Menu Haji dan Umrah

Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam. (QS. Ali Imran : 97)
Artikel Manasik Haji Manasik Umrah Fatwa Fiqh Download Video
Dalam pelaksanaan ibadah haji, ada dua miqat:

1. Miqat Zamani.

Yaitu ketentuan waktu, yang mana pelaksanaan manasik haji tidak sah, kecuali pada waktu-waktu tersebut.

Allah Subhannahu wa Ta'ala telah menerangkan mengenai hal ini dalam al-Qur-an dengan firman-Nya:
"Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit, katakanlah: 'Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadah) haji…'" (QS. Al-Baqarah: 189).

Juga firman-Nya:
"(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi…" (QS. Al-Baqarah: 197).

Apakah yang dimaksud dengan "bulan-bulan yang dimaklumi" pada ayat diatas?
'Abdullah Ibnu 'Umar Radhiallaahu anhu berkata:

أَشْهُرُ الْحَجِّ شَوَّالٌ وَ ذُوالْقَعْدَةِ وَ عَشْرٌ مِنْ ذِى الْحَجَّةِ

"Bulan-bulan haji itu adalah Syawwal, Dzulqa'dah dan sepuluh hari (pertama) bulan Dzulhijjah."

'Abdullah Ibnu 'Abbas Radhiallaahu anhu berkata:

مِنَ السُّنَّةِ أَنْ لاَ يُحْرِمَ بِالْحَجِّ إِلاَّ فِيْ أَشْهُرِ الْحَجِّ

"Termasuk Sunnah Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam , tidak berihram untuk ibadah haji, kecuali pada bulan-bulan haji."


2. Miqat Makani.

Yaitu tempat-tempat (tertentu) dimana seseorang yang akan melaksanakan haji atau umrah memulai berihram darinya.

Tempat-tempat tersebut telah ditentukan oleh Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam , sebagaimana diterang-kan dalam hadits 'Abdullah bin 'Abbas Radhiallaahu anhu , beliau berkata:

إِنَّ النَّبِيَّ ,وَقَّتَ لأهْلِ الْمَدِيْنَةِ ذَا الْحُلَيْفَةِ وَِلأَ هْلِ الشَّامِ الْجُحْفَةَ وَلأَهْلِ نَجْدٍ قَرْنَ الْمَنَازِلِ وَلأِهْلِ الْيَمَنِ يَلَمْلَمَ وَقَالَ: (( هُنَّ لَهُنَّ وَلِمَنْ أَتَى عَلَيْهِنَّ مِنْ غَيْرِأَهْلِهِنَّ مِمَّنْ أَرَادَ الْحَجَّ وَالْعُمْرَةَ وَ مَنْ كَانَ دُوْنَ ذَلِكَ فَمِنْ حَيْثُ أَنْشَأَ حَتَّى أَهْلَ مَكَّةَ مِنْ مَكَّةَ ))


"Bahwasanya Nabi Shalallaahu alaihi wasalam menentukan Dzul Hulaifah (Bir 'Ali) sebagai miqat penduduk Madinah, Juhfah sebagai miqat penduduk Syam, Qarnul Manazil sebagai miqat pen-duduk Nejd, dan Yalamlam sebagai miqat penduduk Yaman. Dan beliau bersabda: 'Tempat-tempat tersebut adalah miqat bagi penduduknya, dan bagi mereka yang datang ke sana dari penduduk (negeri lain) yang ingin melaksanakan haji dan umrah, barangsiapa yang tinggal (di dalam lokasi yang letaknya lebih dekat ke Makkah dari-pada miqat-miqat itu, -Pent), maka dia ber-ihram dari tempat tinggalnya, hingga penduduk Makkah pun (berihram) dari Makkah.'"

وَعَنْ عَائِشَةَ أَنَّ النَّبِيَّ; وَقَّتَ لأ هْلِ الْعِرِاقِ ذَاتَ عِرْقٍ

"Dan dari 'Aisyah bahwasanya Nabi Shalallaahu alaihi wasalam menjadikan Dzatu 'Irqin sebagai miqat penduduk Irak."

Dengan demikian kita ketahui miqat makani yang ditentukan oleh syari'at yaitu:

* Dzul Hulaifah (Bir 'Ali), miqat penduduk Madinah.
* Juhfah, miqat penduduk Syam.
* Qarnul Manazil, miqat penduduk Nejd.
* Yalamlam, miqat penduduk Yaman.
* Dzatu 'Irqin, miqat penduduk Irak.

Barangsiapa yang ingin memasuki kota Makkah untuk tujuan beribadah haji dan umrah, maka tidak diperkenankan bagi-nya untuk melewati miqat-miqat tersebut, kecuali setelah berihram.

Kajian Haji dan Umrah