Niatilah untuk Menuntut Ilmu Syar'i

Rasulullah ﷺ bersabda, “Barangsiapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah, maka Allah akan memahamkan dia dalam urusan agamanya.”
(HR. Bukhari no. 71 dan Muslim no. 2436)
Kajian Islam

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Kajian Kitab: Wasiat Sughro Ibnu Taimiyah
Pemateri: Ustadz Abu Ubaidah Yusuf As-Sidawiy 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
Pertemuan 2: 24 Syawal 1446 / 23 April 2025
Tempat: Masjid Al-Aziz - Jl. Soekarno Hatta no. 662 Bandung.


Wasiat Terbaik Untuk Agama dan Dunia

Ibnu Taimiyah menjawab:

الحمد لله رب العالمين 

Segala puji bagi Allah ﷻ Rabb Pencipta seluruh alam.

📃 Penjelasan:

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullahu memulai dengan bacaan hamdalah, karena dua alasan:

  1. Al-Qur'an dimulai dengan alhamdulilahi rabbil 'aalamiin.
  2. Meneladani Rasulullah ﷺ karena apabila beliau berkhutbah dimulai dengan hamdalah seperti pada haji wada' beliau memulai dengan innalhamda lillah...

Jadi apa yang dilakukan Ibnu Taimiyah rahimahullahu adalah meneladani Al-Qur'an dan hadits.

Makna kalimat:

  • Alhamdu الحمد bermakna memuji segala kebaikan Allah ﷻ atas dasar cinta dan pengagungan.
  • Lillah لله bermakna penghususan hanya untuk Allah ﷻ. Hanya Allah ﷻ yang berhak kita puji, karena dua hal:
  1. Kesempurnaan Allah ﷻ dalam rububiyah, uluhiyah dan asma wa Shifatu, dalam syariat-Nya dan hukumNya.
  2. Karena Allah ﷻ banyak memberikan nikmatNya yang kita tidak sanggup menghitungnya.
  • Rabb رَبِّ bermakna yang menciptakan, memberi rezeki, mengatur dan merajai. Dalilnya ada dalam surat Yunus Ayat 31:

قُلْ مَن يَرْزُقُكُم مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلْأَرْضِ أَمَّن يَمْلِكُ ٱلسَّمْعَ وَٱلْأَبْصَٰرَ وَمَن يُخْرِجُ ٱلْحَىَّ مِنَ ٱلْمَيِّتِ وَيُخْرِجُ ٱلْمَيِّتَ مِنَ ٱلْحَىِّ وَمَن يُدَبِّرُ ٱلْأَمْرَ ۚ فَسَيَقُولُونَ ٱللَّهُ ۚ فَقُلْ أَفَلَا تَتَّقُونَ

Katakanlah: "Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?" Maka mereka akan menjawab: "Allah". Maka katakanlah "Mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya)?"

Dalam ayat ini, terdapat bukti bahwa orang-orang kafir mengakui tauhid rububiyah.

Dalam ayat lain dalam surat az-Zuhruf ayat 87:

وَلَئِن سَأَلْتَهُم مَّنْ خَلَقَهُمْ لَيَقُولُنَّ ٱللَّهُ ۖ فَأَنَّىٰ يُؤْفَكُونَ

Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka, 'Siapakah yang menciptakan mereka, niscaya mereka menjawab, 'Allah.'

Kemudian pada akhir ayat surat Yunus Ayat 58 Allah ﷻ berfirman : فَقُلْ أَفَلَا تَتَّقُونَ Maka konsekuensi dari tauhid rububiyah adalah tauhid uluhiyah, hanya Allah ﷻ yang wajib disembah dan diibadahi.

  • Al-' aalamiin ٱلْعَٰلَمِينَ artinya semua selain Allah ﷻ.

Imam Ibnu Taimiyyah 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱 berkata:

Adapun wasiat (pesan penting), aku tidak mengetahui wasiat yang lebih bermanfaat melebihi wasiat dari Allah dan Rosul-Nya bagi siapa saja yang memikirkannya dan mengikutinya. Allah berfirman:

﴿وَلَقَدْ وَصَّيْنَا الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَإِيَّاكُمْ أَنِ اتَّقُوا اللَّهَ﴾

“Sungguh Kami telah memberi wasiat (pesan penting) kepada orang-orang yang telah diberi Al-Kitab sebelum kalian (umat Islam) dan juga kepada kalian: ‘Bertaqwalah kepada Allah.’” (QS. An-Nisa: 131)

📃 Penjelasan:

Imam Ibnu Taimiyah rahimahullahu memulai wasiat yang paling penting yang bukan bersumber dari dirinya, tetapi apa yang disampaikan Allah ﷻ dan Rasul-Nya.

Imam Syafi'i rahimahullah berkata Allah ﷻ telah menjadikan kebenaran itu ada pada Al-Qur’an dan sunnah Nabi-Nya, sementara Imam Malik (gurunya imam Syafi'i) pernah berkata siapa yang menginginkan keberkahan dan kebaikan dunia dan akhirat, maka hendaklah dia berpegang kepada Al-Qur'an dan sunnah.

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata ilmu itu firman Allah ﷻ dan disabdakakan Rasulullah ﷺ dan apa yang dikatakan para ulama.

Ilmu itu hanya untuk yang mempelajari dan mengamalkannya. Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Qaf ayat 37:

إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَذِكْرَىٰ لِمَن كَانَ لَهُۥ قَلْبٌ أَوْ أَلْقَى ٱلسَّمْعَ وَهُوَ شَهِيدٌ

Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai akal atau yang menggunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya.

Maka, bagi yang ingin memiliki hidayah harus ada tiga tahap:

  • Membersihkan hati (semakin ikhlas maka akan semakin banyak ilmu yang singgah)
  • Mendengarkan dan fokus
  • Akal untuk memahaminya.

Kemudian, dalam surat An-Nisa Ayat 131 wasiat selanjutnya adalah wasiat Taqwa: أَنِ اتَّقُوا اللَّهَ.

﴿وَلَقَدْ وَصَّيْنَا الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَإِيَّاكُمْ أَنِ اتَّقُوا اللَّهَ﴾

“Sungguh Kami telah memberi wasiat (pesan penting) kepada orang-orang yang telah diberi Al-Kitab sebelum kalian (umat Islam) dan juga kepada kalian: ‘Bertaqwalah kepada Allah.’” (QS. An-Nisa: 131)

Di awal ayat, Allah ﷻ menggunakan dhamir kami (نحن ) Bukan bermakna Allah ﷻ lebih dari satu. Tetapi sebagai bentuk keagungan.

Wasiat taqwa telah diberikan kepada umat-umat terdahulu. Wasiat taqwa adalah wasiat yang sangat penting kepada seluruh manusia dan orang-orang yang beriman.

Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat An-Nisa Ayat 1:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ ٱتَّقُوا۟ رَبَّكُمُ ٱلَّذِى خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَٰحِدَةٍ

Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri,..

Al-Baqarah ayat 278:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَذَرُوا۟ مَا بَقِىَ مِنَ ٱلرِّبَوٰٓا۟ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman.

Demikian juga wasiat taqwa kepada Nabi ﷺ dalam surat Al-Ahzab ayat 1:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّبِىُّ ٱتَّقِ ٱللَّهَ وَلَا تُطِعِ ٱلْكَٰفِرِينَ وَٱلْمُنَٰفِقِينَ ۗ...

Hai Nabi, bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu menuruti (keinginan) orang-orang kafir dan munafik...

Maka, janganlah marah jika diingatkan untuk bertaqwa. Bahkan intisari dakwah para nabi adalah mengajak kepada ketakwaan.

Seperti telah dijelaskan sebelumnya, intisari dakwah para nabi adalah :

  1. Mentauhidkan Allah ﷻ.
  2. Taat kepada para Rasul yang diutus kepada mereka.
  3. Taqwa.
  4. Istighfar.
Maka, wasiat terbaik adalah wasiat taqwa. Banyak sekali Wasiat taqwa di dalam Al-Qur’an dan banyak faedah yang berkaitan dengan taqwa. Dan solusi segala masalah adalah taqwa.

وقال طلق بن حبيب رحمه الله : التقوى أن تعمل بطاعة الله على نور من الله ترجو ثواب الله وأن تترك معصية الله على نور من الله تخاف عقاب الله.

Thalq bin Habiib (seorang Tabi’in, salah satu murid Sahabat Nabi Ibnu Abbas) menjelaskan definisi taqwa saat terjadi fitnah Ibn Al-Asy'ath terhadap gubernur Irak Al-Hajjaj:

“Amalan ketaatan kepada Allah berdasarkan cahaya dari Allah dengan mengharap pahala Allah dan menjauhi kemaksiatan-kemaksiatan kepada Allah berdasarkan cahaya dari Allah dengan perasaan takut dari adzab Allah”.

Bagaimana cara meningkatkan Taqwa?:

  1. Tumbuhan rasa cinta kepada Allah ﷻ (Mahabatullah). Allah ﷻ sangat sayang kepada hamba-Nya.
  2. Menumbuhkan rasa takut kepada Allah ﷻ. Takut akan SiksaNya dan Neraka Nya.
  3. Menumbuhkan ar-Roja (Harapan).

Taqwa hakikatnya seperti iman, akan bertambah dan berkurang. Seperti pada saat Ramadhan kita akan semangat beribadah, tetapi terkadang kita merasa malas. Maka, perhatian kita kepada taqwa melebihi perhatian kita kepada handphone, yang selalu di charge jika habis baterei.

  • Imam Ibnu Taimiyyah 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱 berkata:

Nabi ﷺ berwasiat kepada Muadz bin Jabal Radhiyallahu’anhu ketika mengutusnya ke negeri Yaman:

«يَا مُعَاذُ، اتَّقِ اللَّهِ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ»

“Wahai Muadz! Bertaqwalah kamu kepada Allah di mana saja kamu berada; iringi perbuatan buruk dengan perbuatan baik, maka perbuatan baik itu akan menghapusnya; dan pergauli manusia dengan akhlak yang mulia.” [HR. At-Tirmidzi no. 1987 dengan sanad hasan]

📃 Penjelasan:

Demikian juga wasiat Taqwa, pertama kali disampaikan Nabi ﷺ kepada Muadz bin Jabal Radhiyallahu’anhu ketika mengutusnya ke negeri Yaman.

Dan Muadz memiliki banyak keutamaan. Meskipun demikian, Nabi ﷺ tetap memberikan wasiat taqwa kepadanya.

  • Imam Ibnu Taimiyyah 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱 berkata:

Kedudukan Muadz Radhiyallahu’anhu di sisi Nabi ﷺ amat tinggi, karena beliau pernah bersabda kepadanya:

«يَا مُعَاذُ، وَاللَّهِ إِنِّي لَأُحِبُّكَ»

“Wahai Muadz, demi Allah, aku benar-benar mencintaimu.” [HR. Abu Dawud no. 1522 dengan sanad shohih.]

Dia juga pernah dibonceng Nabi ﷺ di belakangnya. Juga diriwayatkan bahwa ia adalah orang yang paling mengerti halal dan harom[1]. Dia kelak dikumpulkan lebih terdepan sejengkal dari para ulama[2]. Di antara keutamaannya, Nabi ﷺ mengutusnya sebagai dai, ahli fiqih, mufti, dan hakim bagi penduduk Yaman.

Dia menyerupai Ibrohim Al-Kholīl Alaihissalam, sementara Ibrohim adalah pemimpin manusia. Ibnu Mas’ud Radhiyallahu’anhu berkata:

«إِنَّ مُعَاذًا كَانَ أُمَّةً قَانِتًا لِلَّهِ حَنِيفًا، وَلَمْ يَكُ مِنَ الْمُشْرِكِينَ»

“Muadz adalah umat (pengajar manusia), qōnit (patuh) kepada Allah, dan ia tidak termasuk orang-orang musyrik,”[3] ia menyerupakannya dengan Ibrohim[4].

  • Catatan kaki:

[1] HR. At-Tirmidzi no. 3790 dengan sanad shohih:

«وَأَعْلَمُهُمْ بِالحَلَالِ وَالحَرَامِ مُعَاذُ بْنُ جَبَلٍ»

“Umatku yang paling mengerti halal dan harom adalah Muadz bin Jabal.”

[2] HR. Ath-Thobaroni no. 556 dalam Ash-Shoghīr dengan sanad shohih mursal:

«مُعَاذُ بْنُ جَبَلٍ يَجِيءُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَمَامَ الْعُلَمَاءِ بِرَتْوَةٍ»

“Kelak Muadz bin Jabal datang pada hari Kiamat sejengkal lebih terdepan dari para ulama.”

[3] HR. Ath-Thobaroni no. 47 dengan sanad shohih dari Ibnu Mas’ud Radhiyallahu’anhu ia berkata: “Muadz adalah pengajar manusia, patuh kepada Allah, dan ia tidak termasuk orang-orang musyrik.” Murid-muridnya berkata: “Ibrohim.” Ibnu Mas’ud menjawab: “Aku tidak lupa. Apakah kalian tahu apa itu umat?” Jawab mereka: “Tidak.” Ia berkata: “Yaitu orang yang mengajari manusia kebaikan. Apakah kalian tahu apa itu qōnit?” Jawab mereka: “Tidak.” Ia berkata: “Yaitu orang yang patuh kepada Allah.”

[4] Yakni ayat:

﴿إِنَّ إِبْرَاهِيمَ كَانَ أُمَّةً قَانِتًا لِلَّهِ حَنِيفًا وَلَمْ يَكُ مِنَ الْمُشْرِكِينَ﴾

“Ibrohim adalah pengajar manusia, patuh kepada Allah, dan ia tidak termasuk orang-orang musyrik.” (QS. An-Nahl: 120)

📃 Penjelasan:

Keutamaan Muadz bin Jabal Radhiyallahu’anhu:

1. Nabi ﷺ mencintai Muadz bin Jabal

Para ulama menjelaskan bahwa hadits ini adalah Hadis musalsal bil mahabbah (hadis yang disampaikan secara berurutan dan sama dalam menyampaikan kasih sayang).

Mu'adz juga menyampaikan kepada para muridnya dengan 'Demi Allah ﷻ, aku mencintaimu'... Hingga, para ulama zaman sekarang.

2. Nabi ﷺ pernah membonceng Muadz di belakangnya.

Kalau seseorang sudah dibonceng, ini menandakan kedekatannya. Imam Ibnu Mandah pernah menulis kitab daftar sahabat yang dibonceng Nabi ﷺ sekitar 36 sahabat.

3. Umat Nabi ﷺ yang menguasai halal dan haram.

Maka, beliau terkenal dengan ulamanya para sahabat. Maka Rasulullah ﷺ selalu mengutus para sahabat yang berilmu untuk berdakwah, bukan orang yang baru masuk Islam, seperti zaman sekarang, orang yang baru hijrah langsung turun berdakwah.

Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Yusuf Ayat 108:

قُلْ هَٰذِهِۦ سَبِيلِىٓ أَدْعُوٓا۟ إِلَى ٱللَّهِ ۚ عَلَىٰ بَصِيرَةٍ أَنَا۠ وَمَنِ ٱتَّبَعَنِى ۖ وَسُبْحَٰنَ ٱللَّهِ وَمَآ أَنَا۠ مِنَ ٱلْمُشْرِكِينَ

Katakanlah: "Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik".

Maka, jika orang bodoh menjadi Ustadz, akan banyak mendatangkan kerusakan daripada perbaikan.

4. Muadz dikumpulkan satu langkah di depan ulama

Yaitu pada hari kiamat, beliau akan menjadi ulama yang terdepan. HR. Ath-Thobaroni no. 556 dalam Ash-Shoghīr dengan sanad shohih mursal:

«مُعَاذُ بْنُ جَبَلٍ يَجِيءُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَمَامَ الْعُلَمَاءِ بِرَتْوَةٍ»

“Kelak Muadz bin Jabal datang pada hari Kiamat sejengkal lebih terdepan dari para ulama.”5. Nabi ﷺ mengutusnya sebagai dai, alim, hakim bagi para penduduk Yaman.

Beliau memiliki ilmu yang luas, maka beliau ditunjuk sebagai dai utusan Rasulullah ﷺ.

6. Menyerupakan dengan Nabi Ibrahim dalam sebagian sifatnya

HR. Ath-Thobaroni no. 47 dengan sanad shohih dari Ibnu Mas’ud Radhiyallahu’anhu ia berkata: “Muadz adalah pengajar manusia, patuh kepada Allah, dan ia tidak termasuk orang-orang musyrik.” Murid-muridnya berkata: “Ibrohim.” Ibnu Mas’ud menjawab: “Aku tidak lupa. Apakah kalian tahu apa itu umat?” Jawab mereka: “Tidak.” Ia berkata: “Yaitu orang yang mengajari manusia kebaikan. Apakah kalian tahu apa itu qōnit?” Jawab mereka: “Tidak.” Ia berkata: “Yaitu orang yang patuh kepada Allah.”

﴿إِنَّ إِبْرَاهِيمَ كَانَ أُمَّةً قَانِتًا لِلَّهِ حَنِيفًا وَلَمْ يَكُ مِنَ الْمُشْرِكِينَ﴾

Ibrohim adalah pengajar manusia, patuh kepada Allah, dan ia tidak termasuk orang-orang musyrik.” (QS. An-Nahl: 120)

Maka, bolehnya seorang Ustadz memberikan rekomendasi kepada ustadz lain dengan pujian yang jujur.

  • Imam Ibnu Taimiyyah 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱 berkata:

Lalu wasiat Nabi ﷺ kepada Muadz Radhiyallahu’anhu adalah wasiat ini, maka menjadi jelaslah bahwa wasiat ini adalah wasiat yang lengkap, dan memang demikian bagi siapa saja yang memikirkannya. Di samping itu, wasiat taqwa ini adalah wasiat Al-Qur’an.

Adapun penjelasan kenapa wasiat ini begitu lengkap, karena hamba memiliki dua ketergelinciran, yaitu berkaitan dengan hak Allah dan berkaitan dengan hak manusia.

📃 Penjelasan:

Wasiat ini penting, karena:

  • Sekelas Muadz bin Jabal saja diberi wasiat taqwa oleh Rasulullah ﷺ. Apalagi kita, sebagai hamba yang banyak maksiat dan dosa.
  • Wasiat taqwa adalah wasiat Al-Qur’an.

Hak ada dua : hak kepada Allah ﷻ dan hak manusia. Hal ini sesuai sabda Rasulullah ﷺ dalam sebuah hadits:

Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu berkata, Rasulullah ﷺ bersabda,

أَكْثَرُ مَا يُدْخِلُ الْجَنَّةَ تَقْوَى اللَّهِ وَحُسْنُ الْخُلُقِ

“Perkara yang banyak memasukkan seseorang ke dalam surga adalah Takwa kepada Allah dan berakhlak yang baik.” ([HR. Tirmidzi, no. 2004 dan Ibnu Majah, no. 4246])

Hadits ini berisi dua pembahasan hak yang bisa memasukkan ke dalam surga yaitu takwa (hak Allah ﷻ( dan husnul khuluq (hak makhluk-Nya).

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu beliau berkata :

قِيلَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : يَا رَسُولَ اللَّهِ ، إِنَّ فُلانَةً تَقُومُ اللَّيْلَ وَتَصُومُ النَّهَارَ ، وَتَفْعَلُ ، وَتَصَّدَّقُ ، وَتُؤْذِي جِيرَانَهَا بِلِسَانِهَا ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : لا خَيْرَ فِيهَا ، هِيَ مِنْ أَهْلِ النَّارِ ، قَالُوا : وَفُلانَةٌ تُصَلِّي الْمَكْتُوبَةَ ، وَتَصَّدَّقُ بِأَثْوَارٍ ، وَلا تُؤْذِي أَحَدًا ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : هِيَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ

Pernah dikatakan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, “Wahai Rasulullah, ada seorang perempuan yang rajin tahajud, rajin puasa sunnah, banyak kebaikannya, dan dia bersedekah, tetapi perempuan ini suka menyakiti tetangganya (dengan lisannya).” Rasulullah mengomentari, “Perempuan itu tidak ada kebaikan pada dirinya. Dia termasuk penghuni Neraka.” Mereka berkata, “Ada seorang perempuan lain yang shalatnya hanya yang lima waktu, menyedekahkan sesuatu yang sedikit, tapi dia tidak pernah menyakiti tetangganya?” Rasulullah mengomentari, “Dia termasuk dari penduduk Surga.” (HR. Bukhari di kitab Adabul Mufrad no. 119 dan dishahihkan oleh Syaikh Al Albani rahimahullahu ta’ala)

Wanita ini mengerjakan sholat pada malam hari, di siang hari dia berpuasa, dia juga memiliki amalan-amalan sholih dan dia juga memperbanyak dari ibadah shodaqoh, hanya saja dia suka menyakiti tetangga dengan lisannya. Misalnya dia suka mencela atau ghibah dan lainnya dari berbagai macam penyakit lisan. Maka Nabi mengatakan : “Perempuan itu tidak ada kebaikan pada dirinya”. Dan ini merupakan peringatan yang keras bagi siapa saja yang memiliki sifat ini yaitu menyakiti tetangga dengan lisannya. Dan apabila terkumpul pada diri seseorang bahwa dirinya suka menyakiti tetangga dengan lisan dan juga tangannya, maka ini adalah kejahatan diatas kejahatan dan kejelekan di atas kejelekan.

Maka para ulama mendefinisikan orang shaleh yaitu orang yang memenuhi hak Allah ﷻ dan hak manusia.
  • Imam Ibnu Taimiyyah 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱 berkata:

Ketergelinciran yang pasti dilakukan seseorang adakalanya berupa meninggalkan perintah dan adakalanya berupa mengerjakan larangan, karena Nabi ﷺ bersabda: “Bertaqwalah kamu di mana saja kamu berada.” Kalimat hadits ini begitu menyeluruh. Ungkapan “di mana saja kamu berada” merupakan penjelasan akan butuhnya seseorang kepada taqwa saat sendirian maupun di tengah banyak orang. Lalu sabda Nabi ﷺ: “dan iringi perbuatan buruk dengan perbuatan baik, maka perbuatan baik itu akan menghapus perbuatan buruk tersebut,” mengisyaratkan bahwa seorang dokter jika menjumpai pasiennya terkena penyakit yang membahayakannya maka ia akan memerintahkannya untuk melakukan terapi untuk penyembuhannya. Dosa bagi setiap hamba, seakan perkara yang pasti terjadi.

📃 Penjelasan:

Kemudian, sifat manusia banyak kekurangan dan ketergelinciran, maka bertakwalah kepada Allah dimanapun berada. Dan iringi amal kejelekan dengan kebaikan.

Maka tatkala Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Az-Zariyat Ayat 56:

وَمَا خَلَقْتُ ٱلْجِنَّ وَٱلْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.

Kemudian, menyambungnya dengan ayat selanjutnya:

مَآ أُرِيدُ مِنْهُم مِّن رِّزْقٍ وَمَآ أُرِيدُ أَن يُطْعِمُونِ

Aku tidak menghendaki rezeki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi-Ku makan.

Allah ﷻ tidak butuh kepada kita, tetapi kitalah yang butuh kepada ketakwaan itu sendiri. Karena:

  1. Cinta Kepada Allah ﷻ adalah fitrah manusia.
  2. Sebagai bentuk syukur atas nikmat yang telah Allah berikan kepada kita.
  3. Untuk meraih pahala yang banyak.
  4. Untuk melawan setan (Sesuai dengan janjinya untuk menjerat manusia).

•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ

“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم