بسم الله الرحمن الرحيم
📚 Ad-Daa wa Dawaa' #7
🎙┃ Ustadz Abdul Fattach, S.Pd.I Hafidzahullah
🗓┃Sabtu, 20 September 2025 / 27 Rabi'ul Awal 1446 H
🕰┃ Ba'da Subuh
🕌┃Masjid Al-Ikhlash Safira Residence Kartasura
Ad-Daa wa Dawaa' #7: Do'a dan Keterkaitannya dengan Takdir - Lanjutan
Setelah memuji Allâh ﷻ dan bershalawat atas Nabi-Nya, Ustadz mengawali kajian dengan mengingatkan kita untuk selalu bersyukur atas nikmat yang telah Allah Ta’ala berikan hingga masih dipertemukan dalam majelis ilmu setelah melakukan shalat subuh berjama'ah, semoga memudahkan jalan kita menuju ke SurgaNya.
Ketahuilah, bahwa segala nikmat akan dimintai pertanggungjawaban, termasuk nikmat ilmu yang kita pelajari, harta, sehat dan waktu semuanya akan dimintai pertanggungjawaban.
Ingatlah petuah Nabi ﷺ, dari Abu Barzah Al-Aslami, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ عُمْرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ وَعَنْ عِلْمِهِ فِيمَا فَعَلَ وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَا أَنْفَقَهُ وَعَنْ جِسْمِهِ فِيمَا أَبْلاَهُ
“Kedua kaki seorang hamba tidaklah beranjak pada hari kiamat hingga ia ditanya mengenai: (1) umurnya di manakah ia habiskan, (2) ilmunya di manakah ia amalkan, (3) hartanya bagaimana ia peroleh dan (4) di mana ia infakkan dan (5) mengenai tubuhnya di manakah usangnya.” (HR. Tirmidzi no. 2417, dari Abi Barzah Al Aslami. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Melanjutkan pembahasan mengenai korelasi antara do'a dan takdir pada pertemuan sebelumnya :
Jika demikian, do'a merupakan salah satu faktor penyebab yang paling kuat. Apabila apa yang diminta dalam do'a ditakdirkan terjadi dengan sebab do'a tersebut, maka tidak benar jika dikatakan bahwa do'a itu tidak ada faedahnya, sebagaimana apabila dikatakan bahwa tidak ada faedah dari makan, minum, serta segala bentuk aktivitas dan perbuatan. Tidak ada sebab yang lebih bermanfaat selain do'a, dan tidak ada cara yang lebih cepat untuk mendapatkan apa yang diinginkan melebihi do'a.
Para Sahabat Radhiyallahu’anhum adalah orang-orang yang paling mengenal Allah ﷻ dan Rasul-Nya serta paling memahami ajaran agama-Nya dari kalangan ummat ini. Oleh sebab itu, mereka adalah orang yang paling baik dalam berdo'a dan teguh dalam melaksanakan syarat-syarat maupun adab-adabnya dibandingkan dengan selain mereka.
Dahulu, “Umar bin al-Khaththab Radhiyallahu’anhu memohon pertolongan atas musuhnya dengan do'a, bahkan ia menganggap do'a sebagai tentaranya yang terhebat. Beliau berkata kepada para Sahabatnya:
لَسْتُمْ تُنْصَرُوْنَ بِكَثْرَةٍ، وَإِنَّمَا تُنْصَرُوْنَ مِنَ السَّمَاءِ
“Kalian tidak menang karena jumlah kalian yang banyak. Akan tetapi kalian mendapat pertolongan dari langit.”
“Umar juga berkata:
إنْي لَا أَحْمِلُ هُمِ الْإِجَابَةُ، وَلَكِنَّ هُمِ الدُّعَاءُ، فَإِذَا أَلْهَمَتِ الدُّعَاءَ فَإِنَّ الْإِجَابَةَ مَعَهُ
“Aku tidak terlalu mengkhawatirkan apakah doaku dikabulkan atau tidak. Yang aku khawatirkan adalah apakah aku bisa terus berdoa. Jika aku telah diberi ilham untuk berdoa, maka jawaban itu akan menyertainya.”
- Sebagai contoh pada perang Badar, yang tujuan utama adalah menghadang kaum musyrikin Quraisy dengan keinginan untuk merebut kembali harta benda kaum Muslim yang dirampas di Mekah, Abu Sufyan, salah satu pemimpin Quraisy, memimpin kafilah dagang yang membawa banyak harta dari Syam ke Mekah. tetapi rencana bocor dan peperangan pun terjadi, perbandingan pasukan sangat jauh berbeda, Perang Badar mempertemukan 300-an pasukan Muslim melawan sekitar 1.000 pasukan kafir Quraisy. Meskipun kalah jumlah dan persenjataan, pasukan Muslim berhasil meraih kemenangan telak dengan bantuan do'a Nabi ﷺ kepada Allah ﷻ, karena keimanan dan tawakal mereka.
Seorang penyair mengambil makna ini lalu menyusunnya dalam bentuk bait sya'ir. Ia berkata:
لَوْ لَمْ تُرِدْ نَيْلَ مَا أَرْجُو وَأَطْلُبُهُ ** مِنْ جُودِ كَفَّيْكَ مَا عَلَّمْتَنِي الطَّلَبَا .
Jika Engkau tidak ingin aku mendapatkan apa yang kuinginkan dari kemurahan kedua tangan-Mu, maka Engkau tidak membiasakanku untuk meminta.Barang siapa yang diberi ilham untuk berdo'a maka sesungguhnya Allah hendak mengabulkan permohonannya.
Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Mu’min ayat 60:
وَقَالَ رَبُّكُمُ ٱدْعُونِىٓ أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ إِنَّ ٱلَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِى سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina".
Dalam ayat ini ada 3 poin penting:
- Perintah untuk berdo'a
- Allah ﷻ menjanjikan pengabulan do'a
- Allah ﷻ mengancam orang yang sombong dengan neraka Jahanam.
Dalam surat Al-Baqarah ayat 186:
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِى عَنِّى فَإِنِّى قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ ٱلدَّاعِ إِذَا دَعَانِ ۖ فَلْيَسْتَجِيبُوا۟ لِى وَلْيُؤْمِنُوا۟ بِى لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.
Dalam ayat ini, dekat yang dimaksud bukan kedekatan Dzat, karena Allah ﷻ beristiwa berada di atas Arsy. Tetapi kebersamaan dalam ayat ini adalah kebersamaan dalam hal pertolongan, pendengaran, ilmu Allah ﷻ dalam pengabulan doa hamba-hamba-Nya. Maka, kebersamaan Allah ﷻ (Ma'iyyatullah) ditafsirkan berdasarkan konteks dalam suatu ayat.
Syarat-syarat pengabulan do'a dalam ayat ini adalah dengan memenuhi perintahNya dan beriman kepadaNya.
Di dalam Sunan Ibnu Majah, dari Abu Hurairah, ia mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:
مَنْ لَمْ يَسْأَلِ اللهُ يُغْضِبُ عَلَيْهِ
“Barang siapa yang tidak meminta kepada Allah niscaya Dia akan murka kepadanya.”
Hal ini menunjukkan bahwa ridha Nya terletak pada permohonan dan ketaatan kepada-Nya. Jika Allah ridha, maka seluruh kebaikan akan berada dalam ridha-Nya, sebagaimana setiap bencana dan musibah itu (terjadi) karena kemaksiatan kepada Allah dan murka Nya.
Imam Ahmad menyebutkan sebuah atsar dalam kitab az-Zuhd:” “Aku adalah Allah, tidak ada yang berhak diibadahi selain Aku. Jika Aku ridha, pasti Aku memberkahi, dan keberkahan Ku tidak ada batasnya. Jika Aku murka, niscaya Aku akan melaknat, dan laknat Ku sampai keturunan yang ketujuh.” (Az-Zuhd (hlm. 52). Atsar ini sepertinya termasuk Isnadnya).
Baik akal, naql (nash syari'at), fitrah, maupun pengalaman ummat-ummat terdahulu, dengan perbedaan jenis, agama, dan keyakinan mereka, semuanya telah menunjukkan bahwa mendekatkan diri kepada Rabb semesta alam, mencari ridha Nya, dan berbuat baik kepada makhluk Nya merupakan penyebab utama yang akan mendatangkan semua kebaikan.
Sementara kebalikan dari semua hal ini merupakan penyebab terbesar yang akan mendatangkan segala keburukan. Tidak ada yang dapat mendatangkan nikmat Allah dan menolak murka-Nya, seperti halnya menghadirkan ketaatan dan mendekatkan diri kepada Nya serta berbuat baik kepada makhluk Nya.
Allah ﷻ mengaitkan terjadinya kebaikan dan keburukan di dunia dan di akhirat dalam kitab-Nya dengan amal perbuatan (usaha), sebagaimana keterkaitan antara balasan dengan syarat, kejadian dengan alasan, dan akibat dengan sebab. Hal ini dapat dijumpai pada lebih dari seribu tempat di dalam Al-Qur’an.
Terkadang, Allah ﷻ mengaitkan terjadinya balasan dengan hukum alam dan perintah syar'i yang setimpal dengannya, seperti dalam firman-Nya:
فَلَمَّا عَتَوْا۟ عَن مَّا نُهُوا۟ عَنْهُ قُلْنَا لَهُمْ كُونُوا۟ قِرَدَةً خَٰسِـِٔينَ
“Maka tatkala mereka bersikap sombong terhadap apa yang melarang mengerjakannya, Kami katakan kepadanya: Jadilah kamu yang hina.” (OS. Al-A'raaf: 166)
Dalam Surat Az-Zukhruf Ayat 55:
فَلَمَّآ ءَاسَفُونَا ٱنتَقَمْنَا مِنْهُمْ فَأَغْرَقْنَٰهُمْ أَجْمَعِينَ
Maka tatkala mereka membuat Kami murka, Kami menghukum mereka lalu kami tenggelamkan mereka semuanya (di laut),
Dalam Surat Al-Ma’idah Ayat 38, berisi perintah Allah untuk memotong tangan pencuri laki-laki maupun perempuan sebagai hukuman atas perbuatan mereka, sebagai pembalasan dan siksaan dari Allah ﷻ:
وَٱلسَّارِقُ وَٱلسَّارِقَةُ فَٱقْطَعُوٓا۟ أَيْدِيَهُمَا جَزَآءًۢ بِمَا كَسَبَا نَكَٰلًا مِّنَ ٱللَّهِ ۗ وَٱللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Dalam surat Al-Ahzab ayat 35 adalah tentang Allah menjanjikan ampunan dan pahala besar bagi laki-laki dan perempuan yang memiliki sifat-sifat mulia, seperti muslim, mukmin, taat, jujur, sabar, khusyuk, bersedekah, berpuasa, memelihara kehormatan diri, dan banyak mengingat Allah.
Dalam Surat Al-Ahzab Ayat 35:
إِنَّ ٱلْمُسْلِمِينَ وَٱلْمُسْلِمَٰتِ وَٱلْمُؤْمِنِينَ وَٱلْمُؤْمِنَٰتِ وَٱلْقَٰنِتِينَ وَٱلْقَٰنِتَٰتِ وَٱلصَّٰدِقِينَ وَٱلصَّٰدِقَٰتِ وَٱلصَّٰبِرِينَ وَٱلصَّٰبِرَٰتِ وَٱلْخَٰشِعِينَ وَٱلْخَٰشِعَٰتِ وَٱلْمُتَصَدِّقِينَ وَٱلْمُتَصَدِّقَٰتِ وَٱلصَّٰٓئِمِينَ وَٱلصَّٰٓئِمَٰتِ وَٱلْحَٰفِظِينَ فُرُوجَهُمْ وَٱلْحَٰفِظَٰتِ وَٱلذَّٰكِرِينَ ٱللَّهَ كَثِيرًا وَٱلذَّٰكِرَٰتِ أَعَدَّ ٱللَّهُ لَهُم مَّغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا
Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu', laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.
•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ
“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم