بسم الله الرحمن الرحيم
🎙┃ Ustadz Mohammad Alif, Lc. حفظه الله تعالى
🗓┃Kamis, 5 Juni 2025 /9 Dzulhijjah 1446 H
🕰┃ 16.30 WIB - Adzan Maghrib
🕌┃ Masjid Al-Qomar
Jl. Slamet Riyadi No. 414 Rel Bengkong Purwosari, Solo, Jawa Tengah 57142
📚 Nilai Tauhid dalam Ibadah Haji
Alhamdulillah atas nikmat berkumpul dalam majelis ilmu, mudah-mudahan dengannya menjadi hujjah kelak akan dikumpulkan di surgaNya Allah ﷻ.
Ibadah haji adalah ibadah yang paling agung, karena terkumpul dua ibadah: badaniyah (gerakan anggota badan) dan maaliyah (harta).
Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Ali Imran ayat 97:
وَلِلَّهِ عَلَى ٱلنَّاسِ حِجُّ ٱلْبَيْتِ مَنِ ٱسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا ۚ
mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah.
Ayat ini menjelaskan wajibnya berhaji bagi yang mampu. Demikian juga dalam hadits:
عَنْ أَبِيْ عَبْدِ الَّرحْمَنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهِ عَنْهُمَا قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم يَقُوْلُ : بُنِيَ الإسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ : شَهَادَةِ أَنْ لاَإِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ وَإِقَامِ الصَّلاَةِ وَإِيْتَاءِ الزَّكَاةِ, وَحَجِّ الْبَيْتِ, وَصَوْمِ رَمَضَانَ. (رواه البخاري و مسلم)
Abu Abdurrahman Abdullah bin Umar bin Khaththab Radhiyallahu anhuma berkata : Aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Islam dibangun atas lima pekara. (1) Persaksian bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan Muhammad Rasul Allah, (2) mendirikan shalat, (3) mengeluarkan zakat, (4) melaksanakan ibadah haji, dan (5) berpuasa Ramadhan”. [HR Bukhari dan Muslim].
Ibadah haji termasuk ritual ibadah dalam Islam yang paling kental mengandung nilai-nilai tauhid. Nilai-nilai tauhid nampak sangat jelas terlihat dalam setiap prosesi ibadah haji, seperti thawaf, sa`i, wukuf, dan melempar jumrah. Semua doa yang terlantun di dalamnya menyerukan nilai-nilai tauhid mengesakan Allah.
1. Mengikhlaskan ibadah haji karena Allah ﷻ.
Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Ali Imran ayat 97:
وَلِلَّهِ عَلَى ٱلنَّاسِ حِجُّ ٱلْبَيْتِ مَنِ ٱسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا ۚ
mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah.
Dalam ayat ini disebut kata وَلِلَّـهِ (perintah Karena Allah ﷻ) mengandung nilai pentauhidan beribadah haji hanya untuk Allah ﷻ.
Demikian juga dalam ayat lainnya, Surat Al-Baqarah Ayat 196:
وَأَتِمُّوا۟ ٱلْحَجَّ وَٱلْعُمْرَةَ لِلَّهِ ۚ
Dan sempurnakanlah ibadah haji dan ‘umrah karena Allah ﷻ
Jadi ibadah ini menanamkan nilai Tauhid dari awal. Maka, jangan dimulai ibadah ini dengan kesyirikan.
Setelah melakukan ”ihram“, orang yang melaksanakan ibadah haji dimulai dengan terus mengucapkan do’a ”talbiyah“ yang berbunyi :
لبيك اللهم لبيك ، لبيك لا شريك لك لبيك ، إن الحمد والنعمة لك والملك لا شريك لك
“Ya Allah , kami menjawab panggilan-Mu secara terus menerus, tiada sekutu bagi-Mu, sesunnguhnya segala pujian dan nikmat hanyalah milik-Mu , begitu juga seluruh kerajaan (langit dan bumi) hanyalah milik-Mu tiada sekutu bagi-Mu .”
Aku penuhi panggilanmu karena Kewajiban, tidak ada sekutu bagimu, maka itu sudah ikrar. Maka, istilah haji berarti panggilan dari Allah ﷻ itu benar. Maka, tidak semua yang mempunyai uang menjadi jaminan bisa berangkat haji.
