Niatilah untuk Menuntut Ilmu Syar'i

Rasulullah ﷺ bersabda, “Barangsiapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah, maka Allah akan memahamkan dia dalam urusan agamanya.”
(HR. Bukhari no. 71 dan Muslim no. 2436)
Kajian Islam

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Kajian Kitab: Wasiat Sughro Ibnu Taimiyah - Terjemahan Matan
Pemateri: Ustadz Abu Ubaidah Yusuf As-Sidawiy 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
Pertemuan 7: 29 Dzulhijjah 1446 / 25 Juni 2025
Tempat: Masjid Al-Aziz - Jl. Soekarno Hatta no. 662 Bandung.



Telah dijelaskan pada pertemuan sebelumnya: Lihat di Sini

  1. Wasiat Terbaik Untuk Agama dan Dunia.
  •  Wasiat Taqwa.
  • Iringi perbuatan buruk dengan Perbuatan baik (hasanah).

- Faktor-faktor Penghapus Dosa: Taubat, Istighfar dan Amal Shalih.
- Penyakit hati yang menimpa penuntut ilmu.
- Musibah menghapus dosa-dosa.

  • Wasiat untuk Berakhlak Mulia.

2. Amal Terbaik setelah Shalat Fardhu.

Imam Ibnu Taimiyyah 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱 berkata:

3. Pekerjaan yang Paling Utama

Adapun pekerjaan paling utama adalah tawakal kepada Allah, yakin Allah mencukupi, dan berbaik sangka kepada-Nya. Selayaknya orang yang mengais rezeki untuk menuju Allah dan berdoa kepadanya, seperti yang yang disabdakan Nabi-Nya (dalam hadits qudsi):

«يَا عِبَادِي كُلُّكُمْ جَائِعٌ، إِلَّا مَنْ أَطْعَمْتُهُ، فَاسْتَطْعِمُونِي أُطْعِمْكُمْ، يَا عِبَادِي كُلُّكُمْ عَارٍ، إِلَّا مَنْ كَسَوْتُهُ، فَاسْتَكْسُونِي أَكْسُكُمْ»

“Wahai hamba-Ku, setiap kalian lapar kecuali yang Kuberi makan maka mintalah makan kepada-Ku pasti Kuberi makan. Wahai hamba-Ku, setiap kalian telanjang kecuali siapa yang kuberi pakaian maka mintalah pakaian kepada-Ku pasti Kuberi pakaian.” [HR. Muslim no. 2577]

Begitu pula hadits yang diriwayatkan At-Tirmidzi dari Anas Radhiyallohu'anhu, ia berkata: Rosulullah ﷺ bersabda:

«لِيَسْأَلْ أَحَدُكُمْ رَبَّهُ حَاجَتَهُ كُلَّهَا حَتَّى شِسْعَ نَعْلِهِ إذَا انْقَطَعَ، فَإِنَّهُ إنْ لَمْ يُيَسِّرْهُ لَمْ يَتَيَسَّرْ»

“Hendaknya seorang dari kalian meminta Allah segala kebutuhannya sampai tali sandalnya yang terputus, karena jika tidak Allah mudahkan, tidak akan terlaksana.” [HR. At-Tirmidzi 5/583 dan Abu Ya’la no. 3403 dengan sanad shohih sesuai syarat Muslim. Lafazh (فَإِنَّهُ...) adalah tambahan dari ucapan Aisyah yang shohih dalam Musnad Abu Ya’la.]

📃 Penjelasan:

Tawakkal dibangun atas dua hal:

  1. Bergantungnya hati kepada Allah ﷻ.
  2. Melakukan sebab.

Hal ini dapat dicontoh dari tawakalnya burung, Seandainya kalian benar-benar bertawakkal pada Allah, tentu kalian akan diberi rezeki sebagaimana burung diberi rezeki. Ia pergi di pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali di sore hari dalam keadaan kenyang.

Tidak perlu khawatir dengan rezeki kita, Bahkan tidak hanya manusia, semua makhluk sampai pun binatang yang melata rezeki mereka di langit. Allah yang menjaminnya, Allah berfirman:

وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا

Dan tidak ada seekor binatang melata pun di bumi melainkan Allah yang memberi rezekinya. (QS. Hud: 6)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لو أن ابن آدم هرب من رزقه كما يهرب من الموت لأدركه رزقه كما يدركه الموت

“Kalaulah anak Adam lari dari rezekinya sebagaimana ia lari dari kematian, niscaya rezekinya akan mengejarnya sebagaimana kematian itu akan mengejarnya.” (Hadits 952 - Silsilah Hadits Shahihah)

Jangan pernah takut dan khawatir, rezeki akan mendatangi kita karena Allah ﷻ telah menentukannya. Padahal, rezeki kita ada di langit bukan di tempat kerja. Kerja itu hanya wasilah sedang rezeki ada di tangan Allah. Yang memberi kita makan, minum, pakaian dan tempat tinggal adalah Allah bukan perusahaan atau manusia. Itulah konsep yang harus kita tanamkan dalam diri, jika kita seorang yang beriman. Allah berfirman:

وَفِي السَّمَاءِ رِزْقُكُمْ وَمَا تُوعَدُونَ ، فَوَرَبِّ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ إِنَّهُ لَحَقٌّ مِثْلَ مَا أَنَّكُمْ تَنْطِقُونَ

Dan di langit terdapat rezekimu dan apa yang dijanjikan kepadamu. Maka demi Tuhan langit dan bumi, sesungguhnya yang dijadikan itu adalah benar-benar (akan terjadi) seperti perkataan yang kamu ucapkan. (QS. Adz-Dzariyat: 21-22)

Maka, rezeki tidak ditentukan oleh ijazah dan kepandaian kita, tetapi atas ketentuan Allah ﷻ.

Kita harus yakin, bahwa Allah ﷻ akan mencukupi hambaNya dan berbaik sangka kepada Allah ﷻ. Optimis bahwa rezeki akan mendatangi kita.

Hal yang penting juga berkaitan dengan mencari rezeki adalah banyak berdo'a kepada-Nya. Tanamkan dalam diri kita bahwa yang punya rezeki adalah Allah ﷻ, yang memudahkan rezeki hanya Allah ﷻ, kalau ditakdirkan kita mendapatkan rezeki maka akan sampai kepada kita walaupun seluruh makhluk menghalanginya, demikian juga kalau Allah ﷻ tidak kasih kita jatah rezeki maka kita tidak akan mendapatkannya walaupun seluruh makhluk berusaha untuk memberikan kepada kita.

Diantara do'a Nabi ﷺ :

اَللّٰهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا وَرِزْقًا طَيِّبًا وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً

Allahumma innii as-aluka ‘ilman naafi’a, wa rizqon thoyyibaa, wa ‘amalan mutaqobbalaa.

“Ya Allah, sungguh aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat (bagi diriku dan orang lain), rizki yang halal dan amal yang diterima (di sisi-Mu dan mendapatkan ganjaran yang baik).” (HR. Ibnu Majah, no. 925 dan Ahmad 6: 305, 322. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini shahih).

Do'a adalah kunci kebaikan di dunia dan di akhirat. Termasuk urusan rezeki, meskipun tali sandal kita yang putus. Do'a menandakan kita sangat butuh kepada Allah ﷻ, dan tidak ada yang mendatangkan rezeki kecuali Allah ﷻ.

Imam Ibnu Taimiyyah 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱 berkata:

Allah berfirman:

﴿فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الْأَرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ﴾

“Apabila sholat Jum’at sudah ditunaikan, silahkan beterbaran di muka bumi mencari karunia Allah.” (QS. Al-Jumu’ah: 10) Meskipun ayat ini berkaitan dengan sholat Jum’at, tetapi maknanya berlaku juga pada semua sholat. Oleh karena itu —Allahu a’lam—, Nabi ﷺ memerintahkan orang yang masuk Masjid membaca:

«اللَّهُمَّ افْتَحْ لِي أَبْوَابَ رَحْمَتِك»

“Ya Allah, bukalah untuku pintu-pintu rohmat-Mu.” Dan jika keluar Masjid membaca:

«اللَّهُمَّ إنِّي أَسْأَلُك مِنْ فَضْلِك»

“Ya Allah, aku meminta sebagian dari karunia-Mu.” [HR. Muslim no. 713.]

📃 Penjelasan:

Setelah shalat Jum'at, Allah ﷻ memberi penjelasan untuk mencari rezeki, maka dahulu banyak para salaf yang bekerja setelah Jumatan sebagai pengamalan dan mengambil berkah dari ayat ini.

Apapun pekerjaannya halal, kecuali ada dalil yang melarangnya. Kalau kita lihat biografi para ulama akan kita jumpai banyak macam pekerjaan yang mereka tekuni dan mereka tidak malu dengannya, seperti tukang sepatu, tukang kayu, penjual roti, tukang jam dan lainnya.

Maka, Sufyan Atsauri berkata, Hendaknya engkau melakukan profesi Para kesatria yaitu mencari nafkah dengan pekerjaan yang Halal dan menafkahi keluarga.

Lebih baik tangan dan baju kotor tapi penghasilan kita halal, namun banyak orang yang gengsi dan malu.

Ayat ini juga menjelaskan bahwa pekerjaan jangan membuat lalai dari tujuan hidup, yaitu ibadah. Pekerjaan hanya sarana untuk menopang hidup.

Rahasia masuk masjid berdo'a agar dibukakan pintu rahmat adalah karena tujuan kita ibadah dan ini hanya atas rahmat Allah ﷻ, sementara jika keluar kita menginginkan rezeki dari Allah ﷻ. Hal ini menguatkan pendapat Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullahu bahwa waktu terbaik untuk bekerja adalah setelah selesai shalat.

Imam Ibnu Taimiyyah 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱 berkata:

Al-Kholil Ibrohim ﷺ berkata: “Carilah rizki di sisi Allah, sembahlah Dia, dan bersyukurlah kepada-Nya.” (QS. Al-Ankabut: 17) Ayat ini berupa perintah, dan asal perintah adalah wajib. Maka meminta tolong kepada Allah dan bersandar kepada-Nya dalam masalah rizki dan selainnya adalah perkara yang sangat penting.

Lalu, hendaknya ia mengambil harta dengan hati yang qonaah (ridho atas pemberian Allah) agar diberkahi, dan jangan mengambilnya dengan tamak. Bahkan, hendaknya ia menjadikan harta di sisinya bagaikan toilet yang didatangi sewaktu-waktu saja jika dibutuhkan, tanpa menempati hatinya; dan bekerja mencari rezeki bagaikan memperbaiki toilet (ala kadarnya).

📃 Penjelasan:

Al-Khalil adalah kekasih tercinta, dan ada 2 khalilullah yaitu Ibrahim alaihi salam dan Muhammad ﷺ. Dan pada ayat di atas adalah Ibrahim alaihissalam.

Mintalah dan berdoa hanya kepada Allah ﷻ saja, termasuk syirik besar jika kita meminta kepada selain Allah ﷻ, wajib meminta rezeki hanya kepada Allah ﷻ.

Manfaat bertawakal kepada Allah ﷻ :

  1. Memiliki harga diri, karena kita meminta hanya kepada Allah ﷻ. “Dan ketahuilah, bahwa kemuliaan dan kewibawaan seorang mukmin itu ada pada shalat malamnya” (HR. Hakim; hasan)
  2. Memberikan ketenangan pada diri sendiri.

Beliau menjelaskan sikap kita terhadap harta yaitu tidak tercela secara dzatnya tapi juga tidak terpuji secara dzatnya, tergantung pada bagaimana seseorang berinteraksi dengannya. Bahkan dari 10 sahabat yang dijamin masuk surga, ada 3 sahabat yang kaya yaitu Abu Bakar Ash-Shiddiq, Abdurrahman bin Auf dan Thalhah Radhiyallahu’anhum.

Jika Kita memiliki harta, pergunakanlah untuk kebutuhan yang mulia, yaitu kebutuhan primer, nafkah keluarga dan beramal shalih, seperti umrah, zakat dan sedekah.

Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan, Rasulullah ﷺ bersabda, "Satu dinar yang engkau nafkahkan di jalan Allah, satu dinar yang engkau nafkahkan untuk memerdekakan budak, satu dinar yang engkau berikan kepada orang miskin, dan satu dinar yang engkau nafkahkan kepada keluargamu; yang paling besar pahalanya adalah yang engkau nafkahkan kepada keluargamu." [Sahih] - [HR. Muslim] - [Sahih Muslim - 995]

Bahkan dahulu ada sahabat yang berdoa minta dibanyakan hartanya, Ketika itu Ummu Sulaim mengatakan bahwa Anas (anaknya) siap menjadi pelayan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lantas beliau mendoakan Anas dalam urusan akhirat dan dunianya. Di antara do’a beliau pada Anas adalah,

اللَّهُمَّ ارْزُقْهُ مَالًا، وَوَلَدًا، وَبَارِكْ لَهُ

“Ya Allah, tambahkanlah rizki padanya berupa harta dan anak serta berkahilah dia dengan nikmat tersebut.” (HR. Bukhari no. 1982 dan Muslim no. 660)

Nabi ﷺ bersabda: “Wahai Amru, sebaik-baik harta adalah harta yang dimiliki oleh hamba yang Shalih.” (HR. Ahmad 4/197. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih sesuai syarat Muslim)

Cara terbaik dengan harta adalah sifat Qona'ah, Imam As-Syafii rahimahullah berkata :

إِذَا مَا كُنْتَ ذَا قَلْبٍ قَنُوْعٍ ….. فَأَنْتَ وَمَالِكُ الدُّنْيَا سَوَاءُ

Jika engkau memiliki hati yang selalu qona’ah …maka sesungguhnya engkau sama seperti raja dunia

Manusia tidak pernah puas dengan harta, inilah ketidakpuasan manusia terhadap harta yang sering kita lihat. Itulah sifat dan watak orang zaman ini kecuali yang Allah beri taufik untuk menyikapi harta dengan benar. Ada yang menghabiskan waktunya hanya untuk urusan dunianya, sampai lupa melakukan ketaatan dan lalai akan kehidupan kekal di akhirat.

Dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَوْ أَنَّ لاِبْنِ آدَمَ وَادِيًا مِنْ ذَهَبٍ أَحَبَّ أَنْ يَكُونَ لَهُ وَادِيَانِ ، وَلَنْ يَمْلأَ فَاهُ إِلاَّ التُّرَابُ ، وَيَتُوبُ اللَّهُ عَلَى مَنْ تَابَ

“Seandainya seorang anak Adam memiliki satu lembah emas, tentu ia menginginkan dua lembah lainnya, dan sama sekai tidak akan memenuhi mulutnya (merasa puas) selain tanah (yaitu setelah mati) dan Allah menerima taubat orang-orang yang bertaubat.” (Muttafaqun ‘alaih. HR. Bukhari no. 6439 dan Muslim no. 1048)

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إذا نظر أحدكم إلى من فضل عليه في المال والخلق فلينظر إلى من هو أسفل منه

“Jika salah seorang di antara kalian melihat orang yang memiliki kelebihan harta dan bentuk (rupa) [al kholq], maka lihatlah kepada orang yang berada di bawahnya.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Kita lihat sifat qona'ah Nabi ﷺ yang tidak ada simpanan makanan di rumahnya, dan dapurnya tidak jarang tidak ada aktivitas.

Jadikan ambisi kita kepada dunia sekedarnya seperti kebutuhan kita kepada toilet, Sebagaimana disebutkan di dalam hadits, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

إنَّ الله جَعَل طعامَ ابن آدم مَثَل الدنيا وإنْ قَزَحَه ومَلَّحَه فإنه يعلمُ إلى ما يصير

“Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan makanan manusia di dunia ini seperti perumpamaan dunia. Meskipun makan itu dicampur dengan berbagai macam rempah-rempah dan diberi garam, maka sesungguhnya orang yang memakannya tahu apa nanti kesudahan makanan tersebut.” (HR. Ahmad)

Seenak apapun dia mencampurnya, maka tetap jadi kotoran yang tentu kita sangat jijik terhadapnya.

Inilah nasibnya dunia. Kalau kita kejar, kelihatannya awalnya indah, tapi ujung-ujungnya adalah sesuatu yang bahkan kita tidak mau mendekatinya apalagi menyentuhnya. Tidak ada ujungnya...

Imam Ibnu Taimiyyah 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱 berkata:

Dalam hadits marfu yang diriwayatkan At-Tirmidzi dan selainnya:

«مَنْ أَصْبَحَ وَالدُّنْيَا أَكْبَرُ هَمِّهِ شَتَّتَ اللَّهُ عَلَيْهِ شَمْلَهُ وَفَرَّقَ عَلَيْهِ ضَيْعَتَهُ وَلَمْ يَأْتِهِ مِنْ الدُّنْيَا إلَّا مَا كُتِبَ لَهُ. وَمَنْ أَصْبَحَ وَالْآخِرَةُ أَكْبَرُ هَمِّهِ جَمَعَ اللَّهُ عَلَيْهِ شَمْلَهُ وَجَعَلَ غِنَاهُ فِي قَلْبِهِ وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِيَ رَاغِمَةٌ»

“Siapa yang memasuki pagi sementara dunia menjadi keinginan terbesarnya, maka Allah akan mencerai beraikan urusannya dan dunia tidak mendatanginya kecuali sebatas apa yang telah ditentukan untuknya. Siapa yang memasuki pagi sementara Akhirat menjadi keinginan terbesarnya, maka Allah akan menghimpun urusannya dan menjadikan kekayaan di hatinya dan dunia mendatanginya dalam keadaan tunduk.” [HR. At-Tirmidzi no. 2465 dengan perbedaan lafazh, sanadnya shohih.]

Sebagian Salaf berkata: “Kamu memang membutuhkan dunia, tetapi kamu jauh lebih butuh simpanan Akhirat. Jika kamu fokus Akhirat maka duniamu akan terlewat darimu. Oleh karena itu aturlah waktumu dengan baik.” Allah berfirman:

﴿وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ﴾

“Aku menciptakan jin dan manusia agar mereka hanya menyembah-Ku. Aku tidak meminta rizki kepada mereka dan tidak pula Aku ingin diberi makan oleh mereka. Sungguh hanya Allah yang Maha Pemberi rizki, dan Mahakuat.” (QS. Adz-Dzariyat: 56-58).

📃 Penjelasan:

Maka ingatlah, dalam Surat Al-A’la Ayat 17:

وَٱلْءَاخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَىٰٓ

Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal.

Alam akhirat dengan segala kenikmatan abadi yang ada padanya adalah lebih baik dan lebih kekal daripada dunia.

Agar tidak tertipu dengan dunia, kita harus ingat:

  1. Dunia itu fana'. Maka Rasulullah mengibaratkan dunia seperti sayap nyamuk, bangkai kambing dan kotoran.
  2. Akhirat lebih indah dari dunia, Bahkan kerudung bidadari surga lebih baik daripada dunia seisinya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

وَاللهِّ مَا الدُّنْيَا فِي الآخِرَةِ إِلاَّ مِثْلُ مَا يَجْعَلُ أَحَدُكُمْ إِصْبَعَهُ فِي الْيَمِّ فَلْيَنْظُرْ بِمَ يَرْجِعُ؟

“Demi Allah, tidaklah dunia dibandingkan akhirat kecuali seperti seseorang dari kalian mencelupkan jarinya ke laut, maka lihatlah apa yang tersisa di jarinya jika ia keluarkan dari laut?” (HR Muslim no 2868).

Kalau orientasi kita akhirat maka dunia akan mengikuti, maka perlu keseimbangan jangan lupakan dunia.

Maka salah satu keistimewaan Al-Qur’an, saat kita diperintah untuk mengejar akhirat, Allah ﷻ menggunakan kata bergegaslah, berlomba-lombalah, dan ketika pada urusan dunia menggunakan kalimat berjalanlah.

Imam Ibnu Taimiyyah 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱 berkata:

Adapun menentukan jenis pekerjaan seperti tukang kayu, pedagang, kuli bangunan, tukang ladang, atau selainnya, maka ini tidak sama bagi setiap orang, dan aku tidak mengetahui jenis pekerjaan yang menyeluruh. Akan tetapi jika seseorang berkeinginan menentukan jenis pekerjaan, hendaknya ia melakukan istikhoroh kepada Allah yang diambil dari hadits shohih, karena di dalamnya ada keberkahan yang tidak bisa diprediksi. Lalu pekerjaan yang mudah baginya, jangan dibebankan kepada orang lain (untuk mengikutinya) kecuali jika pekerjaan itu memang dilarang secara syariat.

📃 Penjelasan:

Adapun profesi memiliki kecenderungan setiap orang berbeda-beda, silakan memilih sesuai dengan minat masing-masing, selama hal itu halal.

Yang pertama kali disinggung mengenai pekerjaan terbaik adalah pekerjaan dari hasil kerja tangan sendiri. Dalam hadits lain disebutkan,

مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا قَطُّ خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ ، وَإِنَّ نَبِىَّ اللَّهِ دَاوُدَ – عَلَيْهِ السَّلاَمُ – كَانَ يَأْكُلُ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ

“Tidaklah seseorang memakan suatu makanan yang lebih baik dari makanan yang ia makan dari hasil kerja keras tangannya sendiri. Karena Nabi Daud ‘alaihis salam dahulu juga makan dari hasil kerja keras tangannya.” (HR. Bukhari, no. 2072, dari Al-Miqdam). Bahkan sebagaimana disebutkan dalam hadits ini, mencari kerja dengan tangan sendiri sudah dicontohkan oleh para nabi seperti Nabi Daud ‘alaihis salam.

Tidak mengapa tangan kita dan baju kita kotor, tetapi rezeki kita bersih daripada tangan kita bersih tetapi rezeki kita kotor. Yang dengannya harta tidak berkah, do'a tidak diijabah dan mendapat siksa-Nya. Yang pernah dinasihati oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada Ka’ab,

يَا كَعْبُ بْنَ عُجْرَةَ إِنَّهُ لاَ يَرْبُو لَحْمٌ نَبَتَ مِنْ سُحْتٍ إِلاَّ كَانَتِ النَّارُ أَوْلَى بِهِ

“Wahai Ka’ab bin ‘Ujroh, sesungguhnya daging badan yang tumbuh berkembang dari sesuatu yang haram akan berhak dibakar dalam api neraka.” (HR. Tirmidzi, no. 614. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Tidak bergeser kaki seorang hamba pada hari Kiamat sampai ia ditanya tentang empat hal … tentang hartanya dari mana ia dapatkan dan untuk apa ia belanjakan.” (HR. Tirmidzi no.2417, di-shahih-kan al-Albani dalam Shahih at-Targhib no. 3592)

Harta akan dimintai pertanggungjawaban. Maka lakukanlah tindakan pada harta sesuai yang Allah syariatkan, yaitu untuk menafkahi diri sendiri dan menafkahi orang yang wajib dinafkahi.

اللَّهُمَّ اكْفِني بِحَلاَلِكَ عَنْ حَرَامِكَ ، وَأَغْنِنِي بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ

“Ya Allah cukupkanlah aku dengan yang halal dan jauhkanlah aku dari yang haram, dan cukupkanlah aku dengan karunia-Mu dari bergantung pada selain-Mu.”

•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ

“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم