بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Kajian Kitab: Pokok-pokok Aqidah (Ushulus Sunnah) Imam Ahmad
Pemateri: Ustadz Abu Ubaidah Yusuf As-Sidawiy 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
Pertemuan 10: 9 Rabi’ul Akhir 1447 / 1 Oktober 2025
Tempat: Masjid Al-Aziz - Jl. Soekarno Hatta no. 662 Bandung.
POKOK-POKOK SUNNAH MENURUT IMAM AHMAD BIN HANBAL RAHIMAHULLAH
- Beriman kepada Telaga Haud termasuk dalam Pokok-pokok Aqidah Ahlussunnah wal Jama'ah
- Dalil-dalil Dalam Aqidah ini
- Beberapa Permasalahan Terkait Telaga
- 1. Telaga Nabi ﷺ telah tercipta sekarang
- 2. Beda Telaga Dengan Al Kautsar
- Perbedaan Telaga Nabi ﷺ (Al-Haud) dan Sungai di surga (Al-Kautsar).
- 3. Waktu Telaga : Apakah sebelum melewati Shirat atau setelahnyaAda perselisihan dalam hal ini:
- 4. Yang berhak minum air telaga Nabi ﷺ dan yang diusir dari telaga
- 5. Adapun orang-orang yang ditolak dari Telaga Haud adalah:
- 5. Apakah nabi-nabi lain memiliki Telaga?
- 5. Sifat-sifat Telaga Nabi ﷺ
- 6. Kiat-kiat agar Bisa Menjadi Golongan Orang yang Minum dari Telaga Nabi
- Pelajaran penting dari mempelajari hadits-hadits Nabi ﷺ
Ushulus Sunnah - Imam Ahmad #10 | Bab-8: Beriman Terhadap Telaga Nabi ﷺ
Imam Abu ‘Abdillah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal berkata:
وَالإِيمَانُ بِالحَوْضِ، وَأَنَّ لِرَسُولِ اللَّهِ ﷺ حَوْضًا يَوْمَ القِيَامَةِ تَرِدُ عَلَيْهِ أُمَّتُهُ، عَرْضُهُ مِثْلُ طُولِهِ مَسِيرَةَ شَهْرٍ، آنِيَتُهُ كَعَدَدِ نُجُومِ السَّمَاءِ، عَلَى مَا صَحَّتْ بِهِ الأَخْبَارُ مِنْ غَيْرِ وَجْهٍ.
(20) Beriman terhadap Telaga (Haudh). Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memiliki Telaga para hari Kiamat yang dikunjungi umatnya, lebarnya seperti panjangnya yaitu perjalanan sebulan. Gayungnya sebanyak bintang di langit. Hadits-hadits tentangnya shahih dan memiliki beberapa jalur periwayatan.
Pembahasan ini adalah tentang telaga Haud Nabi ﷺ di akhirat kelak, dan pembahasan ini sering ada pada kitab-kitab para ulama yang membahas masalah aqidah karena termasuk pokok aqidah, bahkan sebagian ulama menulis kitab khusus tentang masalah ini seperti: Imam Baqi' Ibnu Makhlad Al-Qurthubi dan imam Ibnu Basykuwal, dan Imam Dhiya' al-Maqdisi.
Beriman kepada Telaga Haud termasuk dalam Pokok-pokok Aqidah Ahlussunnah wal Jama'ah
Ada tiga alasan yang melandasinya:
1. Masalah ini termasuk masalah Ghaib yang tidak Bisa Dicerna dengan Akal
Sifat-sifat orang yang bertakwa adalah percaya (beriman) dengan hal-hal yang ghaib yang tidak bisa dicerna dengan akal.
Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah Ayat 3:
ذَٰلِكَ ٱلْكِتَٰبُ لَا رَيْبَ ۛ فِيهِ ۛ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ. ٱلَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِٱلْغَيْبِ
Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib.
2. Hadits-hadits tentang Masalah ini sampai Derajat Mutawatir
Bahkan para ulama yang meneliti masalah ini mengatakan ada yang menjelaskan 40 sahabat, 50 sahabat, bahkan 80 sahabat yang meriwayatkan masalah telaga ini.
Padahal seperti yang disampaikan Imam Syafi'i dalam kitabnya Ar-Risalah, para ulama sepakat bahwa hadits Ahad (yang diriwayatkan dari satu sahabat) asalkan shahih, wajib diterima, apalagi yang mutawatir.
3. Adanya kelompok-kelompok yang mengingkari akan hal ini
Baik secara terang-terangan seperti ahli filsafat Mu'tazilah, Khawarij atau salah dalam memahaminya, seperti Syiah Rafidhah yang mengkafirkan para sahabat dengan adanya hadits tentang telaga ini.
Motivasi dibalik Hadits ini
Hadits tentang telaga ini adalah kabar gembira bagi para pelaksana sunnah dan ancaman bagi para pelaku bid'ah.
Maka, Jangan sampai kita terusir dari telaga Nabi ﷺ kelak karena sebagai pelaku bid'ah.
Dalil-dalil Dalam Aqidah ini
Dalil-dalil yang melandasi akidah ini, yakni beriman kepada Telaga dilandasi kepada Al-Qur'an, Hadits maupun ijmak para ulama.
1. Dalil dari Al-Qur'an secara isyarat:
Allah ﷻ berfirman:
إِنَّآ أَعْطَيْنَٰكَ ٱلْكَوْثَرَ
Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak.
Imam Ahmad mengatakan dari Anas bin Malik, dia berkata bahwa Rasulullah ﷺ menundukkan kepala sejenak, lalu beliau mengangkat kepala seraya tersenyum. Beliau bersabda kepada mereka, atau mereka bertanya kepada beliau , "Mengapa engkau tersenyum?" Maka Rasulullah ﷺ menjawab, "Sesungguhnya barusan diturunkan kepadaku suatu surah" Lalu beliau membaca firmanNya: (Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang) (Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu Al-Kautsar), sampai akhir. Lalu Rasulullah ﷺ bersabda, "Apakah kalian tahu, apakah Al-Kautsar itu?" Mereka menjawab, "Allah dan RasulNya lebih mengetahui" Rasulullah bersabda, ”Al-Kautsar adalah sebuah sungai yang diberikan kepadaku oleh Tuhanku di dalam surga, padanya terdapat kebaikan yang banyak, umatku akan mendatanginya pada hari kiamat, jumlah bejana-bejananya sama dengan jumlah bintang-bintang". (Tafsir Ibnu Katsir).
- Sebagian ulama berbeda pendapat apakah ayat ini bisa dijadikan dalil tentang telaga atau tidak.
- Sebagian Ulama berpendapat bahwa ini adalah tentang sungai di surga, jadi bukan bahas tentang telaga.
- Dan sebagian lainnya berpendapat secara isyarat tentang telaga di padang Mahsyar, karena air telaga bersumber dari sungai Al Kautsar di surga, jadi secara tidak langsung juga menunjukkan tentang telaga
2. Dalil-dalil dari hadits:
Para ulama yang meneliti masalah ini mengatakan bahwa hadits-hadits tentang telaga derajatnya mutawatir, ada yang menjelaskan 40 sahabat seperti Imam Ibnul Qayyim, 50 sahabat, bahkan 80 sahabat seperti Ibnu Hajar Al-Ashqalani.
Siapa yang mengingkarinya maka dia telah mengingkari sesuatu yang sangat pasti. Dahulu ada sahabat Abu Barzah al-Aslami mengatakan kepada seseorang yang meragukan tentang telaga ini, yaitu Ubaid bin Ziyad, Saya sering mendengar Rasulullah ﷺ berulang kali membahas tentang telaga ini, maka barangsiapa yang tidak mengimani akan telaga ini, semoga Allah ﷻ tidak memberi minum dari telaga tersebut.
Maka, aljazaa min jinzil amal, barangsiapa yang tidak mengimani adanya Haud, maka tidak akan minum di telaga Rasulullah ﷺ kelak di akhirat.
3. Ijmak Ulama
Para ulama telah bersepakat akan keabsahan akidah ini tanpa ragu sedikitpun, semuanya sepakat.
Dahulu, sahabat Anas bin malik radhiyallahu’anhu heran, ada yang meragukan akan keberadaan telaga ini. Disebutkan oleh Imam Al-Ajurri dalam Asy-Syariah menceritakan ketika ada yang meragukan aqidah ini, Anas mengatakan:
Wallahi saya nggak menyangka hidup di zaman kalian, yang mengadu dan mengeluh ada orang yang tidak percaya dengan adanya telaga, sungguh saya meninggalkan nenek-nenek di kota Madinah, ketika shalat mereka berdo'a agar diberi minum dari telaga Nabi ﷺ.
Maka, sungguh banyak di zaman sekarang ini banyak kelompok yang tidak mempercayainya. Seperti Hizbut tahrir (Mu'tazilah), ahli filsafat seperti Syaikh Muhammad Abduh Al-Mishri dalam Tafsir juz Amma.
Kesimpulannya: Ini adalah Aqidah yang mapan berdasarkan dalil-dalil yang kuat baik dari Al-Qur'an, Hadits mutawatir maupun ijmak para ulama. Maka, wajib bagi kita tentang masalah ini:
- Mengimaninya tanpa ragu sedikitpun.
- Berdo'a kepada Allah ﷻ agar mendapatkan anugerah minum pada telaga Nabi ﷺ.
- Membenci karena Allah ﷻ dengan orang-orang yang tidak percaya kepada telaga ini, seraya berharap agar mereka tidak mendapatkan minum dari telaga Nabi ﷺ.
- Berusaha melakukan upaya supaya menjadi bagian dari orang-orang yang mendapat nikmat ini, bukan orang-orang yang terusir dari telaga Nabi ﷺ.
Beberapa Permasalahan Terkait Telaga
1. Telaga Nabi ﷺ telah tercipta sekarang
Telaga Nabi shallallahu’alaihi wa sallam (haudh) sudah ada pada sekarang ini. Nabi shallallahu’alaihi wa sallam pernah bersabda,
وَإِنِّي وَاللَّهِ لَأَنْظُرُ إِلَى حَوْضِي الآنَ
“Sungguh, demi Allah, saya benar-benar melihat telagaku (haudh) sekarang “. (HR Bukhari no.1344 dan Muslim no.2296).
2. Beda Telaga Dengan Al Kautsar
Telaga (haudh) Nabi shallallahu’alaihi wa sallam memiliki dua aliran yang bersumber dari telaga al Kautsar suatu sungai yang ada di jannah. Nabi shallallahu’alaihi wa sallam pernah ditanya tentang air di telaga (haudh) Nabi shallallahu’alaihi wa sallam, beliau menjawab,
أَشَدُّ بَيَاضًا مِنَ اللَّبَنِ، وَأَحْلَى مِنَ الْعَسَلِ، يَغُتُّ فِيهِ مِيزَابَانِ يَمُدَّانِهِ مِنَ الْجَنَّةِ، أَحَدُهُمَا مِنْ ذَهَبٍ، وَالْآخَرُ مِنْ وَرِقٍ
“Airnya lebih putih daripada susu dan lebih manis daripada madu. Pada telaga tersebut ada dua saluran (miizaab) yang mengalirkan air yang terhubung dengan surga, salah satunya dari emas dan yang lain dari perak”. (HR Muslim no.2301)
Perbedaan Telaga Nabi ﷺ (Al-Haud) dan Sungai di surga (Al-Kautsar).
- Al-Kautsar artinya sungai yang airnya mengalir sedangkan Al-Haud artinya telaga yang airnya tidak mengalir.
- Sumber telaga Nabi ﷺ adalah dari sungai Al-Kautsar.
- Al-Kautsar adalah sungai di surga sedangkan Al-Haud ada di padang mahsyar.
- Al-Kautsar khusus untuk Nabi ﷺ sedangkan telaga adalah untuk semua nabi.
Setiap Nabi memiliki telaga (haudh). Sebagaimana pada hadits,
إِنَّ لِكُلِّ نَبِيٍّ حَوْضًا وَإِنَّهُمْ لَيَتَبَاهَوْنَ أَيُّهُمْ أَكْثَرُ وَارِدَةً وَإِنِّي لَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ أَكْثَرَهُمْ وَارِدَةً
“Sesungguhnya setiap nabi memiliki telaga (haudh), sesungguhnya mereka berlomba-lomba dalam banyaknya orang yang mengunjunginya dan sungguh aku berharap aku menjadi pemilik telaga (haudh) yang paling banyak pengunjungnya.”(HR Tirmidzi hlm.67/2, sahih4)
3. Waktu Telaga : Apakah sebelum melewati Shirat atau setelahnya
Ada perselisihan dalam hal ini:
1. Pendapat Mayoritas ulama adalah sebelum melewati shirath, juga didukung oleh keadaan yang memang membutuhkan minum pada saat itu.
2. Pendapat kedua setelah melewati shirath.
4. Yang berhak minum air telaga Nabi ﷺ dan yang diusir dari telaga
Yaitu Orang-orang yang beriman kepada Allah dan RasulNya serta taat kepada Allah dan rasul.
5. Adapun orang-orang yang ditolak dari Telaga Haud adalah:
- Pertama, Orang Murtad
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يَرِدُ علَيَّ يومَ القيامَةِ رهطٌ من أصحابي ، فَيُحَلَّئُونَ عن الحوضِ ، فأقولُ : أيْ ربِّ ! أصحابي ، فيقولُ : إِنَّكَ لا عِلْمَ لكَ بما أحدثوا بعدَكَ ، إِنَّهم ارتَدُّوا بعدَكَ على أدبارِهم القَهْقَرَى
"Ada serombongan dari umatku yang mendatangi telaga lalu mereka diusir, aku berkata: “Wahai Rabbku, Mereka umatku… “ Lalu disampaikan kepadaku, “Kamu tidak tahu bahwa mereka telah mengubah (agamanya) setelah kamu meninggal. Mereka telah murtad dari agama mereka". (HR. Bukhari)
- Kedua, Orang-orang ahlul bid'ah.
Dari Abu Wail, dari ‘Abdullah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَنَا فَرَطُكُمْ عَلَى الْحَوْضِ ، لَيُرْفَعَنَّ إِلَىَّ رِجَالٌ مِنْكُمْ حَتَّى إِذَا أَهْوَيْتُ لأُنَاوِلَهُمُ اخْتُلِجُوا دُونِى فَأَقُولُ أَىْ رَبِّ أَصْحَابِى . يَقُولُ لاَ تَدْرِى مَا أَحْدَثُوا بَعْدَكَ
“Aku akan mendahului kalian di al haudh (telaga). Dinampakkan di hadapanku beberapa orang di antara kalian. Ketika aku akan mengambilkan (minuman) untuk mereka dari al haudh, mereka dijauhkan dariku. Aku lantas berkata, ‘Wahai Rabbku, ini adalah umatku.’ Lalu Allah berfirman, ‘Engkau sebenarnya tidak mengetahui bid’ah yang mereka buat sesudahmu.’ ” (HR. Bukhari, no. 7049)
- Ketiga, Orang-orang yang maksiat.
عَنْ كَعْبِ بْنِ عُجْرَةَ قَالَ خَرَجَ عَلَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَوْ دَخَلَ وَنَحْنُ تِسْعَةٌ وَبَيْنَنَا وِسَادَةٌ مِنْ أَدَمٍ فَقَالَ إِنَّهَا سَتَكُونُ بَعْدِي أُمَرَاءُ يَكْذِبُونَ وَيَظْلِمُونَ فَمَنْ دَخَلَ عَلَيْهِمْ فَصَدَّقَهُمْ بِكِذْبِهِمْ وَأَعَانَهُمْ عَلَى ظُلْمِهِمْ فَلَيْسَ مِنِّي وَلَسْتُ مِنْهُ وَلَيْسَ بِوَارِدٍ عَلَيَّ الْحَوْضَ وَمَنْ لَمْ يُصَدِّقْهُمْ بِكَذِبِهِمْ وَيُعِنْهُمْ عَلَى ظُلْمِهِمْ فَهُوَ مِنِّي وَأَنَا مِنْهُ وَهُوَ وَارِدٌ عَلَيَّ الْحَوْضَ
Dari Ka’ab bin Ujrah ia berkata, “Rasulullah ﷺ pernah keluar atau masuk menemui kami, ketika itu kami berjumlah sembilan orang. Dan di antara kami ada bantal dari kulit. Baginda lalu bersabda:
“Sesungguhnya akan ada setelahku para pemimpin yang berdusta dan dzalim. Barangsiapa mendatangi mereka kemudian membenarkan kebohongan mereka, atau membantu mereka dalam kezalimannya, maka ia bukan dari golonganku dan aku bukan dari golongannya. Serta ia tidak akan minum dari telagaku. Dan barangsiapa tidak membenarkan kebohongan mereka dan tidak membantu mereka dalam berbuat kezaliman, maka ia adalah dari golonganku dan aku adalah dari golongannya. Dan kelak ia akan minum dari telagaku.” (HR Ahmad No: 17424)
Maka, sikap Ahlussunnah terhadap pemerintah adalah tidak memberontak dan tidak membantu kedzaliman mereka, tetapi bersikap pertengahan.
5. Apakah nabi-nabi lain memiliki Telaga?
Ya, semua Nabi memiliki Telaga dan mereka berlomba-lomba siapa yang paling banyak yang datang untuk meminum telaga mereka. Sebagaimana pada hadits,
إِنَّ لِكُلِّ نَبِيٍّ حَوْضًا وَإِنَّهُمْ لَيَتَبَاهَوْنَ أَيُّهُمْ أَكْثَرُ وَارِدَةً وَإِنِّي لَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ أَكْثَرَهُمْ وَارِدَةً
“Sesungguhnya setiap nabi memiliki telaga (haudh), sesungguhnya mereka berlomba-lomba dalam banyaknya orang yang mengunjunginya dan sungguh aku berharap aku menjadi pemilik telaga (haudh) yang paling banyak pengunjungnya.”(HR Tirmidzi hlm.67/2, sahih)
Adapun pengecualian nabi Shaleh, karena telaganya air susu untanya (tetapi riwayat ini tidak shahih). Maka, semua nabi memiliki Telaga.
5. Sifat-sifat Telaga Nabi ﷺ
1. Luas sekali
Luas dan lebar telaga (haudh) Nabi shallallahu’alaihi wa sallam sama yaitu sejauh perjalanan satu bulan. Sebagaimana di dalam hadits,
حَوْضِي مَسِيرَةُ شَهْرٍ، وَزَوَايَاهُ سَوَاءٌ
“Telagaku (haudh) luasnya sejauh perjalanan satu bulan, (panjang) kedua sisi telagaku sama”. (HR Muslim no.2292).
2. Bejana-bejananya sejumlah bintang di langit
Ini artinya:
- Jumlahnya sangat banyak.
- Gayungnya bercahaya.
3. Wanginya sewangi kesturi, Airnya seputih susu
Nabi shallallahu’alaihi wa sallam pernah mengkabarkan tentang sifat-sifat telaganya (haudh), beliau bersabda,
حَوْضِي مَسِيرَةُ شَهْرٍ، مَاؤُهُ أَبْيَضُ مِنَ اللَّبَنِ، وَرِيحُهُ أَطْيَبُ مِنَ المِسْكِ، وَكِيزَانُهُ كَنُجُومِ السَّمَاءِ، مَنْ شَرِبَ مِنْهَا فَلاَ يَظْمَأُ أَبَدًا
“Telagaku (haudh) luasnya sejarak perjalanan satu bulan, airnya lebih putih dari pada susu, aromanya lebih wangi dari pada misik, bejananya seperti bintang-bintang di langit , barang siapa yang minum dari telaga (Haudh) tersebut niscaya tidak akan merasakan haus lagi selamanya”.(HR. Bukhari no.6580 dan Muslim no.2292).
6. Kiat-kiat agar Bisa Menjadi Golongan Orang yang Minum dari Telaga Nabi
1. Berpegang teguh kepada Al-Qur'an dan Sunnah, dan tinggalkan bid'ah
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنِّي قَدْ تَرَكْتُ فِيكُمْ الثَّقَلَيْنِ أَحَدُهُمَا أَكْبَرُ مِنْ الْآخَرِ كِتَابُ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ حَبْلٌ مَمْدُودٌ مِنْ السَّمَاءِ إِلَى الْأَرْضِ وَعِتْرَتِي أَهْلُ بَيْتِي أَلَا إِنَّهُمَا لَنْ يَفْتَرِقَا حَتَّى يَرِدَا عَلَيَّ الْحَوْضَ
Dari Abu Sa’iid Al-Khudriy, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Aku tinggalkan untuk kalian dua perkara yang sangat berat, salah satunya lebih besar dari yang lain; Kitabullah, tali yang dibentangkan dari langit ke bumi, dan ‘itrahku ahlul-baitku, keduanya tidak akan berpisah hingga mereka tiba di telagaku” [3/26]. (HR Tirmidzi dan Ahmad).
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah dalam Ijtima'ul Juyusy al-Islamiyah 'ala Ghazwi Jahmiyyah wal Mu'aththilah menjelaskan, Nabi ﷺ memiliki dua telaga yang sangat besar, telaga di dunia adalah sunnah-sunnah Nabi ﷺ dan apa yang dibawa beliau dan telaga beliau kelak di akhirat.
2. Menghindari perbuatan-perbuatan bid'ah
3. Memiliki hati yang bersih
Tidak ada kebencian terutama kepada para sahabat Nabi ﷺ. Karena orang akan dikumpulkan bersama orang yang dicintai.
4. Sabar
Yaitu sabar dalam beribadah dan menjauhi maksiat dan sabar menghadapi pemimpin yang dzalim sampai berjumpa dengan Nabi ﷺ di surga.
5. Tidak mendukung kedzaliman pemimpin
Yaitu berada di tengah-tengah tidak memberontak dan tidak mendukung kedzaliman.
Dan barangsiapa tidak membenarkan kebohongan mereka dan tidak membantu mereka dalam berbuat kezaliman, maka ia adalah dari golonganku dan aku adalah dari golongannya. Dan kelak ia akan minum dari telagaku.” (HR Ahmad No: 17424)
6. Berdo'a
Berdo'a adalah kunci kebaikan. Seperti halnya dikisahkan Anas bin Malik radhiyallahu’anhu, bahwa nenek-nenek di Madinah dahulu berdo'a agar tidak terusir dari telaga Nabi ﷺ.
7. Menghindari hal-hal yang menyebabkan terusir dari telaga Nabi ﷺ.
- Murtad
- Bid'ah
- Perbuatan maksiat.
Pelajaran penting dari mempelajari hadits-hadits Nabi ﷺ
1. Kemuliaan Nabi ﷺ dengan adanya telaga Al-Kautsar dan Haud. Maka wajib menjunjung tinggi dan tidak mencela beliau. Bahkan gunung Uhud saja mencintai beliau dan mimbar beliau menangis apalagi kita sebagai orang-orang yang beriman.
2. Nabi ﷺ tidak mengetahui ilmu ghaib.
Contoh nyata dari keyakinan keliru itu, perkataan al-Bushiri penulis qashidah Burdah yang sudah masyhur di tanah air, ia mengatakan:
فَإِنَّ مِنْ جُوْدِكَ الدُّنْيَا وَضَرَّتِهَا وَمِنْ عُلُوْمِكِ عِلْمُ اللَّوْحِ وَالْقَلَمِ
Sesungguhnya termasuk dari kemurahanmu-lah (wahai Rasul) adanya dunia dan akhirat.
Dan di antara pengetahuanmu, pengetahuan (tentang isi) di Lauhul mahfuzh dan pena (yang menulisnya)
Buktinya ada dalam hadits bahwa Nabi ﷺ tidak mengetahui apa yang terjadi setelah beliau meninggal.
Maka di katakan kepadaku: “Sesungguhnya engkau tidak mengetahui apa yang mereka ada-adakan setelahmu”. (HR Bukhari no.6576 dan Muslim no.2297).
3. Peringatan terhadap Ahlu bid'ah yang akan terusir dari telaga Nabi.
Maka mari kita berusaha dan berdoa serta agar Allah memberikan kita nikmat meminum air di telaga Nabi.
Karena kita sudah ditunggu Nabi ﷺ di telaga beliau. Sabda Nabi shallallahu’alaihi wa sallam,
إِنِّي فَرَطُكُمْ عَلَى الحَوْضِ
“Sesungguhnya saya (Nabi shallallahu’alaihi wa sallam) akan mendahului kalian di telaga (haudh)”. (HR. Bukhari no.6583 dan Muslim no.2290)
Demikian pula hadits,
اصْبِرُوا حَتَّى تَلْقَوْنِي عَلَى الحَوْضِ
“Sabarlah kalian hingga kalian menemuiku di haudh (telaga)”.(HR.Bukhari no.3792, di dalam sahihnya).
•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ
“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم