Niatilah untuk Menuntut Ilmu Syar'i

Rasulullah ﷺ bersabda, “Barangsiapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah, maka Allah akan memahamkan dia dalam urusan agamanya.”
(HR. Bukhari no. 71 dan Muslim no. 2436)
Kajian Aqidah

بسم الله الرحمن الرحيم

𝗗𝗔𝗨𝗥𝗔𝗛 𝗤𝗔𝗧𝗔𝗥 𝗞𝗘-𝟮𝟲 & 𝗦𝗔𝗙𝗔𝗥𝗜 𝗗𝗔𝗞𝗪𝗔𝗛 𝗤𝗔𝗧𝗔𝗥
bersama : 𝗨𝘀𝘁𝗮𝗱𝘇 𝗔𝗺𝗺𝗶 𝗡𝘂𝗿 𝗕𝗮𝗶𝘁𝘀, 𝗦𝗧., 𝗕𝗔 𝘏𝘢𝘧𝘪𝘻𝘩𝘢𝘩𝘶𝘭𝘭𝘢𝘩
📚 Bersama Keluarga Meraih Surga
📆 Kamis, 3 Rabi’ul Akhir 1447/ 25 September 2025
🕌 Masjid #365 Messaied Qatar
📖 Daftar Isi:



Mengulang kembali bahasan Ada Apa dengan Riba, yang telah dan sering kita bahas. Namun, karena banyak transaksi riba yang menjamur di sekitar kita, dan ilmu perlu kita ulang-ulang, maka kita akan bahasa pada pertemuan yang singkat ini.

Berkaitan dengan urusan dunia, ada hukum yang selalu harus kita perhatikan:

  1. Mubah.
  2. Haram: Pembahasannya harus dibuat detail, agar manusia paham mana hal-hal yang haram.

Allah ﷻ berfirman dalam Surat Al-An’am Ayat 119:

وَمَا لَكُمْ أَلَّا تَأْكُلُوا۟ مِمَّا ذُكِرَ ٱسْمُ ٱللَّهِ عَلَيْهِ وَقَدْ فَصَّلَ لَكُم مَّا حَرَّمَ عَلَيْكُمْ إِلَّا مَا ٱضْطُرِرْتُمْ إِلَيْهِ ۗ وَإِنَّ كَثِيرًا لَّيُضِلُّونَ بِأَهْوَآئِهِم بِغَيْرِ عِلْمٍ ۗ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِٱلْمُعْتَدِينَ

Mengapa kamu tidak mau memakan (binatang-binatang yang halal) yang disebut nama Allah ketika menyembelihnya, padahal sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepada kamu apa yang diharamkan-Nya atasmu, kecuali apa yang terpaksa kamu memakannya. Dan sesungguhnya kebanyakan (dari manusia) benar benar hendak menyesatkan (orang lain) dengan hawa nafsu mereka tanpa pengetahuan. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang melampaui batas.

  1. Syubhat: Sesungguhnya yang halal itu telah jelas dan yang haram pun telah jelas pula. Sedangkan di antaranya ada perkara syubhat (samar-samar) yang kebanyakan manusia tidak mengetahui (hukum)-Nya.(Hadits Bukhari Muslim Dari Abu ‘Abdillah Nu’man bin Basyir Radhiyallahu anhuma)

Maka, Lihatlah seorang sahabat yang mulia yaitu Hudzaifah Ibnul Yaman, begitu semangat mengenali kejelekan, di samping ia juga paham amalan baik. Hudzaifah berkata, “Manusia dahulu biasa bertanya pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengenai kebaikan. Aku sendiri sering bertanya mengenai kejelekan supaya aku tidak terjerumus di dalamnya.” ( HR. Bukhari no. 3411 dan Muslim no. 1847)

Maka, Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab Rahimahullah merinci masalah-masalah kesyirikan dalam kitab beliau Kitab Tauhid.

Kemudian, banyak pintu-pintu riba yang ada di sekitar kita, tetapi banyak pula yang tidak kita ketahui. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الرِّبَا سَبْعُونَ حُوبًا أَيْسَرُهَا أَنْ يَنْكِحَ الرَّجُلُ أُمَّهُ

Riba itu ada 70 dosa. Yang paling ringan, seperti seorang anak berzina dengan ibunya. (HR. Ibnu Majah 2360 dan dishahihkan al-Albani)

Riwayat Hakim dari Ibnu Mas’ud dengan redaksi lebih panjang

الرِّبَا ثَلاَثَةٌ وَسَبْعُونَ بَابًا؛ أَيْسَرُهَا مِثلُ أَن يَنْكِحَ الرَّجُل أُمَّه، وَإنّ أَربَى الرِّبَا عِرضُ الرَّجُل الـمُسْلِم

Riba itu ada 73 pintu, yang paling ringan, seperti orang yang berzina dengan ibunya. Dan riba yang paling riba adalah kehormatan seorang muslim. (HR. Hakim 2259 dan dishahihkan ad-Dzahabi).

Makna Riba

1. Riba secara bahasa dari kata rabaa-yarbuu [رَبا - يَربُو] yang artinya “tambahan atau tumbuh”.

Allah berfirman,

فَعَصَوْا رَسُولَ رَبِّهِمْ فَأَخَذَهُمْ أَخْذَةً رَابِيَةً

“Maka (masing-masing) mereka mendurhakai Rasul Tuhan mereka, lalu Allah menyiksa mereka dengan siksaan yang rabiyah.” (QS. Al-Haaqqah: 10).

Rabiyah artinya siksa yang terus bertambah.

Allah juga berfirman,

فَإِذَا أَنْزَلْنَا عَلَيْهَا الْمَاءَ اهْتَزَّتْ وَرَبَتْ وَأَنْبَتَتْ

“Kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah”(QS. Al-Hajj: 5)

Dalam ayat ini ada kata ‘rabat’ yang artinya tumbuh.

Dalam syariat, riba memiliki dua pengertian: Riba dalam makna yang luas dan riba dalam makna yang sempit.

Riba dalam makna yang luas adalah semua transaksi jual beli yang dilarang oleh syariat.

Ibnu Abi Aufa mengatakan,

الناجش آكل ربا خائن

“Orang yang melakukan jual beli najsy adalah orang yang memakan riba dan seorang yang tidak amanah” (Ma La Yasa’ at Tajir Jahluhu hal. 15)

Aisyah mengatakan,

لَمَّا أُنْزِلَتِ الآيَاتُ مِنْ آخِرِ سُورَةِ الْبَقَرَةِ فِى الرِّبَا - قَالَتْ - خَرَجَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- إِلَى الْمَسْجِدِ فَحَرَّمَ التِّجَارَةَ فِى الْخَمْرِ

Tatkala beberapa ayat terakhir dari surat al-Baqarah yang isinya melarang riba, Rasulullah pergi ke masjid lantas mengharamkan jual beli khamr sebagai realisasi pelarangan riba” (Bukhari 4540 dan Muslim 4131)

  • Secara istilah, diantara definisi riba, “Tambahan khusus yang dimiliki salah satu dari dua orang yang melakukan transaksi tanpa ada imbalan sebalikya.”

Makna “tambahan” dapat kita rinci:

  1. Tambahan karena penundaan pembayaran utang, disebut riba dain.
  2. Tambahan karena perbedaan kuantitas pada transaksi benda ribawi yang sejenis, disebut riba Fadhl.
  3. Tambahan dalam perbedaan waktu penyerahan untuk tukar menukar benda ribawi, disebut riba Nasiah.

Hukuman Riba di 5 Fase Kehidupan

1. Di dunia – Hartanya dibinasakan

يَمْحَقُ اللَّهُ الرِّبَا وَيُرْبِي الصَّدَقَاتِ

Allah membinasakan riba dan menumbuhkan sedekah. (al-Baqarah: 276)

قال ابن كثير: أنه يمحق الربا، أي: يذهبه، إما بأن يذهبه بالكلية من يد صاحبه، أو يَحْرمَه بركة ماله فلا ينتفع به، بل يعذبه به في الدنيا ويعاقبه عليه يوم القيامة

Ibnu Katsir berkata: Ia menghapuskan riba, yakni menghilangkannya, baik dengan menghilangkannya sama sekali dari tangan pemiliknya, atau dengan menghilangkan keberkahan hartanya sehingga ia tidak dapat mengambil manfaat darinya, bahkan ia disiksa dengannya di dunia dan disiksa karenanya di hari kiamat.

Dari Ibnu Mas’ud, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَا أَحَدٌ أَكْثَرَ مِنَ الرِّبَا إِلاَّ كَانَ عَاقِبَةُ أَمْرِهِ إِلَى قِلَّةٍ

Siapapun yang memperbanyak hartanya dengan cara riba, maka akhir urusannya akan menjadi miskin. (Ibnu Majah)

2. Di alam kubur – berenang di sungai darah

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

أَتَيْنَا عَلَى نَهَرٍ مِنْ دَمٍ فِيهِ رَجُلٌ قَائِمٌ وَعَلَى وَسَطِ النَّهَرِ رَجُلٌ بَيْنَ يَدَيْهِ حِجَارَةٌ، فَأَقْبَلَ الرَّجُلُ الَّذِي فِي النَّهَرِ، فَإِذَا أَرَادَ الرَّجُلُ أَنْ يَخْرُجَ رَمَى الرَّجُلُ بِحَجَرٍ فِي فِيهِ، فَرَدَّهُ حَيْثُ كَانَ، فَجَعَلَ كُلَّمَا جَاءَ لِيَخْرُجَ رَمَى فِي فِيهِ بِحَجَرٍ، فَيَرْجِعُ كَمَا كَانَ

Kami mendatangi sungi dari darah, di sana ada orang yang berdiri di tepi sungai sambil membawa bebatuan dan satu orang lagi berenang di tengah sungai. Ketika orang yang berenang dalam sungai darah hendak keluar, lelaki yang berada di pinggir sungai segera melemparkan batu ke dalam mulutnya, sehingga ia terdorong kembali ke tengah sungai, dan demikian itu seterusnya. (Bukhari)

3. Dibangkitkan Seperti kerasukan Setan

الَّذِينَ يَأْكُلُونَ الرِّبَا لَا يَقُومُونَ إِلَّا كَمَا يَقُومُ الَّذِي يَتَخَبَّطُهُ الشَّيْطَانُ مِنَ الْمَسِّ

“Orang-orang yang makan riba tidak dibangkitkan melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran (tekanan) penyakit gila.” (al-Baqarah: 275)

قال ابن كثير: أي لا يقومون من قبورهم يوم القيامة إلا كما يقوم المصروع حال صرعه وتخبط الشيطان له؛ وذلك أنه يقوم قياما منكرًا. 

وقال ابن عباس: آكل الربا يبعث يوم القيامة مجنونا يُخْنَق. (رواه ابن أبي حاتم)

Ibnu Katsir berkata, “Orang yang memakan (mengambil) riba akan bangkit dari kubur mereka pada hari kiamat seperti orang yang terkena ayan (epilepsi) saat berdiri, di mana ia bertindak serampangan karena kerasukan setan. Saat itu ia berdiri sangat sulit.”

Ibnu ‘Abbas berkata, “Pemakan riba akan bangkit pada hari kiamat dalam keadaan gila dan mencekik dirinya sendiri.” (HR. Ibnu Abi Hatim). (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 2: 278).

4. Di Mahsyar - ditantang perang Tantangan Perang

فَإِنْ لَمْ تَفْعَلُوا فَأْذَنُوا بِحَرْبٍ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ

Jika kalian tidak meninggalkan riba, maka umumkan untuk berperang dengan Allah dan Rasul-Nya (al-Baqarah: 279)

قال ابن عباس: يقال يوم القيامة لآكل الربا: خذ سلاحك للحرب

وقال: فمن كان مقيمًا على الربا لا ينزع عنه فحق على إمام المسلمين أن يستتيبه، فإن نزع وإلا ضرب عنقه (ابن كثير)

Ibnu Abbas berkata: Pada Hari Kiamat, seorang rentenir akan ditantang: Ambillah senjatamu untuk berperang.

Ia juga berkata: Barangsiapa yang terus-menerus memungut riba dan tidak berhenti, maka wajib bagi pemimpin kaum Muslim untuk memintanya bertaubat. Jika ia berhenti, maka itu baik, jika tidak, lehernya akan dipenggal (Ibnu Katsir).

5. Ancaman Neraka

وَذَرُواْ مَا بَقِيَ مِنَ الرِّبَا إِن كُنتُم مُّؤْمِنِين

dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang mukmin. (QS. Al-Baqarah ayat 278).

Dan setelah Allah menyebutkan tentang bahaya riba, Allah berfirman,

يَمْحَقُ اللَّهُ الرِّبَا وَيُرْبِي الصَّدَقَاتِ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ كَفَّارٍ أَثِيمٍ

Kafir karena menghalalkan riba, dan berdosa karena makan riba. (QS. Al-Baqarah ayat 276).

Di ayat lain, Allah mengancam kekal di Neraka

وَمَنْ عَادَ فَأُوْلَـئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُون

Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. (al-Baqarah: 275)

Allah berfirman,

وَأَخْذِهِمُ الرِّبَا وَقَدْ نُهُوا عَنْهُ وَأَكْلِهِمْ أَمْوَالَ النَّاسِ بِالْبَاطِلِ

dan disebabkan mereka memakan riba, padahal sesungguhnya mereka telah dilarang daripadanya, dan karena mereka memakan harta benda orang dengan jalan yang batil. [QS. An-Nisa ayat 161].

Al-Mawardi mengatakan,

إن الربا لم يحِل في شريعة قط لقوله تعالى: ﴿وَأَخْذِهِمُ الرِّبا وَقَدْ نُهُوا عَنْهُ﴾ [النساء: 161] يعني في الكتب السابقة، لقد حرم الله الربا على اليهود، وهم يعلمون ذلك، وينهون عنه فيما بينهم، لكنهم يبيحونه مع غيرهم

Riba tidak pernah dihalalkan dalam syariat manapun… Allah haramkan riba kpd orang yahudi, dan mereka tahu itu. Mereka larang utk dilakukan antar-sesamanya dan mereka bolehkan jika bertransaksi dg yang lain.

Takut kualat karena riba

Abu Wahb bin Abid bin imran bin Makhzum mengatakan,

يا معشر قريش لا تدخلوا في بنيانها من كسبكم إلا طيباً، لا يدخل فيها مهر بغي، ولا بيع ربا، ولا مظلمة أحد من الناس

“Wahai orang Quraisy, jangan sampai melibatkan modal untuk pembangunan ka’bah kecuali yang halal. Jangan melibatkan upah pelacur, hasil transaksi riba, atau uang kedzaliman dari orang lain.” (Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam)

Riba Jahiliyah 01

Zaid bin Aslam – ulama tabiin –,

كَانَ الرِّبَا فِي الْجَاهِلِيَّةِ أَنْ يَكُونَ لِلرَّجُلِ عَلَى الرَّجُلِ الْحَقُّ إِلَى أَجَلٍ فَإِذَا حَلَّ الْأَجَلُ قَالَ : أَتَقْضِي أَمْ تُرْبِي ؟ فَإِنْ قَضَى أَخَذَ وَإِلَّا زَادَهُ فِي حَقِّهِ وَأَخَّرَ عَنْهُ فِي الْأَجَلِ

Bentuk riba jahiliyah, si A berutang kepada si B sampai batas waktu tertentu. Ketika tiba jatuh tempo, si B memberi tawaran kepada si A, “Lunasi utangmu sekarang atau ditambah bunga?” Jika si A melunasi ketika itu, maka tidak ada kelebihan apapun. Dan jika tidak melunasi ketika itu, si A terbebani tambahan yang harus dia bayarkan dan batas pelunasan ditunda. (HR. Malik dalam al-Muwatha’, no. 1371).

Riba Jahiliyah 02

Qatadah tentang riba Jahiliyah,

إِنَّ رِبَا أَهْلِ الْجَاهِلِيَّةِ يَبِيع الرَّجُل الْبَيْع إِلَى أَجَل مُسَمَّى , فَإِذَا حَلَّ الْأَجَل وَلَمْ يَكُنْ عِنْد صَاحِبه قَضَاءٌ ، زَادَ وَأَخَّرَ عَنْهُ

Bentuk riba jahiliyah, si A menjual barang kepada si B secara kredit sampai batas tertentu. Ketika tiba jatuh tempo, sementara si B tidak bisa melunasi, harga barang dinaikkan dan waktu pelunasan ditunda. (Fathul Bari, 4/313)

Transaksi Riba di Sekitar Kita

Kaidah Riba “Semua utang yang menghasilkan keuntungan, itu riba.”

Fudhalah bin Ubaid,

كل قرض جر منفعة فهو ربا

“Setiap piutang yang memberikan keuntungan maka (keuntungan) itu adalah riba.” (Baihaqi)

1. Memanfaatkan Barang Gadai

Dari Anas bin Malik,

إِذَا أَقْرَضَ أَحَدُكُمْ قَرْضًا فَأَهْدَى لَهُ أَوْ حَمَلَهُ عَلَى الدَّابَّةِ فَلاَ يَرْكَبْهَا وَلاَ يَقْبَلْهُ إِلاَّ أَنْ يَكُونَ جَرَى بَيْنَهُ وَبَيْنَهُ قَبْلَ ذَلِكَ

“Apabila kalian mengutangkan sesuatu kepada orang lain, kemudian (orang yang berutang) memberi hadiah kepada yang mengutangi atau memberi layanan berupa naik kendaraannya (dengan gratis), janganlah menaikinya dan jangan menerimanya. Kecuali jika sudah terbiasa sebelumnya.” (HR. Ibnu Majah)

2. Tukar Uang dengan Kelebihan

Dari Umar bin Khatab, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الذَّهَبُ بِالذَّهَبِ رِبًا إِلاَّ هَاءَ وَهَاءَ

Emas ditukar emas menjadi riba, keculi jika sama ukuran dan kontan. (Bukhari)

3. Hadiah sebelum Utang Lunas

Hadiah sebelum utang lunas ada 2 pilihan:
1. Ditolak
2. Dihitung sebagai pelunasan

Ada orang yang bertanya kepada Ibnu Umar, "Saya menghutangi seseorang yang sebelumnya tidak kenal. Lalu dia memberi hadiah yang banyak kepadaku. Apa yang harus aku lakukan?"

Jawab Ibnu Umar,

رُدَّ إلَيْهِ هَدِيَّتَهُ ، أَوْ احْسبهَا لَهُ

"Kembalikan hadiah itu kepadanya atau hitung sebagai pelunasan." (HR. Said bin Manshur dalam Sunannya)

Dari Salim bin Abil Ja'd,

Ada orang yang bertanya kepada Ibnu Abbas, "Saya menghutangi seorang penjual ikan senilai 20 dirham. Lalu dia menghadiahkan ikan, yang kuperkirakan harganya 13 dirham."

Jawab Ibnu Abbas,

خُذْ مِنْهُ سَبْعَةَ دَرَاهِمَ

"Ambil kembalian darinya 7 dirham." (HR. Said bin Manshur dalam Sunannya)

4. Utang Uang Bayar Emas

“Memberi utang itu sedekah” dari Ibn Mas’ud, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

كل قرض صدقة

“Setiap menghutangi orang lain adalah sedekah.” (HR. Thabrani dengan sanad hasan, dan dishahihkan al-Albani)

Dari Abu Umamah, Nabi bersabda, “Ada seseorang yang masuk surga, kemudian dia melihat ada tulisan di pintunya,

الصدقة بعشر أمثالها والقرض بثمانية عشر

“Sedekah itu nilainya sepuluh kalinya dan hutang nilainya 18 kali.” (HR. Thabrani, dan dishahihkan al-Albani)

•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ

“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم