Niatilah untuk Menuntut Ilmu Syar'i

Rasulullah ﷺ bersabda, “Barangsiapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah, maka Allah akan memahamkan dia dalam urusan agamanya.”
(HR. Bukhari no. 71 dan Muslim no. 2436)
Kajian Aqidah

بسم الله الرحمن الرحيم

📚 Ad-Daa wa Dawaa' #8
🎙┃ Ustadz Abdul Fattach, S.Pd.I Hafidzahullah
🗓┃Sabtu, 12 Oktober 2025 / 20 Rabi'ul Akhir 1446 H
🕰┃ Ba'da Subuh
🕌┃Masjid Al-Ikhlash Safira Residence Kartasura



 Ad-Daa wa Dawaa' #8: Do'a dan Keterkaitannya dengan Takdir - Lanjutan

Setelah memuji Allâh ﷻ dan bershalawat atas Nabi-Nya, Ustadz mengawali kajian dengan mengingatkan kita untuk selalu bersyukur atas nikmat yang telah Allah Ta’ala berikan hingga masih dipertemukan dalam majelis ilmu setelah melakukan shalat subuh berjama'ah, semoga memudahkan jalan kita menuju ke SurgaNya.

Ketahuilah, bahwa bermajelis ilmu termasuk dalam bergaul dengan orang-orang yang shaleh. Dengannya akan mendatangkan banyak kebaikan. Imam Ibnul Qayyim rahimahullah menjelaskan:

مجالسة الصالحين تحولك من ستة إلى ستة:
١- من الشك إلى اليقين
٢- ومن الرياء إلى الإخلاص
٣- ومن الغفلة إلى الذكر
٤- ومن الرغبة في الدنيا إلى الرغبة في الآخرة
٥- ومن الكبر إلى التواضع
٦- ومن سوء النية إلى النصيحة

“Bermajelis dengan orang shalih itu akan merubahmu dari enam perkara kepada enam (kebaikan).

  1. Dari keraguan menjadi keyakinan.
  2. Dari yang riya menjadi ikhlas.
  3. Dari kelalaian menjadi dzikir.
  4. Dari ambisi terhadap dunia menjadi semangat terhadap akhirat.
  5. Dari sifat sombong menjadi tawadhu’.
  6. Dari niatan yang buruk menjadi nasihat (niatan yang baik). [Ighosatul Lahafan 1/136]

Oh, betapa indahnya berada di tengah-tengah orang-orang shalih yang penuh dengan kasih sayang dan kebaikan. Betapa kuatnya pengaruh positif yang mereka pancarkan. Betapa mudahnya hati ini menerima perubahan yang baik, begitu kita bersama dengan mereka.

Melanjutkan pembahasan kitab Ad-Daa wa Dawaa:

Kaitan antara Kebaikan dan Keburukan dengan Amal Perbuatan Hamba [Dalam Al-Qur'an]

Allah ﷻ mengaitkan terjadinya kebaikan dan keburukan di dunia dan di akhirat dalam kitab-Nya dengan amal perbuatan (usaha), sebagaimana keterkaitan antara balasan dengan syarat, kejadian dengan alasan, dan akibat dengan sebab. Hal ini dapat dijumpai pada lebih dari seribu tempat di dalam Al-Qur’an.

  • Terkadang, Allah ﷻ mengaitkan terjadinya balasan dengan hukum alam dan perintah syar'i yang setimpal dengannya, seperti dalam firman-Nya:

فَلَمَّا عَتَوْا۟ عَن مَّا نُهُوا۟ عَنْهُ قُلْنَا لَهُمْ كُونُوا۟ قِرَدَةً خَٰسِـِٔينَ

“Maka tatkala mereka bersikap sombong terhadap apa yang melarang mengerjakannya, Kami katakan kepadanya: Jadilah kamu yang hina.” (OS. Al-A'raaf: 166)

Dalam Surat Az-Zukhruf Ayat 55:

فَلَمَّآ ءَاسَفُونَا ٱنتَقَمْنَا مِنْهُمْ فَأَغْرَقْنَٰهُمْ أَجْمَعِينَ

Maka tatkala mereka membuat Kami murka, Kami menghukum mereka lalu kami tenggelamkan mereka semuanya (di laut),

Dalam Surat Al-Ma’idah Ayat 38, berisi perintah Allah untuk memotong tangan pencuri laki-laki maupun perempuan sebagai hukuman atas perbuatan mereka, sebagai pembalasan dan siksaan dari Allah ﷻ:

وَٱلسَّارِقُ وَٱلسَّارِقَةُ فَٱقْطَعُوٓا۟ أَيْدِيَهُمَا جَزَآءًۢ بِمَا كَسَبَا نَكَٰلًا مِّنَ ٱللَّهِ ۗ وَٱللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Dalam surat Al-Ahzab ayat 35 adalah tentang Allah menjanjikan ampunan dan pahala besar bagi laki-laki dan perempuan yang memiliki sifat-sifat mulia, seperti muslim, mukmin, taat, jujur, sabar, khusyuk, bersedekah, berpuasa, memelihara kehormatan diri, dan banyak mengingat Allah.

Dalam Surat Al-Ahzab Ayat 35:

إِنَّ ٱلْمُسْلِمِينَ وَٱلْمُسْلِمَٰتِ وَٱلْمُؤْمِنِينَ وَٱلْمُؤْمِنَٰتِ وَٱلْقَٰنِتِينَ وَٱلْقَٰنِتَٰتِ وَٱلصَّٰدِقِينَ وَٱلصَّٰدِقَٰتِ وَٱلصَّٰبِرِينَ وَٱلصَّٰبِرَٰتِ وَٱلْخَٰشِعِينَ وَٱلْخَٰشِعَٰتِ وَٱلْمُتَصَدِّقِينَ وَٱلْمُتَصَدِّقَٰتِ وَٱلصَّٰٓئِمِينَ وَٱلصَّٰٓئِمَٰتِ وَٱلْحَٰفِظِينَ فُرُوجَهُمْ وَٱلْحَٰفِظَٰتِ وَٱلذَّٰكِرِينَ ٱللَّهَ كَثِيرًا وَٱلذَّٰكِرَٰتِ أَعَدَّ ٱللَّهُ لَهُم مَّغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا

Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu', laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.

  • Terkadang, Allah ﷻ mengaitkannya dengan pola kalimat syarat dan balasan, firman-Nya:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِن تَتَّقُوا۟ ٱللَّهَ يَجْعَل لَّكُمْ فُرْقَانًا وَيُكَفِّرْ عَنكُمْ سَيِّـَٔاتِكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ۗ وَٱللَّهُ ذُو ٱلْفَضْلِ ٱلْعَظِيمِ

Hai orang-orang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, Kami akan memberikan kepadamu Furqaan. Dan kami akan jauhkan dirimu dari kesalahan-kesalahanmu, dan mengampuni (dosa-dosa)mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar. (QS. Al-Anfal ayat 29).

Dalam ayat lainya :

فَإِن تَابُوا۟ وَأَقَامُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتَوُا۟ ٱلزَّكَوٰةَ فَإِخْوَٰنُكُمْ فِى ٱلدِّينِ ۗ وَنُفَصِّلُ ٱلْءَايَٰتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ

Jika mereka bertaubat, mendirikan sholat dan menunaikan zakat, maka (mereka itu) adalah saudara-saudaramu seagama. Dan Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi kaum yang mengetahui. (QS. At-Taubah ayat 11)

وَأَلَّوِ اسْتَقَلَمُوا عَلَى الطَّرِيقَةِ لَأَسْقَيْنَهُم مَاءً غَدَقًا )

“Dan sekiranya mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (agama Islam), niscaya Kami akan mencurahkan kepada mereka air yang cukup.” (QS. Al-Jinn: 16)

Serta ayat-ayat lain yang semisal dengannya.

  • Terkadang dengan penyebutan huruf lam ta’lil (huruf lam yang menerangkan alasan ataupun sebab), seperti firman-Nya:

… لِيَدَّبَّرُوا وَابَتِهِ، وَلِيَتَذَكَرَ أُولُوا الْأَلْبَبِ )

“… agar mereka menghayati ayat-ayatnya dan agar orang-orang yang berakal sehat mendapat pelajaran.” (QS. Shad: 29)

… لِتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيداً

“… agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu….” (QS. Al-Baqarah: 143)

  • Terkadang dengan penyebutan lafazh yang bermakna alasan, seperti firman-Nya:

كن لا يكون دولة بين الأغنياء مِنكُمْ ….

agar harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu….” (QS. Al-Hasyr: 7)

  • Terkadang dengan penyebutan huruf ba sababiyyah (huruf ba yang menerangkan sebab akibat), seperti firman-Nya:

ذلِكَ بِمَا قَدَّمَتْ أَيْدِيكُمْ …. )

“Demikian itu disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri,….” (QS. Ali Imran: 182)

… بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ )

“… kemudian Dia akan menerangkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. Al-Mâ-idah: 105)

… بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ )

“…. sesuai dengan apa yang mereka kerjakan.” (QS. Al-An’am: (129)

… ذلِكَ بِأَنَّهُمْ كَانُوا يَكْفُرُونَ بِنَايَتِ اللهِ .

“… Yang demikian itu karena mereka mengingkari ayat-ayat Allah….” (QS. Ali Imran: (112)

  • Terkadang dengan menyebutkan maf’ul liajlih [Objek kalimat yang berfungsi menunjukkan alasan tertentu] secara lahiriah maupun tersembunyi, seperti firman-Nya:

فَرَجُلٌ وَامْرَأَتَانِ مِمَّن تَرْضَوْنَ مِنَ الشُّهَدَاءِ أَن تَضِلَّ إِحْدَاهُمَا فَتُذَكَرَ بعْدَهُمَا الأُخرى …. )

“… Jika tidak ada (saksi) dua orang laki-laki, maka (boleh) seorang laki-laki dan dua orang perempuan di antara orang-orang yang kamu sukai dari para saksi (yang ada), agar jika yang seorang lupa, maka yang seorang lagi mengingatkannya….” (QS. Al-Baqarah: 282)

… أَن تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَمَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَذَا غَفِلِينَ )

“… (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari Kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya ketika itu kami lengah terhadap ini.” (QS. Al-A’râf: 172)

أَن تَقُولُوا إِنَّمَا أُنزِلَ الْكِتَبُ عَلَى طَابِفَتَيْنِ مِن قَبْلِنَا

“(Kami turunkan Al-Qur’an itu) agar kamu (tidak) mengatakan: Kitab itu hanya diturunkan kepada dua golongan sebelum kami,’….” (QS. Al-An’am: 156

Maksudnya, sesuatu yang dibenci jika kalian mengatakan demikian. Pernah juga dengan penyebutan huruf fa sababiyyah (huruf fa yang menjelaskan sebab akibat), seperti firman-Nya:

فَكَذَبُوهُ فَعَقَرُوهَا فَدَمْدَمَ عَلَيْهِمْ رَبُّهُم بِذَنْبِهِمْ فَسَوَّنَهَا

“Namun mereka mendustakannya dan menyembelihnya, karena itu Rabb membinasakan mereka karena dosanya, lalu diratakan-Nya (dengan tanah).” (QS. Asy-Syams: 14)

فَعَصَوْا رَسُولَ رَبِّهِمْ فَأَخَذَهُم أَخَذَةً رَابِيَةً ﴾

“Maka mereka mendurhakai utusan Rabbnya, Allah menyiksa mereka de-ngan siksaan yang sangat keras.” (QS. Al-Haqqah: 10)

فَكَذَّبُوهُمَا فَكَانُوا مِنَ الْمُهْلَكِينَ

“Maka mereka mendustakan keduanya, sebab itu mereka termasuk orang yang dibinasakan.” (QS. Al-Mu’minûn: 48)

Serta ayat-ayat yang semisal dengannya.

Beberapa faedah:

  • Jangan meremehkan perbuatan sekecil apapun.

Al-Imam Ibnul Mubarak Rahimahullah berkata:

رُبَّ عَمَلٍ صَغِيرٍ تُعَظِّمُهُ النِّيَّةُ ، وَرُبَّ عَمَلٍ كَبِيرٍ تُصَغِّرُهُ النِّيَّةُ

“Berapa banyak amalan kecil, akan tetapi menjadi besar karena niat pelakunya. Dan berapa banyak amalan besar, menjadi kecil karena niat pelakunya”

Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat az-Zalzalah Ayat 7-8:

فَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُۥ وَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُۥ

Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.

Ada seorang laki-laki yang sedang berjalan-jalan di sebuah jalan. Ia menjumpai rerantingan yang berduri yang menghambat jalan tersebut, kemudian ia menyingkirkannya. Lalu ia bersyukur kepada Allah subhanahu wa ta’ala, maka Allah mengampuni dosa-dosanya.

Dalam sebagian riwayat dari Imam Muslim dari sahabat Abu Hurairah pula, beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ada seseorang laki-laki yang melewati ranting berduri berada di tengah jalan. Ia mengatakan, ‘Demi Allah, aku akan menyingkirkan duri ini dari kaum muslimin sehingga mereka tidak akan terganggu dengannya.’ Maka Allah pun memasukkannya ke dalam surga.”

Dalam riwayat lain, juga dari sahabat Abu Hurairah dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Sungguh, aku telah melihat seorang laki-laki yang tengah menikmati kenikmatan di surga disebabkan ia memotong duri yang berada di tengah jalan, yang duri itu mengganggu kaum muslimin.”

Kisah sahih di atas diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dalam Kitab “Al-Adzan“, Bab “Fadhlu Tahjir ila Zhuhri“, no. 652; dan Kitab “Al-Mazhalim“, Bab “Man Akhadzal Ghuzna wama Yu’dzinnas fith Thariq“, no. 2472; juga diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Kitab “Al-Bir wash-Shilah wal Adab“, no. 1914; dan Kitab “Al-Imarah“, no. 1914.

  • Masuk surga dan neraka karena lalat

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

ﺩَﺧَﻞَ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔَ ﺭَﺟُﻞٌ ﻓِﻲْ ﺫُﺑَﺎﺏٍ , ﻭَﺩَﺧَﻞَ ﺍﻟﻨَّﺎﺭَ ﺭَﺟُﻞٌ ﻓِﻲْ ﺫُﺑَﺎﺏٍ، ﻗَﺎﻟُﻮْﺍ : ﻭَﻛَﻴْﻒَ ﺫَﻟِﻚَ ﻳَﺎ ﺭَﺳُﻮْﻝَ ﺍﻟﻠﻪِ؟ ﻗَﺎﻝَ : ﻣَﺮَّ ﺭَﺟُﻼَﻥِ ﻋَﻠَﻰ ﻗَﻮْﻡٍ ﻟَﻬُﻢْ ﺻَﻨَﻢٌ ﻻَ ﻳَﺠُﻮْﺯُﻩُ ﺃَﺣَﺪٌ ﺣَﺘَّﻰ ﻳُﻘَﺮِّﺏَ ﻟَﻪُ ﺷَﻴْﺌًﺎ، ﻓَﻘَﺎﻟُﻮْﺍ ﻷَﺣَﺪِﻫِﻤَﺎ : ﻗَﺮِّﺏْ، ﻗَﺎﻝَ : ﻟَﻴْﺲَ ﻋِﻨْﺪِﻱْ ﺷَﻲْﺀٌ ﺃُﻗَﺮِّﺏُ، ﻗَﺎﻟُﻮْﺍ ﻟَﻪُ : ﻗَﺮِّﺏْ ﻭَﻟَﻮْ ﺫُﺑَﺎﺑًﺎ، ﻓَﻘَﺮَّﺏَ ﺫُﺑَﺎﺑًﺎ ﻓَﺨَﻠُّﻮْﺍ ﺳَﺒِﻴْﻠَﻪُ ﻓَﺪَﺧَﻞَ ﺍﻟﻨَّﺎﺭَ، ﻭَﻗَﺎﻟُﻮْﺍ ﻟِﻶﺧَﺮِ : ﻗَﺮِّﺏْ، ﻓَﻘَﺎﻝَ : ﻣَﺎ ﻛُﻨْﺖُ ﻷُﻗَﺮِّﺏَ ﻷﺣَﺪٍ ﺷَﻴْﺌًﺎ ﺩُﻭْﻥَ ﺍﻟﻠﻪِ ﻓَﻀَﺮَﺑُﻮْﺍ ﻋُﻨُﻘَﻪُ ﻓَﺪَﺧَﻞَ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔَ

“Ada seseorang yang masuk surga karena seekor lalat dan ada yang masuk neraka karena seekor lalat pula.”

Para sahabat bertanya: “Bagaimana itu bisa terjadi ya Rasulullah? Rasul menjawab: “Ada dua orang berjalan melewati sebuah kaum yang memiliki berhala, yang mana tidak boleh seorangpun melewatinya kecuali dengan mempersembahkan sesuatu untuknya terlebih dahulu, maka mereka berkata kepada salah satu di antara kedua orang tadi: “Persembahkanlah sesuatu untuknya!” Ia menjawab: “Saya tidak mempunyai apapun yang akan saya persembahkan”, mereka berkata lagi: “Persembahkan untuknya walaupun seekor lalat!”

Maka iapun mempersembahkan untuknya seekor lalat, maka mereka membiarkan ia untuk meneruskan perjalanannya, dan iapun masuk ke dalam neraka. Kemudian mereka berkata lagi kepada seseorang yang lain: “Persembahkalah untuknya sesuatu!” Ia menjawab: “Aku tidak akan mempersembahkan sesuatu apapun untuk selain Allah, maka merekapun memenggal lehernya, dan iapun masuk ke dalam surga” (HR. Ahmad).

Hadits ini menunjukkan bahwa seseorang terkadang terjatuh dalam kesyirikan dan ia tidak menyadarinya. Poin dari hadist ini juga menunjukkan bahwa orang tersebut meremehkan kesyirikan dan tidak terlalu peduli dengan agama.

Maka: Jangan remehkan perbuatan sekecil apapun!

•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ

“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم