بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Kajian Kitab: Wasiat Sughro Ibnu Taimiyah
Pemateri: Ustadz Abu Ubaidah Yusuf As-Sidawiy 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
Pertemuan 3: 3 Dzulqa’dah 1446 / 30 April 2025
Tempat: Masjid Al-Aziz - Jl. Soekarno Hatta no. 662 Bandung.
1. Wasiat Terbaik Untuk Agama dan Dunia
1. Wasiat Taqwa (Telah dijelaskan pada pertemuan sebelumnya).
2. Iringi perbuatan buruk dengan Perbuatan baik (hasanah)
- Imam Ibnu Taimiyyah 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱 berkata:
Lalu sabda Nabi ﷺ: “dan iringi perbuatan buruk dengan perbuatan baik, maka perbuatan baik itu akan menghapus perbuatan buruk tersebut,” mengisyaratkan bahwa seorang dokter jika menjumpai pasiennya terkena penyakit yang membahayakannya maka ia akan memerintahkannya untuk melakukan terapi untuk penyembuhannya. Dosa bagi setiap hamba, seakan perkara yang pasti terjadi.
📃 Penjelasan:
Hasanah dalam hadits mengandung dua makna:
- Taubat - Iringi perbuatan buruk dengan taubat. Maka, dosa-dosa akan diampuni. Rasulullah ﷺ bersabda, "Taubat menghapus dosa-dosa, seolah-olah ia tidak pernah berdosa." (HR. Bukhari dan Muslim).
- Amal-amal kebaikan selain taubat.
Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Hud ayat 114:
إِنَّ ٱلْحَسَنَٰتِ يُذْهِبْنَ ٱلسَّيِّـَٔاتِ ۚ ذَٰلِكَ ذِكْرَىٰ لِلذَّٰكِرِينَ
Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat.
Hadits Abu Bakr Ash Shiddiq, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
« مَا مِنْ عَبْدٍ يُذْنِبُ ذَنْبًا فَيُحْسِنُ الطُّهُورَ ثُمَّ يَقُومُ فَيُصَلِّى رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ يَسْتَغْفِرُ اللَّهَ إِلاَّ غَفَرَ اللَّهُ لَهُ ».
“Tidaklah seorang hamba melakukan dosa kemudian ia bersuci dengan baik, kemudian berdiri untuk melakukan shalat dua raka’at kemudian meminta ampun kepada Allah, kecuali Allah akan mengampuninya.” (HR. Tirmidzi no. 406, Abu Daud no. 1521, Ibnu Majah no. 1395.).
Dalam hadits di atas disebut wudhu, dan shalat, Maka, yang tepat adalah bukan hanya taubat, tapi segala kebaikan dan amal shaleh. Dan banyak hadits-hadits tentang keutamaan amal dan ampunan.
Amal shalih adalah obat penawar seperti dokter yang memberi obat. Dan Dosa bagi setiap hamba, merupakan perkara yang pasti terjadi.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:
وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَوْ لَمْ تُذْنِبُوا لَذَهَبَ اللَّهُ بِكُمْ، وَلَجَاءَ بِقَوْمٍ يُذْنِبُونَ ، فَيَسْتَغْفِرُونَ اللَّهَ فَيَغْفِرُ لَهُمْ
“Demi Dzat yang diriku berada ditanganNya, jika kalian tidak berbuat dosa Allah akan hilangkan kalian dan Allah akan datangkan kaum lain yang berdosa, lalu mereka pun minta ampun kepada Allah, Allah pun ampuni dosa mereka.” (HR. Imam Muslim 2.749)
Hadits ini adalah sebuah pengandaian yang menunjukkan bahwa Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang, dan selalu ada kesempatan untuk bertaubat.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
كُلُّ ابْنِ آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِيْنَ التَّوَّابُوْنَ.
“Setiap anak Adam adalah bersalah dan sebaik-baiknya orang yang melakukan kesalahan adalah mereka yang mau bertaubat.”
HR. At-Tirmidzi (no. 2499), Ibnu Majah (no. 4251), Ahmad (III/198), al-Hakim (IV/244), dari Anas, dan dihasankan oleh al-Albani dalam kitab Shahiih al-Jaami’ish Shaghiir (no. 4391).
Hikmah manusia terjatuh ke dalam dosa-dosa adalah:
1. Agar sadar akan kekurangan diri sendiri, agar tidak sombong.
“Sa’id bin Jubair ditanya: “Siapa orang yang paling (banyak) ibadah(nya di antara) manusia?” (Imam) Sa’id bin Jubair menjawab: “Seseorang yang melakukan dosa, kemudian setiap kali dia teringat dosanya, dia memandang rendah amalnya” (Imam Ahmad bin Hanbal, al-Zuhd, Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 2017, h. 314)
2. Agar mengakui keagungan Allah ﷻ, Allah ﷻ memiliki sifat Ar-Rahman, al-ghaffar, dan sifat mulia lainnya.
"Wahai anak Adam ! Seandainya dosa-dosamu setinggi langit, kemudian engkau minta ampunan kepada-Ku, niscaya Aku mengampunimu dan Aku tidak peduli. Wahai anak Adam ! Jika engkau datang kepadaku dengan membawa dosa-dosa yang hampir memenuhi bumi kemudian engkau bertemu dengan-Ku dalam keadaan tidak mempersekutukan-Ku dengan sesuatu pun, niscaya Aku datang kepadamu dengan memberikan ampunan sepenuh bumi.” [HR. at-Tirmidzi, dan beliau berkata: Hadits ini hasan shahih].
3. Agar kita melakukan berbagai jenis ibadah seperti istighfar, do'a, dan amal shaleh lainnya.
4. Hati-hati dari jerat setan.
- Imam Ibnu Taimiyyah 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱 berkata:
Maka orang cerdas adalah orang yang senantiasa mengerjakan kebaikan untuk menghapus dosa-dosanya.
📃 Penjelasan:
Kenapa kita harus melakukan amal-amal shalih dan ketaatan?
- Karena Allah ﷻ Dzat yang Maha sempurna, yang menghidupkan dan mengatur kita semua.
- Untuk meraih pahala sebanyak-banyaknya, di dunia akan memperoleh ketenangan, dan di akhirat bisa melihat wajah Allah ﷻ dan masuk ke dalam surga.
- Untuk menghapus dosa-dosa kita.
- Amalan-amalan sunnah dapat menutup kekurangan ibadah kita.
Di antara dalil dalam hal ini adalah hadis yang datang dari Sahabat, Abu Hurairah radhiallahu’ ta’ala anhu’ bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda:
إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ النَّاسُ بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ أَعْمَالِهِمُ الصَّلاةُ قَالَ يَقُولُ رَبُّنَا جَلَّ وَعَزَّ لِمَلائِكَتِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ انْظُرُوا فِى صَلاةِ عَبْدِى أَتَمَّهَا أَمْ نَقَصَهَا فَإِنْ كَانَتْ تَامَّةً كُتِبَتْ لَهُ تَامَّةً وَإِنْ كَانَ انْتَقَصَ مِنْهَا شَيْئًا قَالَ انْظُرُوا هَلْ لِعَبْدِى مِنْ تَطَوُّعٍ فَإِنْ كَانَ لَهُ تَطَوُّعٌ قَالَ أَتِمُّوا لِعَبْدِى فَرِيضَتَهُ مِنْ تَطَوُّعِهِ ثُمَّ تُؤْخَذُ الأعْمَالُ عَلَى ذَاكُم.
“Sesungguhnya amalan yang pertama kali dihisab pada manusia di hari kiamat nanti adalah salat. Allah ‘azza wa jalla berkata kepada malaikat-Nya dan Dia-lah yang lebih tahu, “Lihatlah pada salat hamba-Ku. Apakah salatnya sempurna ataukah tidak? Jika salatnya sempurna, maka akan dicatat baginya pahala yang sempurna. Namun jika dalam salatnya ada sedikit kekurangan, maka Allah berfirman: Lihatlah, apakah hamba-Ku memiliki amalan sunah. Jika hamba-Ku memiliki amalan sunah, Allah berfirman: sempurnakanlah kekurangan yang ada pada amalan wajib dengan amalan sunahnya.” Kemudian amalan lainnya akan diperlakukan seperti ini.” (HR. Abu Daud no. 864, Ibnu Majah no. 1426 dan Ahmad 2: 425. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
5. Untuk memperbanyak total saldo tatkala ditimbang di akhirat. Jangan sampai kita termasuk orang-orang yang bangkrut.
Inilah yang disebut dengan orang yang bangkrut atau “muflis” di hari kiamat berdasarkan hadits berikut,
أَتَدْرُونَ مَنِ الْمُفْلِسُ قَالُوا الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لَا دِرْهَمَ لَهُ وَلَا مَتَاعَ فَقَالَ إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي مَنْ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلَاةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ
“Apakah kalian tahu siapa muflis (orang yang pailit) itu?”
Para sahabat menjawab, ”Muflis (orang yang pailit) itu adalah yang tidak mempunyai dirham maupun harta benda.”
Tetapi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Muflis (orang yang pailit) dari umatku ialah, orang yang datang pada hari Kiamat membawa (pahala) shalat, puasa dan zakat, namun (ketika di dunia) dia telah mencaci dan (salah) menuduh orang lain, makan harta, menumpahkan darah dan memukul orang lain (tanpa hak). Maka orang-orang itu akan diberi pahala dari kebaikan-kebaikannya. Jika telah habis kebaikan-kebaikannya, maka dosa-dosa mereka akan ditimpakan kepadanya, kemudian dia akan dilemparkan ke dalam neraka” (HR. Muslim).
Maka, Imam Al-Munawi rahimahullah mengatakan kebanyakan Ahlussunnah masuk neraka karena kedzaliman terhadap sesama.
- Imam Ibnu Taimiyyah 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱 berkata:
Lafazh hadits mendahulukan “perbuatan dosa” padahal ia objek (yang semestinya diakhirkan)[1], karena fokus hadits pada menghapus, bukan mengerjakan kebaikan. Hal ini mirip dengan hadits kecingnya Arab baduwi:
«صُبُّوا عَلَيْهِ ذَنُوبًا مِنْ مَاءٍ»
“Tuangkan di atasnya (bekas kencing) beberapa ember berisi air.” [HR. Syaikhon dan ini lafazhnya Abu Dawud no. 380]
Semestinya amal sholih yang dikerjakan setema dengan perbuatan dosanya, karena hal itu lebih diharapkan bisa menghapusnya.
Footnote:
1. Perbuatan dosa (السيئة) semestinya diakhirkan jika melihat asli kalimatnya تمح الحسنة السيئة. Yang mengerti kaidah Nahwu akan mudah memahami ini.
📃 Penjelasan:
Dalam hadits ini disebut sayyiah ~ perbuatan dosa didahulukan sebelum Hasanah karena inti dari hadits yang dibahas adalah penghapusan dosa, bukan melakukan amal shalih.
Dalam beramal shaleh sebagai penghapus dosa, lakukanlah amalan yang sejenis dari dosa yang kita lakukan. Meskipun hal ini tidak harus, dan bukan sebuah syarat. Seperti:
- Dosa-dosa kita menghibah orang, maka do'akan dia dan puji dia dengan kebaikan.
- Dosa mendengarkan musik, maka perbanyaklah membaca dan mendengar Al-Qur’an.
- Dosa mencuri, menipu dan riba maka perbanyaklah sedekah.
- Suka minum khamr maka perbanyak sedekah minum atau air.
Faktor-faktor Penebus Dosa
Beliau hanya menyampaikan sebagian saja, dan ada sekitar 30an kitab tentang pelebur dosa.
- Imam Ibnu Taimiyyah 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱 berkata:
Dosa-dosa bisa terhapus dengan beberapa faktor berikut:
- Taubat.
- Istighfar tanpa taubat, karena Allah terkadang mengampuni seseorang atas doanya (meminta ampun) meskipun belum bertaubat (belum menyesal dan belum berhenti).[2] Jika taubat dan istighfar terkumpul maka ia sempurna.
Footnote [2] Istighfar adalah ucapan أَسْتَغْفِرُ اللهَ (aku meminta ampunan) atau اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي (ya Allah ampuni aku). Ampunan di sini mengandung dua makna: menutupinya dari manusia dan mengabaikannya hingga tidak menyiksanya. Sehingga orang yang beristighfar seakan berkata: “Ya Allah tutupi dosaku dari pandangan manusia dan jangan siksa aku atas dosaku tersebut.” Adapun taubat di sini bermakna kembali kepada Allah dari maksiat dengan: (1) menyesali dosanya, (2) berhenti, dan (3) bertekad tidak mengulanginya. Dari sini, menjadi jelas perbedaan taubat dan istighfar.
📃 Penjelasan:
Agar taubat seseorang itu diterima, maka dia harus memenuhi tiga hal yaitu: (1) Menyesal, (2) Berhenti secara total dari dosa, dan (3) Bertekad untuk tidak mengulanginya. (4) Mengiringinya dengan amalan shaleh. Dan jika berhubungan dengan hak manusia maka harus dikembalikan.
Jangan bangga dengan dosa-dosa. Mujahir (bahasa Arab: المُجَاهِر) dalam Islam adalah seseorang yang secara terang-terangan mempublikasikan dosa atau keburukannya, meskipun Allah telah menutupi aibnya. Perbuatan mujahir dianggap sebagai dosa besar dan dapat menyebabkan kerugian bagi diri sendiri di dunia dan akhirat.
Taubat hukumnya wajib. Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat at-Tahrim ayat 8:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ تُوبُوٓا۟ إِلَى ٱللَّهِ تَوْبَةً نَّصُوحًا
Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya).
Ayat ini menunjukkan perintah bertaubat adalah wajib. Karena Hukum asal perintah (al-amr) adalah wajib dan perintah wajib mengikat pelakunya dan harus dilakukan dengan segera. Tidak boleh ditunda.
Dan Allah ﷻ sangat senang dengan hamba yang bertaubat. Dari Abu Hamzah Anas bin Malik Al Anshori, pembatu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau berkata bahwa beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
اللَّهُ أَفْرَحُ بِتَوْبَةِ عَبْدِهِ مِنْ أَحَدِكُمْ سَقَطَ عَلَى بَعِيرِهِ ، وَقَدْ أَضَلَّهُ فِى أَرْضِ فَلاَةٍ
“Sesungguhnya Allah itu begitu bergembira dengan taubat hamba-Nya melebihi kegembiraan seseorang di antara kalian yang menemukan kembali untanya yang telah hilang di suatu tanah yang luas.” (HR. Bukhari no. 6309 dan Muslim no. 2747).
Dan Nabi ﷺ selalu beristighfar dalam sehari 100 kali atau 70 kali. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يَا أَيُّهَا النَّاسُ تُوبُوا إِلَى اللَّهِ فَإِنِّى أَتُوبُ فِى الْيَوْمِ إِلَيْهِ مِائَةَ مَرَّةٍ
“Wahai sekalian manusia. Taubatlah (beristigfar) kepada Allah karena aku selalu bertaubat kepada-Nya dalam sehari sebanyak 100 kali.” (HR. Muslim).
Seorang ulama dan Rabhah Al-Qais : Aku memilih 40 dosa dan setiap dosa yang kulakukan aku bertaubat 100 ribu kali.
Para ulama menjelaskan ada 20 perbedaan antara taubat dan istighfar. Diantaranya :
- Taubat dilakukan setelah melakukan dosa, sedangkan istighfar dilakukan kapan saja.
- Taubat harus pelakunya dan istighfar belum tentu pelakunya. Seperti meminta ampun untuk orang tua atau lainnya.
- Taubat tidak ada lafadz secara khusus, yang penting terpenuhi syarat-syaratnya. Sementara istighfar ada lafadz khusus.
Jika kita beristighfar, أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ hakekatnya kita meminta dua hal:
- Minta supaya dosa-dosa kita ditutupi.
- Minta dosa-dosa diampuni di akhirat dan tidak disiksa.
Keutamaan istighfar antara lain:
- Mendatangkan rizki. Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Nuh ayat 10-12:
فَقُلْتُ ٱسْتَغْفِرُوا۟ رَبَّكُمْ إِنَّهُۥ كَانَ غَفَّارًا يُرْسِلِ ٱلسَّمَآءَ عَلَيْكُم مِّدْرَارًا وَيُمْدِدْكُم بِأَمْوَٰلٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَل لَّكُمْ جَنَّٰتٍ وَيَجْعَل لَّكُمْ أَنْهَٰرًا
Maka aku katakan kepada mereka: 'Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai
- Menangkal bahaya atau bencana. Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Anfal Ayat 33:
وَمَا كَانَ ٱللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنتَ فِيهِمْ ۚ وَمَا كَانَ ٱللَّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ
Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang Kamu (Muhammad) berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun.
Abu Musa Al-Asy’ari Rahimaullah berkata dulu Tameng bencana ada dua yaitu keberadaan Nabi ﷺ dan istighfar. Dan sejak Nabi ﷺ wafat, tameng bencana tinggal satu yaitu istighfar.
Maka dalam ayat di atas, kata لِيُعَذِّبَهُمْ (fiil mudhari') karena sifatnya sementara dan Nabi ﷺ telah wafat dan kata selanjutnya مُعَذِّبَهُمْ (isim fail) sifatnya tetap dan selamanya hingga hari kiamat, yaitu satu tameng dengan membaca istighfar.
•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ
“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم