Kategori Aqidah

Masalah-masalah ilmiyah yang berasal dari Allah dan RosulNya, yang wajib diyakini oleh setiap muslim
Kajian Bertema Aqidah

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Kajian Kitab: Pokok-pokok Aqidah [Ushulus Sunnah] Imam Ahmad
Pemateri: Ustadz Abu Ubaidah Yusuf As-Sidawiy 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
Pertemuan 1: 21 Muharram 1447 / 16 Juli 2025
Tempat: Masjid Al-Aziz - Jl. Soekarno Hatta no. 662 Bandung.



Alhamdulillah atas nikmat yang tak terhitung banyaknya, saking banyaknya nikmat, kita tidak akan pernah mampu menghitungnya. Dan nikmat yang besar dan berharga adalah menuntut ilmu syar'i.

Al-Hasan al-Bashri rahimahullah menegaskan, "Sungguh satu bab dari ilmu agama yang aku pelajari lebih aku sukai daripada dunia dan seisinya." 📖 Az-Zuhd lil imam Ahmad 1/217

Manfaat menuntut ilmu:

1. Banyaknya pahala dan jalan pintas menuju surga.

Dari Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ لا يُرِيدُ إِلا أَنْ يَتَعَلَّمَ خَيْرًا أَوْ يُعَلِّمَهُ، كَانَ لَهُ كَأَجْرِ حَاجٍّ تَامًّا حَجَّتُهُ

“Siapa yang berangkat ke masjid yang ia inginkan hanyalah untuk belajar kebaikan atau mengajarkan kebaikan, ia akan mendapatkan pahala haji yang sempurna hajinya.” (HR. Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir, 8: 94. Syaikh Al-Albani dalam Shahih At-Targhib wa At-Tarhib, no. 86 menyatakan bahwa hadits ini hasan shahih)

Dalam hadits juga menyebutkan bahwa menuntut ilmu adalah bagian dari jihad. Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ جَاءَ مَسْجِدِى هَذَا لَمْ يَأْتِهِ إِلاَّ لِخَيْرٍ يَتَعَلَّمُهُ أَوْ يُعَلِّمُهُ فَهُوَ بِمَنْزِلَةِ الْمُجَاهِدِ فِى سَبِيلِ اللَّهِ وَمَنْ جَاءَ لِغَيْرِ ذَلِكَ فَهُوَ بِمَنْزِلَةِ الرَّجُلِ يَنْظُرُ إِلَى مَتَاعِ غَيْرِهِ

“Siapa yang mendatangi masjidku (masjid Nabawi), lantas ia mendatanginya hanya untuk niatan baik yaitu untuk belajar atau mengajarkan ilmu di sana, maka kedudukannya seperti mujahid di jalan Allah. Jika tujuannya tidak seperti itu, maka ia hanyalah seperti orang yang mentilik-tilik barang lainnya.” (HR. Ibnu Majah no. 227 dan Ahmad 2: 418, shahih kata Syaikh Al Albani).

Maka, kita diharapkan untuk tetap menuntut ilmu, meskipun tidak paham. Karena ada malaikat yang menaungi dan mendo'akan serta memohon ampun kepada Allah ﷻ.

Ada kisah menarik dari Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin saat memberi kajian ilmu di majlis.Suatu hari di majlis syaikh Solih al-'Utsaimin, ada seorang lelaki yang terlihat tidak memahami apa yang disampaikan Syaikh, Maka beliau bertanya kepada lelaki tersebut " wahai fulan, apakah engkau faham apa yang saya sampaikan?"

lelaki itu menjawab "Tidak wahai syaikh" Syaikh kembali bertanya "Lalu untuk apa kau hadir di majlis ini?"

Lelaki itu menjawab "Karena Rasulullah -Shallallahu 'alaihi wa sallam- bersabda: "Mereka (Para penuntut ilmu) adalah kaum yang tidak akan sengsara orang yang duduk bersama mereka"

Syaikh 'Utsaimin pun menangis, Kemudian beliau berkata "kita datang untuk mengajarkannya, namun dia yang mengajarkan kita"

2. Mendapatkan sakinah (ketenangan batin) dan kebahagiaan.

Dalam hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلاَّ نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمُ الْمَلاَئِكَةُ وَذَكَرَهُمُ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ

“Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Allah membaca Kitabullah dan saling mengajarkan satu dan lainnya melainkan akan turun kepada mereka sakinah (ketenangan), akan dinaungi rahmat, akan dikeliling para malaikat dan Allah akan menyebut-nyebut mereka di sisi makhluk yang dimuliakan di sisi-Nya.” (HR. Muslim, no. 2699)

3. Bertambah Keimanan dan Ketaqwaan kepada Allah ﷻ

Karena tujuan menuntut ilmu adalah agar kita semakin bertakwa. Ilmu yang manfaat atau yang tidak diukur dengan manfaatnya untuk masa depan akhirat. Sufyan al-Tsauri mengatakan:

“Sesungguhnya ilmu itu dipelajari semata untuk taqwa kepada Allah. Maka, jika ada ilmu yang di dalamnya tidak bisa membawa taqwa, maka buanglah” (Muhammad bin Ibrahim al-Randy,Ghaitsul Mawahib al-‘Aliyyah fi Syarh al-Hikam al-‘Athoiyyah, hal. 278).

Surah Al-Anfal ayat 2 berbunyi:

إِنَّمَا ٱلْمُؤْمِنُونَ ٱلَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ ٱللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ ءَايَٰتُهُۥ زَادَتْهُمْ إِيمَٰنًا وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah, gemetar hatinya, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya, bertambahlah imannya, dan hanya kepada Tuhan mereka bertawakal."

4. Salah satu faktor utama agar istiqomah

Karena istiqomah itu berat, mengawal hidayah hingga bisa masuk surga. Inilah yang berat dan perlu perjuangan. Ilmu adalah tameng bagi fitnah syubhat dan syahwat.

Dan asal dari istiqomah adalah istiqomahnya hati. Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari haditsnya Anas bin Malik semoga Allah meridhoinya dari Nabi shalallahu alaihi wa sallam bahwasannya beliau bersabda:

لَا يَسْتَقِيمُ إِيمَانُ عَبْدٍ حَتَّى يَسْتَقِيمَ قَلْبُهُ

“Tidaklah mungkin keimanannya seorang hamba (bisa istiqomah) sampai hatinya beristiqomah“. HR Ahmad dalam musnadnya 13048. di hasankan oleh al-Albani dalam ash-Shahihah 2841.

Maka asal dari istiqomah adalah istiqomahnya hati, dan hati jika baik dan dapat beristiqomah maka badan pun dengan sendirinya akan mengikutinya.

5. Agar bisa bertemu dengan sesama saudara muslim

Karena orang-orang yang baik tempatnya di tempat terbaik, yaitu masjid dan majelis ilmu. Inilah pentingnya persahabatan dengan orang-orang yang saleh. Persahabatan yang baik dalam Islam bukan hanya tentang kesenangan dunia, tetapi juga tentang saling mengingatkan dan mendukung dalam ketaatan kepada Allah, dengan harapan bisa bersama-sama meraih kebahagiaan di akhirat.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadikan teman sebagai patokan terhadapa baik dan buruknya agama seseorang. Oleh sebab itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kepada kita agar memilih teman dalam bergaul. Dalam sebuah hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

المرء على دين خليله فلينظر أحدكم من يخالل

“Agama Seseorang sesuai dengan agama teman dekatnya. Hendaklah kalian melihat siapakah yang menjadi teman dekatnya.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Silsilah Ash-Shahihah, no. 927)

Ilmu Agama itu Luas

Tidak akan cukup waktu seseorang untuk mempelajari agama seumur hidupnya, maka ambilah ilmu yang sangat penting dan prioritas. Yaitu masalah Tauhid karena inilah sumber kebaikan dunia dan akhirat. Dialah pondasi seorang muslim, yang menentukan kehidupannya kelak di surga atau neraka.

Aqidah yang benar adalah syarat diterimanya amal ibadah. Tanpa aqidah yang lurus, amal ibadah seseorang tidak akan bernilai di sisi Allah.

Maka, inilah pentingnya mempelajari akidah, sebagaimana Akidah Imam Ahmad bin Hambal yaitu kitab Ushulus Sunnah.

Biografi Imam Ahmad Rahimahullah

Beliau adalah Abu Abdillah, Ahmad bin Muhammad bin Hanbal bin Hilal asy-Syaibani. Dan keempat Imam madzhab, kunyahnya Abu Abdillah, kecuali Abu Hanifah.

Imam Ahmad dilahirkan di ibu kota kekhalifahan Abbasiyah di Baghdad, Irak, pada bulan Rabiul Awal 164 H/780 M. Ayahnya meninggal ketika masih muda, sekitar usia tiga puluh tahun, sehingga Ahmad tumbuh sebagai anak yatim. Ibunya yang mengasuh dan mendidiknya dengan penuh perhatian.

Usia 15 tahun, beliau berkelana mencari ilmu. Guru-gurunya yang terkenal antara lain Sufyan Ibnu Uyainah, Basyar bin Al-Mufaddal, Al-Nadr bin Ismail Al-Bajali, Al-Walid bin Muslim, Yazid bin Harun, Waqi' Ibnu Jarrah dan Imam Syafi'i Rahimahumullah.

Jumlah gurunya lebih dari tiga ratus orang. Dan yang paling terkenal adalah Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Abu Dawud rahimahumullah. Dalam kitab Musnad-nya, Adz-Dzahabi mencatat bahwa Imam Ahmad meriwayatkan hadis dari lebih dari dua ratus delapan puluh orang.

Murid beliau sangat banyak, salah satunya dikisahkan belau mengajar hingga mencapai 5000 orang dalam satu majelis.

Pujian Imam Asy-Syafi’i kepada Imam Ahmad, Aku tidak mengetahui imam yang fakih dan Wara' di Baghdad Ini selain Imam Ahmad.

Allah ﷻ membela Umat Islam dengan banyaknya yang murtad dengan mengirimkan Abu Bakar Ash-Shiddiq Radhiyallahu’anhu dan Allah ﷻ membela agama ini dengan mengirimkan Imam Ahmad disaat Mihnah (Fitnah Al-Qur’an adalah Makhluk).

Imam Ahmad adalah imamnya para ulama ahlusunah waljamaah. Dengan izin Allah ‘Azza wa Jalla, Imam Ahmad tetap berpegang teguh pada prinsip-prinsip akidah ahlusunah waljamaah tatkala menyebarnya fitnah Kholqul Qur’an (Fitnah Al-Qur’an adalah makhluk) pada masanya.

Beliau meninggal bertepatan pada hari Jumat, tanggal 12 Rabiulawal, tahun 241 Hijriah, dan beliau berusia 77 tahun.

Keutamaan Kitab Ushulus Sunnah

  1. Kitab ini istimewa karena karya ulama besar, Imam Ahlussunnah Wal Jama’ah.
  2. Bukunya ringkas.
  3. Mengandung pembahasan yang penting dalam akidah.
  4. Ditopang oleh dalil-dalil Al-Qur'an dan Hadits berdasarkan pemahaman para sahabat.
  5. Dipuji dan direkomendasikan oleh para ulama. Bahkan banyak yang mensyarah kitab ini.

Pujian Imam Abu Ya'la rahimahullah kepada kitab Ushulus Sunnah, Andaikan ada orang yang pergi ke China untuk, mendapatkan risalah ini, maka itu adalah perjalanan yang kecil.

POKOK-POKOK SUNNAH MENURUT IMAM AHMAD BIN HANBAL RAHIMAHULLAH

Sanad kitab:

Telah mengabarkan kepada kami Syaikh Abu Abdillah Yahya bin Abi Hasan bin Al-Banna, ia berkata: ”Ayahku Abu Ali Hasan bin Al Banna mengabarkan kepada kami: ”Telah mengabarkan kepada kami Abul Hasan Ali bin Muhammad bin Abdullah bin Bisyran Al Muadil: ”Aku adalah ‘Utsman bin Ahmad bin As Samk : ”Telah menceritakan kepada kami Abu Muhammad Al Hasan bin Abdul wahab Abu Nabri, beliau telah membaca kitabnya pada bulan Rabiul awal Th. 293H. ia berkata: ”Telah mengabarkan kepada kami Abu Ja’far Muhammad bin Sulaiman Almuqri Al Bashri Di Tunisia : ”Telah mengabarkan kepadaku Abdus bin Malik Al Athar : ”Aku mendengar Abu Abdillah Ahmad bin Hanbal berkata : ”Pokok-pokok Sunnah (Islam) disisi kami adalah:

📃 Penjelasan:

Sanad memiliki peranan yang sangat penting dalam menukilkan wahyu, baik Al-Qur’an Al-Karim maupun Sunnah Rasulullah Sholallohu’alaihi wasallam Dan bahkan kitab-kitab para ulama.

Abdullah bin Mubarak Rahimahullah mengatakan:

الْإِسْنَادُ مِنَ الدِّينِ وَلَوْلَا الْإِسْنَادُ لَقَالَ مَنْ شَاءَ مَا شَاءَ

“Sanad itu bagian dari agama. Kalaulah tidak ada sanad, orang akan sesukanya mengatakan apa saja yang dia inginkan.” (Diriwayatkan Muslim dalam Muqaddimah Shahih-nya, 1/15).

Maka, ada beberapa kitab yang diklaim sebagai karangan Imam Syafi'i, namun sebenarnya bukan. Contohnya adalah kitab "Al-Fiqhul Akbar" yang dinisbahkan kepada Imam Syafi'i, namun isinya justru 100% Asy'ariyah.

Abdus bin Malik Al Athar termasuk murid terdekat Imam Ahmad, sehingga banyak disebut dalam kitab ulama seperti Thabaqat Hanabilah Karya Imam Abu Ya'la, Syarah Ushul I'tiqad Ahlussunnah wal Jama'ah oleh Al-Hafizh Abu Qasim Hibatullah bin Al-Hasan bin Manshur Ath-Thabari Ar-Razi Al-Lalikai, Manaqib Imam Ahmad oleh Ibnul Jauzy Rahimahullah serta Ibnu Taimiyah dalam kitabnya Majmu Fatawa dan Minhajus Sunnah, ini menunjukkan kitab ini asli karya Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah.

Keistimewaan Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah

1. Sumbernya jelas Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Mereka tidak mengambil dari ahlul ahwa, sufism atau sumber yang tidak otentik.

Karena ucapan Nabi ﷺ adalah wahyu. Allah Ta’ala berfirman dalam Surat An-Najm Ayat 3:

وَمَا يَنطِقُ عَنِ ٱلْهَوَىٰٓ

Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya.

2. Sesuai dengan Fitrah dan Akal yang Sehat

Sebagai contoh Allah ﷻ di atas langit, maka orang akan mengatakan 'kita serahkan pada yang di atas' atau tatkala berdo'a mengangkat tangan ke atas, dan ini sesuai fitrah.

Dan ini sesuai dengan akal yang sehat. Allah ﷻ Dzat yang Mulia. Dan yang Mulia selalu di atas. Jika mengatakan Allah ﷻ ada di mana-mana, berarti bisa jadi Allah ﷻ ada di jalan, di got, toilet dan lainya, dan ini tidak sesuai fitrah.

3. Pertengahan antara yang meremehkan dan berlebih-lebihan.

Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah Ayat 143:

وَكَذَٰلِكَ جَعَلْنَٰكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِّتَكُونُوا۟ شُهَدَآءَ عَلَى ٱلنَّاسِ وَيَكُونَ ٱلرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا ۗ

Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu.

Ibnu Katsir Rahimahullah mengatakan, “Allah Subhaanahu Wata’ala menjadikan umat Islam ini sebagai umat yang wasath.. yang merupakan keistimewaan yang Allah berikan kepada umat Islam ini..”

Maka kewajiban kita harus wasath, tidak boleh berlebihan dan tidak boleh meremehkan... Maka dari itulah Ahlus Sunnah wal Jama’ah adalah manhaj yang wasath.

Dalam permasalahan tauhid kepada Allah dan terhadap sifat-sifat-Nya, umat Islam bersikap pertengahan antara Yahudi dan Nashrani. Umat Yahudi menyifati Allah Ta’ala dengan sifat kekurangan yang dimiliki makhluk sehingga mereka menyamakan Allah dengan makhluk. Mereka mengatakan bahwa Allah bakhil (kikir) dan fakir, memiliki sifat malas sehingga butuh istirahat, Allah menyerupai bentuk manusia, serta perkataan lain yang senada. Adapun umat Nashrani menyifati makhluk dengan sifat Al Kholiq (Yang Maha Pencipta). Mereka manyamakan makhluk dengan Allah Ta’ala. Mereka mengatakan bahwa Allah adalah al Masih bin Maryam, al Masih adalah Ibnullah (anak Allah), dia dapat mencipta, memberi rizki, mengampuni dosa, memberi rahmat, serta memberi pahala dan mengadzab.

Demikian juga sikap Ahlussunnah, pertengahan terhadap para sahabat, berada di tengah-tengah antara sikap Khawarij dan Syiah Rafidhah. Mereka mencintai dan memuliakan seluruh sahabat, mengakui keutamaan mereka, namun juga tidak berlebihan dalam memuji atau mengkultuskan.

Dalam hal pelaku dosa besar, Ahlussunnah berada di tengah, Khawarij berpendapat bahwa pelaku dosa besar menjadi kafir dan kekal di neraka, sementara Murji'ah berpendapat bahwa mereka sempurna imannya. Ahlussunnah wal Jama'ah: Memiliki pandangan bahwa pelaku dosa besar tetap mukmin dan berkurang imannya dan menekankan pentingnya taubat.

Kenapa Ahlus Sunnah wal Jama’ah adalah manhaj yang wasath? Karena Ahlussunnah wal Jama'ah menggabungkan dua dalil dan menjadikannya golongan pertengahan.

4. Menjadikan istiqomah di jalan Allah ﷻ

Karena aqidah yang kokoh akan melahirkan amalan-amalan dan akhlak yang baik. Akidah yang kuat diibaratkan seperti pohon yang kokoh. Akar yang menghujam dalam melambangkan keyakinan yang kuat pada Allah (tauhid), sementara batang dan cabang yang menjulang tinggi mencerminkan amal perbuatan baik dan ketaatan kepada perintah-Nya. Pohon yang kokoh ini juga memberikan manfaat bagi sekitarnya, seperti halnya akidah yang benar akan membawa dampak positif dalam kehidupan seorang Muslim.

Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Ibrahim Ayat 24-25:

أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ ٱللَّهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِى ٱلسَّمَآءِ. تُؤْتِىٓ أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍۭ بِإِذْنِ رَبِّهَا ۗ وَيَضْرِبُ ٱللَّهُ ٱلْأَمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ

Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.

Maka, keimanan yang baik akan dikaitkan selalu dengan akhlak, Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ”Barangsiapa yang beriman kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan hari akhir maka hendaknya dia berbicara yang baik atau (kalau tidak bisa hendaknya) dia diam. Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka janganlah ia menyakiti tetangganya. Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya dia memuliakan tamunya.” (HR. al Bukhari dan Muslim)

Demikian juga kita mengimani Allah ﷻ turun ke langit dunia pada sepertiga malam terakhir, maka buktikan dengan banyak ibadah dan do'a. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang bersabda,

يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ فَيَقُولُ مَنْ يَدْعُونِى فَأَسْتَجِيبَ لَهُ وَمَنْ يَسْأَلُنِى فَأُعْطِيَهُ وَمَنْ يَسْتَغْفِرُنِى فَأَغْفِرَ لَهُ

”Rabb kita turun ke langit dunia pada setiap malam yaitu ketika sepertiga malam terakhir. Allah berfirman, ’Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku, niscaya Aku kabulkan. Barangsiapa yang meminta kepada-Ku, niscaya Aku penuhi. Dan barangsiapa yang memohon ampun kepada-Ku, niscaya Aku ampuni.” (HR. Bukhari no. 1145 dan Muslim no. 1808)

5. Benteng agar selamat dari fitnah syubhat

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

بَادِرُوا بِالأَعْمَالِ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِى كَافِرًا أَوْ يُمْسِى مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا يَبِيعُ دِينَهُ بِعَرَضٍ مِنَ الدُّنْيَا

“Bersegeralah melakukan amalan sholih sebelum datang fitnah (musibah) seperti potongan malam yang gelap. Yaitu seseorang pada waktu pagi dalam keadaan beriman dan di sore hari dalam keadaan kafir. Ada pula yang sore hari dalam keadaan beriman dan di pagi hari dalam keadaan kafir. Ia menjual agamanya karena sedikit dari keuntungan dunia” (HR. Muslim no. 118).

Banyak orang-orang yang cerdas menjadi sesat karena terkena syubhat, sebagai contoh Imran bin Khittan, ia ingin menikahi Hamnah, lalu berusaha untuk mengajaknya meninggalkan paham Khawarij. Kembali kepada manhaj Salaf. Sayangnya, Hamnah memegang kuat paham Khawarij. Kecantikan rupa yg tidak dihiasi oleh kecantikan hati !!!

Maksud hati ingin memengaruhi, apa daya hamba yang justru dipengaruhi. Bukannya Hamnah yang berhasil dibujuk untuk meninggalkan paham Khawarij, justru Imran bin Hiththan yang kemudian terbujuk oleh Hamnah untuk menjadi pengikut setia kaum Khawarij.

Demikian juga Abdullah al-Qasimi, Dia seorang intelektual Arab Saudi yang dikenal karena perubahannya dari seorang Salafis yang taat menjadi seorang ateis yang menolak agama. Al-Qasimi menulis sejumlah buku yang mengkritik agama, termasuk "The Lie to See God Beautiful", yang mempertanyakan rasionalitas dan dogma agama. Na'udzubillahmindalik.

Maka, benar apa yang dikatakan Imam Asy-Syafi’i Rahimahullah andaikan bukan karena pena maka orang-orang zindiq akan bebas menyampaikan syubhatnya di atas mimbar.

Maka belajar dan berdo'alah agar Allah ﷻ menjaga kita untuk istiqomah dalam memegang teguh Sunnah.

Salah satu bacaan doa yang bisa diamalkan:

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِكَ

Yaa muqollibal quluub tsabbit qolbi 'alaa diinik

"Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu".

Mengenai Judul Kitab

Ushulus Sunnah diambil dari salah satu kata di awal kitab. Beliau mengatakan:

أصول السنة عندا
التمسك بما كان عليه أصحاب الرسول ﷺ والاقتداء هم، وترك البدع، وكل بدعة فهي ضلاله

Dasar-dasar Sunnah adalah mengikuti apa yang diikuti oleh para Sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, mengikuti contoh mereka, dan meninggalkan segala bid’ah, karena setiap bid’ah itu sesat.

Makna أصول السنة adalah:

  • Ushul berarti Pondasi-pondasi ,bisa bermakna hissi seperti pondasi rumah dan maknawi seperti ushuluddin.
  • Sunnah berarti jalan. Untuk mengungkapkan 3 hal:
    1. Lawan dari wajib, seperti shalat rawatib hukumnya Sunnah.
    2. Bermakna hadits kalau diiringkan dengan Al-Qur’an.
    3. Sunnah sebagai lawan kata dari bid'ah. Seperti dijelaskan dalam hadits Al ‘Irbadh bin Sariyah radhiyallahu ‘anhu dalam wasiat perpisahan.

Maka: Sunnah adalah jalan bagi beragama Nabi ﷺ baik dalam masalah aqidah, ibadah maupun akhlak.

Sunnah oleh para ulama lebih ditekankan dalam masalah Aqidah, karena inilah masalah yang paling penting. Maka, banyak karya ulama diawali dengan Assunnah. Seperti Kitab As-Sunnah yang ditulis oleh Ibnu Abi Hatim, Syarhus Sunnah karya Imam Al-Barbahari, Syarhus Sunnah karya Imam Al-Muzani, Ushul I'tiqad Ahlussunnah wal Jama'ah oleh Al-Laalikaa'i dan lainnya.

Penamaan Akidah adalah beberapa istilah:

  1. As-Sunnah
  2. Aqidah
  3. Asy-Syariah
  4. Al-Fiqhul Akbar
  5. Al-Iman
  6. At-Tauhid

•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ

“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم

  • Media
    Sarana belajar Agama Islam melalui video dan audio kajian dari Asatidz Indonesia yang bermanhaj salaf...
    Ebook
    Bahan bacaan penambah wawasan berupa artikel online maupun e-book yang bisa diunduh. Ebook Islami sebagai bahan referensi dalam beberapa topik yang insyaAllah bermanfaat.
  • image
    Abu Hazim Salamah bin Dînâr Al-A’raj berkata, “Setiap nikmat yang tidak mendekatkan kepada Allah, maka hal tersebut adalah ujian/petaka.” [Diriwayatkan oleh Ibnu Abid Dunyâ dalam Asy-Syukr Lillâh]
    image
    ‘Ammâr bin Yâsir radhiyallâhu ‘anhumâ berkata,“Ada tiga perkara, siapa yang mengumpulkannya, sungguh dia telah mengumpulkan keimanan: inshaf dari jiwamu, menebarkan salam kepada alam, dan berinfak bersama kefakiran.” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhâry secara Mu’allaq dan Al-Baihaqy]

Share Some Ideas

Punya artikel menarik untuk dipublikasikan? atau ada ide yang perlu diungkapkan?
Kirim di Sini