang yang hilang. Lalu, orang-orang bodoh datang bertanya kepadanya tentang barang-barang yang hilang, kemudian mereka memberitakan (keberadaan) barang tersebut atau mendatangkannya dengan bantuan pembantu-pembantunya dari setan. Sebagian mereka menampakkan diri sebagai wali yang memiliki karamah dan hal-hal di luar kebiasaan manusia (khawariqul 'adah), seperti masuk ke dalam api tetapi tidak terbakar, memukul dirinya dengan pedang (kekebalan), atau dilindas mobil tetapi tidak apa-apa atau hal lain dari keanehan-keanehan yang hakikatnya adalah sihir dan perbuatan setan yang diperjalankan melalui tangan mereka untuk membuat fitnah di antara manusia. Atau bisa jadi, hanya perkara ilusi yang tidak ada hakikatnya, bah-kan hanyalah tipuan halus dan licik yang mereka lakukan di depan penglihatan, seperti perbuatan para tukang sihir Fir'aun dengan tali-tali dan tongkat-tongkat.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullaah menceritakan perdebatannya dengan para tukang sihir Batha'ihiyah Ahmadiyah (ar-Rifa'iyah) berkata, "Syaikh Batha'ihiyah itu berkata dengan suara lantang, 'Kami bisa berbuat begini dan begitu.' Ia mengaku memiliki kelebihan-kelebihan yang luar biasa, seperti tidak terbakar oleh api dan sejenisnya, serta mereka mengaku bahwa hal-hal tersebut hanya mereka yang memiliki. Karena itu, pantas bagi orang lain menyerahkan keadaannya kepada mereka, karena kekhususan tersebut. Maka aku (Syaikhul Islam) menyeru dengan suara lantang campur marah, 'Aku tantang setiap orang Ahmadiy (pengikut tukang sihir al-Batha'ihiyah al-Ahmadiyah) dari penjuru Timur hingga Barat bumi. Apapun yang mereka bisa lakukan berkaitan dengan api, maka sesungguhnya aku bisa melakukan sebagaimana yang kalian lakukan, dan barangsiapa terbakar, berarti dia kalah.' Mungkin (waktu itu) saya berkata, 'Dan semoga ia (yang kalah) dilaknat Allah Subhanahu waTa’ala, tetapi tentu setelah tubuh kita dimandikan dengan cuka dan air panas. lalu para penguasa (amir) bertanya kepadaku tentang hal itu. Maka kukatakan, 'Sebab mereka memiliki tipu daya dalam bersentuhan dengan api, di mana bahannya mereka bikin dari lemak katak, kulit kelapa, dan batu pelicin.' Maka gemparlah manusia ketika itu. Lalu ia (Syaikh Batha'ihiyah) menampakkan kekuatannya dalam hal api seraya berkata (kepadaku), 'Aku dan kamu mari bergulung-gulung di tanah setelah tubuh kita dipoles dengan belerang (untuk dibakar).' Maka aku tantang, 'Ayo berdiri!' Demikian aku ulang-ulang tantangan agar ia berdiri. Kemudian ia mengacungkan tangannya seraya menampakkan akan me-lepas bajunya. Maka kukatakan, 'Tidak, sampai kamu mandi dengan air panas dan cuka!' Tiba-tiba ia tampak ragu seperti kebiasaan mereka (pengikut Batha'ihiyah). Seraya berkata, 'Siapa yang mencintai amir, maka hendaklah ia membawakan kayu kesini,' atau ia berkata, 'Seikat kayu bakar.' Maka aku sergah, ini hanya akan mengulur-ulur waktu dan mencerai beraikan keru-munan orang, sedang tujuan belum dicapai. Karena itu ambillah lentera yang telah dinyalakan kemudian marilah kita masukkan jariku dan jarimu di dalamnya, namun setelah dibasuh (dengan air panas dan cuka). Maka siapa yang jarinya terbakar, mudah-mudahan ia dapat laknat Allah Subhanahu waTa’ala,' atau kukatakan, 'Berarti ia kalah.' Setelah aku katakan demikian, tiba-tiba ia berubah dan menjadi hina." Maksud dari padanya adalah untuk menjelaskan bahwa para dajjal itu membohongi manusia dengan berbagai tipuan halus dan licik.