Maka sangat disayangkan sebagian peserta ibadah haji yang agung dimulai dengan kesyirikan, membawa jimat yang diletakkan di sabuk misalnya.
Pada saat berhaji kita mengucapkan :
لَبَّيْكَ اللَّـهُمَّ حَجاًّ
Aku sambut panggilan-Mu ya Allah untuk ber-haji.
Maknanya bukan karena riya, sum'ah atau perusak amal lainnya. Tetapi ikhlas karena Allah ﷻ.
Di dalam hadits disebutkan:
أَخْوَفَ ما أَخافُ عليكُمُ الشِّركُ الأصغرُ، فسئل عنه، فقال: الرِّياءُ
“‘Yang paling aku takutkan atas kalian adalah syirik kecil’. Kemudian Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ditanya tentang syirik kecil tersebut, lalu beliau menjawab: ‘ar-riya’.” (HR. Ahmad, Ath-Thabrani dan Al-Baihaqi)
Orang yang melaksanakan ibadah haji ketika sampai di Mekkah diperintahkan untuk melakukan thowaf sebanyak tujuh kali, dan disunnahkan untuk mencium ”hajar aswad“.
Dalam hal ini, berdzikir kepada Allah ﷻ mengagungkan pemilik Ka'bah. Dan mencium Hajar Aswad bukan sedang menyembah batu, tetapi mengikuti apa yang dicontohkan Rasulullah ﷺ.
Perhatikan hadits berikut,
عَنْ عَابِسِ بْنِ رَبِيعَةَ قَالَ رَأَيْتُ عُمَرَ يُقَبِّلُ الْحَجَرَ وَيَقُولُ إِنِّى لأُقَبِّلُكَ وَأَعْلَمُ أَنَّكَ حَجَرٌ وَلَوْلاَ أَنِّى رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يُقَبِّلُكَ لَمْ أُقَبِّلْكَ
“Dari ‘Abis bin Robi’ah, ia berkata, “Aku pernah melihat ‘Umar (bin Al Khottob) mencium hajar Aswad. Lantas ‘Umar berkata, “Sesungguhnya aku menciummu dan aku tahu bahwa engkau hanyalah batu. Seandainya aku tidak melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menciummu, maka tentu aku tidak akan menciummu” (HR. Bukhari no. 1597, 1605 dan Muslim no. 1270).
Dan hanya bagian batu ini yang diusap atau dicium bukan bagian Ka'bah yang lain.
Semua ibadah sudah ada contohnya dari Rasulullah ﷺ, maka thawaf hanya sebanyak 7 putaran meskipun mampu lebih.
Setelah melakukan thowaf di Ka’bah sebanyak tujuh kali, seorang yang melakukan ibadah haji diperintahkan untuk melakukan sholat dua reka’at di belakang maqam nabi Ibrahim. Hal ini bukan untuk mengagungkan Ibrahim, tetapi memenuhi perintah Allah ﷻ melalui Rasul-Nya.
Maka, jika tidak mampu maka kita bisa shalat dimanapun tempat yang memungkinkan.
Hal ini untuk mengikuti jejak Nabi ﷺ Ibrahim saat diperintahkan meninggalkan anak dan istrinya ibunda Ismail di tempat yang gersang.
Tatkala Ibrahim meninggalkan ibunda Hajar bersama putranya Ismail yang masih merah di lembah tanpa kehidupan, mereka bertawakkal kepada Allah…
Begitu Ibrahim beranjak meninggalkan Hajar, beliau mengejar Ibrahim seraya bertanya,
آللهُ الذِّيْ أَمَرَكَ بِهَذَا؟
“Apakah Allah yang memerintahkan kamu melakukan semua ini?”
Ibrahim menjawab: “Na’am” (Iya, Allah yang memerintahkan aku).
Dengan sangat yakin, wanita Solihah ini mengatakan,
إِذًا لَا يُضَيِّعُنَا اللهُ
“Berarti Allah tidak akan menyia-nyiakan kita…”
Subhanallah…
Siapa wanita yang tidak ketakutan ketika dia ditinggal sendirian bersama bayinya di lembah tanpa kehidupan? Namun karena kekuatan iman, tauhid yang kuat, mereka yakin bahwa mereka punya Allah yang akan menjaganya…
Maka, Allah ﷻ melalui Rasul-Nya memerintahkan untuk berdzikir, mengingat perjuangan ibunda Ismail bukan aktivitas lain yang tidak bermanfaat. Seperti halnya seperti ibunda Ismail yang berdo'a mencari air...
Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat An-Naml Ayat 62:
أَمَّن يُجِيبُ ٱلْمُضْطَرَّ إِذَا دَعَاهُ وَيَكْشِفُ ٱلسُّوٓءَ ۗ
Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan
Ketika Wukuf di padang Arafah yang merupakan inti dan rukun dari ibadah haji, orang yang melakukan ibadah haji dianjurkan untuk banyak berdo’a, bersimpuh dan menangis di hadapan Allah ﷻ serta memohon ampunan dan rahmat-Nya. Karena wukuf di Arafah adalah waktu yang paling utama dan berharga dalam hidup seseorang , pada saat –saat tersebut Allah akan menyelamatkan para hamba-Nya dari api neraka dan membanggakannya pada malaikat.
Semuanya seragam hanya dua helai kain yang tidak berjahit, mengingatkan saat di padang Mahsyar dikumpulkan dalam keadaan telanjang dan tanpa alas kaki. Semuanya akan ditanya akan pertanggungjawaban atas amalan-amalan yang pernah dilakukan di dunia. Tentang umur, harta dan waktu kita digunakan untuk apa...
Wasiat Nabi pada Saat Haji Wada'
Dan sebaik-baik do'a adalah do'a di hari Arafah. Dimana Nabi ﷺ pada saat haji wada' bersama sahabatnya. Rasulullah ﷺ berkhutbah khutbah terakhir di tanah Arafah, Muzdalifah dan Mina yang banyak wasiat di dalamnya, yaitu:
Rasulullah ﷺ bersabda :
Wahai manusia pelajarilah ilmu sebelum Allah ﷻ mencabut ilmu. Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu dengan cara mencabutnya dari (dada) manusia, tapi Allah mencabut ilmu dengan mewafatkan para ulama.
Dengan ilmu kita mengetahui perintah dan larangan, halal dan haram.
2. Keagungan Jiwa, Harta, dan Kehormatan Seorang Muslim.
Kemudian beliau ﷺ melanjutkan khutbahnya:
“Wahai manusia, dengarkanlah pesanku baik-baik. Aku akan menyampaikan kepadamu satu keterangan, karena sesungguhnya aku tidak tahu apakah aku akan bertemu lagi dengan kamu setelah tahun ini di tempat aku berdiri (sekarang) ini.”
“Sesungguhnya darahmu, harta bendamu, dan kehormatanmu adalah suci dan haram (dilarang diganggu), sebagaimana suci dan haramnya hari ini (hari Jumat), di bulan ini (bulan Dzulhijah), di hari Arafah, di tanah suci, sampai kamu kelak menghadap Tuhan. Sungguh kamu pasti akan menemui Tuhan, di mana Ia pasti akan menanyakan Tentang segala amal perbuatanmu".
Barangsiapa yang merenungi peringatan-peringatan dari Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam ketika haji Wada akan menemukan bahwa khutbah tersebut adalah khutbah yang sakral dan agung. Dan juga akan menemukan bahwa darah, harta dan kehormatan kaum Muslimin itu mulia dan haram. Tidak diperkenankan untuk merusaknya serta tidak diperbolehkan berbuat zalim terhadapnya dengan segala bentuk kezaliman.
3. Keutamaan Persaudaraan Antar Muslim.
“Wahai manusia, sesungguhnya seorang Muslim dan Muslim lainnya adalah umat yang bersaudara. Tidak ada yang halal bagi seorang Muslim dari saudaranya kecuali apa yang telah ia relakan kepadanya. Maka, janganlah kamu menzalimi dirimu sendiri.”
4. Kewajiban Melaksanakan Ibadah.
Rasulullah ﷺ bersabda :
“Wahai manusia, takutlah kepada Allah. Kerjakanlah shalat yang lima waktu, lakukanlah puasa, berhajilah ke Baitullah dan tunaikanlah zakat hartamu dengan sukarela serta patuhlah atas apa yang aku perintahkan. Kamu pasti kelak akan bertemu dengan Tuhanmu, dan Ia pasti akan menanyakan kepadamu tentang segala perbuatanmu.”
Nasehat Nabi ﷺ agar kita bertakwa dengan menjaga tauhid. Takwa adalah menjaga hak Allah ﷻ dengan melaksanakan perintah dan menjauhi larangannya.
Hak pemimpin juga menjadi prioritas dalam wasiat ini, Allah ﷻ memerintahkan taat kepada pemimpin setelah ibadah maghdah. Jangan sampai hanya ahli ibadah, tetapi menjadi anjing-anjing neraka (seperti Khawarij).
5. Menjaga tauhid : Kitabullah dan Sunnah sebagai Pedoman Hidup
Rasulullah ﷺ bersabda :
لَا يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ الا مؤْمِنُ،
Tidak akan masuk surga kecuali orang yang beriman..
Allah ﷻ berfirman dalam Surat Al-An’am Ayat 82:
ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَلَمْ يَلْبِسُوٓا۟ إِيمَٰنَهُم بِظُلْمٍ أُو۟لَٰٓئِكَ لَهُمُ ٱلْأَمْنُ وَهُم مُّهْتَدُونَ
Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Camkanlah perkataanku ini, wahai manusia! Sesungguhnya aku telah meninggalkan untuk kalian dua perkara yang jika kalian berpegang teguh kepadanya, kalian tidak akan tersesat selamanya, yakni Kitabullah (Al-Quran) dan Sunnah Nabi-Nya.”
6. Agama Islam telah sempurna.
Rasulullah menutup khutbahnya dengan menyampaikan ayat terakhir yang diturunkan oleh Allah sebagai penutup risalah kenabian:
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا
“Pada hari ini Aku sempurnakan bagimu agamamu, dan Aku lengkapkan untukmu nikmat-Ku, dan Aku ridhai bagimu Islam sebagai agamamu.” (QS. Al-Maidah [5]: 3)
Agama Islam sudah sempurna, tidak boleh ditambah dan dikurangi. Kewajiban umat Islam adalah ittiba’.
Dalam Shahihain (Bukhari Muslim), Umar bin Khattab radhiyallahu 'anhu berkata bahwa ada seorang Yahudi berkata kepada Umar:
آية في كتابكم تقرؤونها، لو علينا معشر اليهود نزلت لاتخذنا ذلك اليوم عيدًا. قال: أي آية؟ قال: {اليوم أكملت لكم دينكم وأتممت عليكم نعمتي ورضيت لكم الإسلام دينا} [المائدة: 3] قال عمر: «قد عرفنا ذلك اليوم، والمكان الذي نزلت فيه على النبي صلى الله عليه وسلم، وهو قائم بعرفة يوم جمعة
“Ada ayat dalam kitab kalian yang kalian membacanya dan seandainya ayat tersebut turun di tengah-tengah orang Yahudi, tentu kami akan menjadikannya sebagai hari perayaan (hari Id).” “Ayat apakah itu?” tanya Umar.
Ia berkata, “(Ayat yang artinya): Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Kuridhai Islam itu jadi agama bagimu.” ‘Umar berkata, “Kami telah mengetahui hal itu yaitu hari dan tempat di mana ayat tersebut diturunkan pada Nabi ﷺ. Beliau berdiri di Arafah pada hari Jumat” (HR Bukhari, no. 45 dan Muslim, no. 3017).
Nasehat Pasca Haji
Diantara yang menggugurkan ibadah adalah perbuatan riya'. Yaitu dia akan berusaha menyembunyikannya, dia akan marah jika tidak diberi titel haji.
Jangan mengurangi pahala dengan berbuat dhalim, rafats, fasik dan jidal.
Ibadah ini adalah ibadah yang agung, bagi yang mampu. Jangan merusak dengan cara yang tidak dibenarkan seperti visa yang tidak legal, agar bisa beribadah dengan tenang dan tidak melanggar aturan.
Maka, sebagian ulama mensyaratkan mahram bagi para wanita, jika tidak ada maka dinilai dengan tidak mampu. Maka ibadah yang tidak sempurna, biasanya dimulai dengan pelanggaran-pelanggaran.
Bagi yang belum berhaji, berniatlah dengan jujur dan ikhlas, Allah ﷻ akan memberikan jalan kepada yang dikehendaki. Seperti halnya, dalam sebuah hadits siapa yang berniat membantu orang berjihad, maka Allah ﷻ catat sebagai mujahid.
Demikian juga orang yang berniat, untuk berhaji akan ditulis meskipun meninggal tanpa mampu melaksanakan haji. Wallohu'alam.
•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ
“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم