Niatilah untuk Menuntut Ilmu Syar'i

Rasulullah ﷺ bersabda, “Barangsiapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah, maka Allah akan memahamkan dia dalam urusan agamanya.”
(HR. Bukhari no. 71 dan Muslim no. 2436)
Kajian Islam

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Kajian Kitab: Wasiat Sughro Ibnu Taimiyah - Terjemahan Matan
Pemateri: Ustadz Abu Ubaidah Yusuf As-Sidawiy 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
Pertemuan 8: 14 Muharram 1447 / 9 Juli 2025
Tempat: Masjid Al-Aziz - Jl. Soekarno Hatta no. 662 Bandung.



Telah dijelaskan pada pertemuan sebelumnya: https://shorturl.at/uKw4N

1. Wasiat Terbaik Untuk Agama dan Dunia
  1. Wasiat Taqwa.
  2. Iringi perbuatan buruk dengan Perbuatan baik (hasanah).
    - Faktor-faktor Penghapus Dosa: Taubat, Istighfar dan Amal Shalih.
    - Penyakit hati yang menimpa penuntut ilmu.
    - Musibah menghapus dosa-dosa.
  3. Wasiat untuk Berakhlak Mulia.
2. Amal Terbaik setelah Fardhu.
3. Pekerjaan yang Paling Utama

Imam Ibnu Taimiyyah 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱 berkata:

4. Kitab Rujukan dalam Semua Disiplin Ilmu Syar’i

Adapun kitab-kitab dari ilmu syar’i yang ingin kamu jadikan rujukan, maka ini pembahasan yang luas. Hal ini juga berbeda sesuai dengan tempat di mana ia hidup. Terkadang seseorang mudah dalam mendapatkan sebuah ilmu atau madzhab di sebuah negeri, yang tidak mudah didapatkan di negeri lain.

📃 Penjelasan:

Cara mengambil ilmu:
1. Duduk langsung berguru kepada Ustadz yang terpercaya (Paling efektif).
2. Membaca buku-buku yang bermanfaat.

Membaca adalah jendela untuk menimba ilmu. Hendaknya seseorang menggabungkan dua metode ini.

Maka ayat pertama adalah اقرا - bacalah! Dikatakan para ulama:

خَيْرُ جَلِيْسٍ فيِ الزَّمَانِ كِتَابٌ

“Sebaik-baik teman duduk pada setiap waktu adalah buku”

Hingga ada seorang ulama, cara menghilangkan ngantuk dengan membaca buku!

Imam Az-Zuhri dicemburui isterinya karena seringnya membaca buku. Bahkan ada yang meninggal karena banyaknya membaca buku.

Tetapi, sama tidak setiap buku layak dibaca untuk dibaca. Beberapa kriteria yang perlu diperhatikan :

  1. Jika direkomendasikan para ulama seperti Bulughul Maram, Arbain Nawawi, kitab Tauhid.
  2. Penulisnya terpercaya ilmunya
  3. Perhatian ulama dengan kitab tersebut, seperti dengan mengajarkan, mensyarah, seperti Arbain Nawawi terdapat lebih dari 100 pensyarah dan selalu dibahas di setiap majelis.
  4. Manfaat yang bisa kita petik dari buku tersebut. Maka, kalau mau membaca buku, tanyakan apa manfaat yang didapat dari membaca buku ini? Jangan sampai buang waktu dan tenaga, seperti membaca buku-buku filsafat.

Ibnu Taimiyah rahimahullahu terkenal dengan gemar membaca buku, hingga suatu saat Beliau sakit dan sama dokter dianjurkan untuk istirahat dari membaca, tetapi beliau berkilah: bukankah seseorang yang melakukan aktivitas yang disenangi akan membuat sehat? Dokter menjawab iya, kemudian beliau berkata, maka menurut teori anda, saya akan lebih sehat dengan membaca, karena dengan membaca saya merasa senang. Subhanallah! Dokter menjawab, ini di luar teori kedokteran kami!

Buku-buku terbatas pada lokasi, maka banyak buku yang susah dicari, maka untuk menjelaskan buku mana yang bermanfaat, perlu dipertimbangkan beberapa hal:

  1. Ketersediaan buku.
  2. Seberapa besar kebutuhan kita akan buku tersebut. Seperti buku akidah, tauhid dan manhaj.
  3. Kecenderungan seseorang. Seperti masalah akidah, fiqih atau shirah.

Ustadz mencontohkan orang-orang yang hobi mendaki gunung, karena suka, maka meskipun dengan biaya besar, capek dan berbahaya, orang-orang masih semangat mendaki, apalagi untuk urusan akhirat.?

Imam Ibnu Taimiyyah 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱 berkata:

Akan tetapi secara umum dari kebaikan adalah seseorang meminta tolong kepada Allah dalam menuntut ilmu warisan Nabi ﷺ. Warisan Nabi ﷺ itulah ilmu sesungguhnya, dan selain itu adakalanya disebut ilmu tetapi tidak bermanfaat, dan adakalanya bukan ilmu meski disebut ilmu. Maka disebut ilmu bermanfaat jika ia berasal dari warisan Muhammad ﷺ.

📃 Penjelasan:

Kunci utama mendapatkan ilmu adalah bersandar kepada Allah ﷻ, kita butuh Allah ﷻ jangan bersandar kepada diri kita.

Ilmu sejati bersumber dari Al-Qur'an dan Sunnah. Inilah ilmu yang bermanfaat.

Maka ulama mengatakan:

قال الأوزاعي: العلم ما جاء به أصحاب محمد صلى الله عليه وسلم، فما كان غير ذلك فليس بعلم.

Al Auza’i berkata, “Yang disebut ilmu adalah yang datang dari para sahabat Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dan selain itu maka bukanlah ilmu.” (Ibnu Rajab Al Hambali dalam risalah “Fadhlu ‘Ilmis Salaf ‘ala ‘Ilmi Kholaf”).

Kemudian ilmu yang tidak bermanfaat, ada dua macam:

  1. Ilmu yang dilarang syariat : seperti ilmu perdukunan, ilmu filsafat, dan lainya.
  2. Jika ilmu tersebut tidak diamalkan.

Imam Syafi’i memiliki nasehat berharga di mana beliau berkata,

العلم ما نفع، ليس العلم ما حفظ

“Ilmu adalah yang bermanfaat dan bukan hanya dihafalkan” (Siyar A’lamin Nubala, 10: 89).

Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang semakin membuat seseorang mengenal Rabbnya.

Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang bukan dicari untuk membanggakan diri dan sombong. Sehingga ketika orang di bawahnya menyampaikan suatu ilmu, ia pun menerima jika itu adalah kebenaran.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam meminta ilmu yang bermanfaat setiap selesai shalat subuh dengan berdoa kepada Allah Ta’ala,

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَرِزْقًا طَيِّبًا، وَعَمَلًا مُتَقَبَّلًا

“Ya Allah … aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rizki yang thayyib, dan amal yang diterima.” (HR. Ibnu Majah no. 925. Dinilai shahih oleh Syaikh Al-Albani.)

Demikian juga, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memohon perlindungan dari ilmu yang tidak bermanfaat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berdoa,

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ، وَمِنْ قَلْبٍ لَا يَخْشَعُ، وَمِنْ نَفْسٍ لَا تَشْبَعُ، وَمِنْ دُعَاءٍ لَا يُسْمَعُ

“Ya Allah … aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari hati yang tidak khusyu’, dari jiwa yang tidak merasa puas, dan dari doa yang tidak didengar (tidak dikabulkan).” (HR. Abu Dawud no. 1548, An-Nasa’i no. 5536, dan Ibnu Majah no. 3837. Hadits ini shahih.)

Imam Ibnu Taimiyyah 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱 berkata:

Hendaknya keinginan utamanya adalah memahami maksud sabda Nabi ﷺ [1] baik dalam perintahnya maupun larangan dan seluruh sabdanya. Jika hatinya merasa tenang bahwa ini adalah maksud sabda Rosul ﷺ, maka ia tidak boleh menoleh kepada yang lain.

Catatan:
[1] Cara memahaminya dengan mengajukan dua pertanyaan: (1) apa yang diinginkan Nabi ﷺ saat mengucapkannya pada waktu itu dan (2) apa yang dipahami oleh Sahabat saat mendengarnya.

📃 Penjelasan:

Maksudnya dalam mempelajari Al-Qur’an dan hadits hendaknya jangan hanya mempelajari hanya bacaannya, tetapi hendaknya memahami maksudnya untuk diamalkan.

Contoh kasus :

Dari ‘Aisyah, ia berkata bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لاَ صَلاَةَ بِحَضْرَةِ الطَّعَامِ وَلاَ وَهُوَ يُدَافِعُهُ الأَخْبَثَانِ

“Tidak ada shalat ketika makanan telah dihidangkan, begitu pula tidak ada shalat bagi yang menahan (kencing atau buang air besar).” (HR. Muslim no. 560).

Yang dipahami banyak orang hanya terbatas pada makanan saja, padahal maksud dari hadits itu adalah agar shalat menjadi khusyu, seperti hp tidak dimatikan, shalat sambil bercermin, shalat memakai baju yang ada tulisan. Dan aktifitas lain yang dapat mengurangi kekhusyuan shalat kita.

Maka dalam belajar harus ada empat target :

  1. Memahami maksudnya.
  2. Mendapatkan pahala.
  3. Mengamalkan apa yang dipelajari.
  4. Menyebarkan kepada yang lain.

Imam Ibnu Taimiyyah 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱 berkata:

Hendaknya ia bersungguh-sungguh berpegang pada setiap bab ilmu yang berasal dari Nabi ﷺ.

📃 Penjelasan:

Hendaknya kita mengetahui seluruh permasalahan yang berlandaskan dalil, kalau tidak mampu menghafalnya, minimal tahu landasan dalilnya shahih dari Nabi ﷺ.

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata Ilmu itu mengetahui petunjuk berdasarkan dalilnya. Maka taklid bukan ilmu. Tidak ada yang taklid kecuali ada dua yaitu orang yang awam maupun bodoh.

Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱 berkata:

Jika ada yang terasa tersamar baginya karena diperselisihkan manusia, maka berdoalah seperti doa yang diriwayatkan Muslim dalam Shohihnya dari Aisyah ڤ bahwa Rosulullah ﷺ beliau biasa membaca (iftitah) dalam sholat malam:

«اللهُمَّ رَبَّ جَبْرَائِيلَ، وَمِيكَائِيلَ، وَإِسْرَافِيلَ، فَاطِرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ، عَالِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ، أَنْتَ تَحْكُمُ بَيْنَ عِبَادِكَ فِيمَا كَانُوا فِيهِ يَخْتَلِفُونَ، اهْدِنِي لِمَا اخْتُلِفَ فِيهِ مِنَ الْحَقِّ بِإِذْنِكَ، إِنَّكَ تَهْدِي مَنْ تَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ»

“Ya Allah, Pencipta Jibril, Mikail, Isrofil, Pencipta langit dan bumi, Maha mengetahui alam ghoib dan alam nyata, Engkau memutuskan perkara yang diperselisihkan hamba-hamba-Mu. Bimbinglah aku kepada kebenaran yang diperselisihkan mereka dengan seizin-Mu. Sungguh Engkau membimbing siapa yang Engkau kehendaki kepada jalan yang lurus.” [HR. Muslim no. 770]

Allah berfirman dalam hadits qudsi yang diriwayatkan Rosul-Nya:

«يَا عِبَادِي كُلُّكُمْ ضَالٌّ إِلَّا مَنْ هَدَيْتُهُ، فَاسْتَهْدُونِي أَهْدِكُمْ»

“Wahai hamba-hamba-Ku, kalian sesat kecuali siapa yang Kubimbing, maka mintalah bimbingan kepada-Ku pasti Kubimbing kalian.”
[HR. Muslim no. 2577]

📃 Penjelasan:

Bagi penuntut ilmu hendaknya banyak berdo'a, jangan mengandalkan kepintaran kita. Maka, mintalah kepada Allah ﷻ agar Dia memberikan ilmu sama seperti hanya Allâh yang memberikan rezeki kepada kita.

Jika Nabi ﷺ saja meminta agar diberi ilmu,

وَقُلْ رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا

dan katakanlah :”Ya Rabbku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan“. [Thâhâ/20:114]

Apalagi dengan kita. Kita sering minta dunia, tapi lupa berdo'a ilmu yang bermanfaat. Padahal ilmu adalah sumber kebaikan.

Rasulullah ﷺ selalu berdoa setiap pagi:

اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا وَرِزْقًا طَيِّبًا وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً

ᴀʟʟᴀʜᴜᴍᴍᴀ ɪɴɴɪ ᴀꜱ-ᴀʟᴜᴋᴀ ‘ɪʟᴍᴀɴ ɴᴀᴀꜰɪ’ᴀ ᴡᴀ ʀɪᴢQᴏɴ ᴛʜᴏʏʏɪʙᴀᴀ ᴡᴀ ‘ᴀᴍᴀʟᴀɴ ᴍᴜᴛᴀQᴏʙʙᴀʟᴀ

“Ya Allah, aku memohon pada-Mu ilmu yang bermanfaat, rizki yang thoyyib dan amalan yang diterima” [HR. Ibnu Majah no 295]

Rasûlullâh meminta ilmu dulu, karena kita tidak bisa membedakan rizki yang halal atau haram dan amal yang diterima atau tidak kecuali dengan timbangan ilmu.

Imam Ibnu Taimiyyah 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱 berkata:

Adapun nama-nama kitab dan penyusun, sudah kusinggung apa yang dimudahkan Allah di tengah-tengah ceramahku.

Tidak ada kitab yang disusun per bab yang lebih bermanfaat dari Shohih Al-Bukhori, tetapi ia belum mencukupi dasar-dasar ilmu, dan belum mewakili semua bab ilmu. Maka perlu mengkaji hadits-hadits lain.

📃 Penjelasan:

Seperti penjelasan para ulama, secara umum bahwa kitab hadits yang paling shahih setelah Al-Qur’an adalah Shahih Bukhari. Bahkan beliau, jika ingin menulis satu hadits, beliau shalat Istikharoh dua raka'at.

Jika Kita duduk mempelajari hadits, seolah-olah kita duduk di depan Nabi ﷺ dan kita akan banyak bershalawat di dalamnya. Dan jumlah yang mensyarah shahih Bukhari sangat banyak, bahkan ada maktabah yang isinya hanya Syarah shahih Bukhari.

Al-Hafizh Ibnu Hajar al-Ashqalani pernah khatam shahih Bukhari dalam 5 kali pertemuan dan Shahih Muslim dalam 3 kali pertemuan, Sunan Ibnu Majah dalam 4 kali pertemuan (1 pertemuan 4 jam), ini menunjukkan semangat para Salaf dalam belajar. Dan meraka tidak bosan, ada yang sampai 100 kali khatam.

Segala bidang ilmu, sekarang telah ada bahasannya. Seperti Fikih pesawat, Fikih perhotelan, Fikih lingkungan.

Imam Ibnu Taimiyyah 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱 berkata:

Siapa yang hatinya diterangi cahaya oleh Allah, akan meraih ilmu tersebut. Siapa yang dibutakan hatinya, maka banyaknya kitab tidak akan menambah dirinya kecuali kebingunan dan kesesatan, sebagaimana yang disabdakan Nabi ﷺ kepada Abi Labid [Yang benar Ziyad bin Labid.] Al-Anshori ﭬ:

«أَوَلَيْسَتْ التَّوْرَاةُ وَالْإِنْجِيلُ عِنْدَ الْيَهُودِ وَالنَّصَارَى؟ فَمَاذَا تُغْنِي عَنْهُمْ؟»

“Bukankah Taurot dan Injil di sisi Yahudi dan Nashoro? Apa gunanya itu bagi mereka?” [HR. At-Tirmidzi no. 2653 dengan perbedaan lafazh, sanadnya shohih.]

📃 Penjelasan:

Yang menjadi masalah adalah bukan banyaknya buku yang dibaca, tetapi adanya hidayah.

Dan yang selanjutnya adalah pengamalan ilmunya. Jangan sampai ilmu hanya sampai pada hafalan dan wawasan saja. Maka, hidayah itu mahal, hidayah ada di tangan Allah ﷻ.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَن يَشَاءُ ۚ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ

“Sesungguhnya engkau (Muhammad) tidak akan dapat memberi hidayah (petunjuk) kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi hidayah kepada orang yang Dia kehendaki, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk”. [Al Qashash/28 : 56]

Ilmu dicabut Allah ﷻ dengan beberapa sebab:

  1. Dicabutnya para ulama.
  2. Berpaling dari Al-Qur'an dan sunnah.
  3. Tidak mengamalkan ilmu.

Agar mendapatkan hidayah:

  1. Banyak berdo'a.
  2. Membersihkan hati, keikhlasan dan kejernihan hati.
  3. Baik akhlaknya, Tidak dzalim kepada orang lain.
  4. Tawadhu, jangan sombong.
  5. Berusaha mengamalkan.
  6. Menyebarkan ilmu.

Lihatlah imam Ahmad dalam mengamalkan ilmu, ketika beliau bekam, beliau memberikan upah seperti yang dilakukan Rasulullah ﷺ.

Ketika beliau mengasingkan diri karena mengatakan Al-Qur’an adalah kalamullah, setelah tiga hari beliau minta pindah, karena Rasulullah ﷺ sembunyi di gua Tsaur selama tiga hari, maka tidak pantas mengikuti Nabi ﷺ dalam senang, sementara kita tidak mengikutinya dalam keadaan susah.

Ilmu berbeda dengan uang, ilmu semakin disebarkan maka semakin kuat.

Imam Ibnu Taimiyyah 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱 berkata:

Penutup

Kita memohon kepada Allah yang Mahaagung agar memberi kita petunjuk dan kelurusan, mengilhami kita petunjuk, menjaga kita dari akibat buruk dosa kita, tidak menyimpangkan hati kita setelah diberi petunjuk, dan memberi kita rohmat dari sisi-Nya. Sungguh Dia Maha Pemberi.

Segala puji bagi Allah Pencipta seluruh alam. Sholawat dan salam semoga tercurah atas Rosul paling mulia.

📃 Penjelasan:

Beliau menutup kitabnya dengan do'a.

ٱهْدِنَا ٱلصِّرَٰطَ ٱلْمُسْتَقِيمَ

Tunjukilah kami jalan yang lurus,

رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً ۚ إِنَّكَ أَنتَ ٱلْوَهَّابُ

(Mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia)". (QS. Ali Imran ayat 8).

•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ

“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم