Niatilah untuk Menuntut Ilmu Syar'i

Rasulullah ﷺ bersabda, “Barangsiapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah, maka Allah akan memahamkan dia dalam urusan agamanya.”
(HR. Bukhari no. 71 dan Muslim no. 2436)
Kajian Aqidah

ʙɪꜱᴍɪʟʟᴀʜ

🎙Bersama: Al Ustadz Abu Adib حفظه الله تعالى
📘 Kitab : Syarhus-Sunnah Al Barbahari - Download Matan Kitab Terjemah Matan Kitab Syarah Syaikh Fauzan
🗓 Hari : 20 Muharram 1447 / 16 Juli 2025
🕰 Waktu: Setiap Rabu, ba'da maghrib - isya
🕌 Tempat: Masjid Jajar Surakarta



 

Pertemuan#5: Landasan dan Tolok Ukur Jama'ah adalah Nabi dan Para Sahabatnya

Berkata Imam Al-Barbahari Rahimahullah:

والأساس الذي بينا عليه الجماعة هم أصحاب محمد صلى الله عليه وسلم رحمهم الله أجمعين وهم أهل السنة والجماعة فمن لم يأخذ عنهم فقد ضل وابتدع وكل بدعة ضلالة والضلال وأهله في النار

Landasan dan tolok ukur jamaah adalah para sahabat Nabi Muhammad Sholallohu’alaihi wasallam semoga Allah subahanahu wata’aala merahmati mereka semua, mereka adalah Ahli sunnah wal jamaah, barangsiapa yang tidak mengambil kebenaran dari mereka maka ia telah memilih jalan kesesatan dan kebid'ahan. Setiap yang bid'ah adalah sesat dan setiap pelaku kesesatan pasti akan menjadi penghuni Neraka.

📖 Sebagaimana dalam sabda Nabi: "Setiap yang bid'ah adalah sesat dan setiap yang sesat di dalam neraka." (H.R Nasa’i, dalam kitabul Jum'ah (3/188) dan Al Baihaqi dalam Asma' dan Sifat dari hadits Jabir yang dishahihkan Ibnu Taimiyah dalam "Al Fatawa Al Kubra" (3/163).

📃 Penjelasan:

Dalam hadits tersebut juga berisikan dalil bahwa orang yang mengada-adakan dalam agama, suatu bid’ah yang tidak sejalan dengan syariat, maka dosanya ditimpakan padanya, amalnya tertolak, dan ia mendapatkan ancaman, sebagaimana beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مَنْ أَحْدَثَ حَدَثًا أَوْ آوَى مُحْدِثًا فَعَلَيْهِ لَعْنَةُ اللّهِ.

“Barangsiapa yang mengada-adakan suatu bid’ah atau melindungi pelaku bid’ah, maka ia mendapatkan laknat Allah.” [Muttafaq ‘alaih: al-Bukhari, no. 1870; dan Muslim, no. 1370]

Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Kahfi Ayat 7:

إِنَّا جَعَلْنَا مَا عَلَى ٱلْأَرْضِ زِينَةً لَّهَا لِنَبْلُوَهُمْ أَيُّهُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا

Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya.

 Sesungguhnya Kami telah menjadikan segala apa yang ada di bumi ini berupa makhluk-makhluk yang beragam sebagai perhiasan dan keindahan baginya, dengan tujuan untuk Kami uji mereka; siapakah diantara mereka yang memiliki amalan paling baik lagi diridai Allah, atau siapakah diantara mereka yang memiliki amalan paling buruk, agar setiap dari mereka Kami berikan balasan yang setimpal.

Diriwayatkan oleh Ath-Thabrani dalam Mu’jam Al-Ausath (4202), beliau berkata,

حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ الْفَرْغَانِيُّ قَالَ: نا هَارُونُ بْنُ مُوسَى الْفَرْوِيُّ قَالَ: نا أَبُو ضَمْرَةَ أَنَسُ بْنُ عِيَاضٍ، عَنْ حُمَيْدٍ الطَّوِيلِ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِنَّ اللَّهَ حَجَبَ التَّوْبَةَ عَنْ صَاحِبِ كُلِّ بِدْعَةٍ»

Ali bin Abdullah Al-Farghani menuturkan kepadaku, ia berkata, Harun bin Musa Al-Farwi telah menuturkan kepadaku, Abu Dhamrah Anas bin ‘Iyadh telah menuturkan kepadaku, dari Humaid bin Ath-Thawil, dari Anas bin Malik, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sungguh Allah menghalangi tobat dari setiap pelaku bid’ah.”

Maka, pelaku bid'ah akan terhalangi dari bertaubat kepada Allah ﷻ, padahal taubat adalah kunci penghapus dosa-dosa dimana tidak ada seorangpun yang selamat dari dosa.

Maka sesungguhnya pelaku maksiat terkadang ingin taubat dan kembali, berbeda dengan ahli bid’ah, sesungguhnya dia meyakini bahwa amalanya itu adalah qurbah (ibadah yang mendekatkan kepada Allah), terutama ahli bid’ah kubra (pelaku bid’ah besar). Maka benar apa yang dikatakan Sufyan At-Tsauri : Bid’ah itu lebih disukai Iblis daripada maksiat, karena maksiat bisa ditaubati dan bid’ah tidak (diharapkan) taubat darinya.

Maka, orang yang berbuat bid'ah, akan keruh hatinya, sehingga terlihat dari ciri-cirinya:

1. Memandang dosa-dosa sebagai hal biasa.

Ibnu Mas’ud berkata,

إن المؤمن يرى ذنوبه كأنه قاعد تحت جبل يخاف أن يقع عليه, وإن الفاجر يرى ذنوبه كذباب مر على أنفه فقال به هكذا فذبه عنه

Sesungguhnya seorang mukmin memandang dosa-dosanya seakan-akan ia sedang duduk di bawah gunung dan ia takut gunung tersebut jatuh menimpanya. Dan seorang fajir memandang dosa-dosanya seperti seekor lalat yang lewat di hidungnya lalu ia berkata demikian (mengipaskan tangannya di atas hidungnya) untuk mengusir lalat tersebut.

2. Dia beribadah tidak masuk ke dalam hatinya. Setiap kebaikan tidak menyentuh ke hatinya, hanya casing dan terlihat malas.

3. Susah diberi nasihat.

Allah ﷻ berfirman :

فِى قُلُوبِهِم مَّرَضٌ فَزَادَهُمُ ٱللَّهُ مَرَضًا ۖ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌۢ بِمَا كَانُوا۟ يَكْذِبُونَ

Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta. (QS Al-Baqarah ayat 10).

Mengulang kembali makna Jama’ah:

  1. Suatu wilayah kaum muslimin yang lengkap dengan pemimpin dan aparatnya serta sistemnya.
  2. Orang-orang yang berada dalam Kebenaran, meskipun sendiri.

Rasulullah ﷺ bersabda :

افترقَتِ اليهودُ على إحدى وسبعين فرقةً، وتفرَّقت النَّصارى على اثنتين وسبعين فرقةً، وتَفتَرِقُ أمَّتي على ثلاث وسبعين فرقةً كلها في النار إلا واحدة، قيل: من هي يا رسول الله؟ قال: ما كان أنا عليه وأصحابي. وفي رواية: وهي الجماعة.

“Orang Yahudi telah terpecah belah menjadi 71 golongan, Orang Nasrani telah terpecah menjadi 72 golongan, dan umatku akan terpecah menjadi 73 golongan, semuanya masuk ke Neraka, kecuali satu. Sahabat bertanya: “Siapa itu gerangan wahai Rasulullah?” Rasululullah saw. menjawab: “Orang yang mengikutiku dan para sahabatku.” Dalam riwayat lain: “Mereka adalah al-Jamā’ah.” (HR. Tirmidzi, Abu Daud, dan Ibnu Majah)

Dan akan ada penyeru kebatilan di akhir zaman:

  1. Pakaian dan penampilan sama.
  2. Pintar dalam bahasa kita dan retorika yang bagus.

Di dalam hadits Hudzaifah ini Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan ciri mereka, beliau bersabda :

دُعَاةٌ عَلَى أَبْوَابِ جَهَنَّمَ مَنْ أَجَابَهُمْ إِلَيْهَا قَذَفُوْهُ فِيْهَا فَقُلْتُ يَا رَسُوْلُ اللهِ صِفْهُمْ لَنَا قَالَ نَعَمْ قَوْمٌ مِنْ جِلْدَتِنَا وَيَتَكَلَمُوْنَ بِأَلْسِنَتِنَا

“Akan muncul dai-dai yang menyeru ke neraka jahannam, barangsiapa yang menerima seruan mereka maka mereka akan menjerumuskannya ke dalam jahannam”. Hudzaifah bertanya : “Wahai Rasululah sebutkan cirri mereka ?” Rasulullah menjawab : “Mereka dari golongan kita dan berbicara dengan lisan-lisan kita”.

Maka, kuatkan akidah kita dengan banyak membahas kajian mengenai akidah yang benar.

Ta'liq oleh Syaikh Fauzan Al Fauzan Hafidzahullah:

Perkataan Imam Al-Barbahari : والأساس الذي بينا عليه الجماعة - Landasan dan tolok ukur jamaah.

Siapakah umat yang seperti ini? Mereka adalah para Sahabat Muhammad ﷺ  , dan orang-orang setelah mereka dari kalangan para Tabi'in, dan para pengikut para Tabi'in, dan generasi-generasi terbaik yang mengikuti mereka. Merekalah umat ini, dan orang-orang yang mengikuti teladan mereka dari generasi-generasi setelahnya. Merekalah umat yang harus ditopang oleh seorang Muslim, meskipun ia disakiti, diancam, dihina, dan diserang. Mereka terus bersabar dalam menghadapinya, selama berada di atas kebenaran. Mereka tidak menyimpang dari kebenaran, melainkan bersabar terhadap apa pun yang menimpanya. Jika tidak, mereka akan menjadi sasaran orang-orang jahat, pendukung keburukan, dan pendukung kesesatan.

Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat At-Taubah ayat 100:

> وَٱلسَّٰبِقُونَ ٱلْأَوَّلُونَ مِنَ ٱلْمُهَٰجِرِينَ وَٱلْأَنصَارِ وَٱلَّذِينَ ٱتَّبَعُوهُم بِإِحْسَٰنٍ رَّضِىَ ٱللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا۟ عَنْهُ

Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah ﷻ.

  • Pada ayat ini ada tambahan kata من supaya pemahaman tidak samar, maka sudah pasti bahwa golongan terdahulu yang pertama yang dimaksud adalah para sahabat, golongan muhajirin dan anshar.
  • Jika tidak ada nash lain yang menunjukkan keutamaan para sahabat, maka ayat ini sudah cukup menjadi bukti keutamaan mereka, karena Allah ﷻ ridha kepada mereka,

Kemudian Allah ﷻ berfirman mengingatkan tentang Muhajirin dan Anshar dalam surat Al-Hasyr ayat 10:

وَٱلَّذِينَ جَآءُو مِنۢ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا ٱغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَٰنِنَا ٱلَّذِينَ سَبَقُونَا بِٱلْإِيمَٰنِ وَلَا تَجْعَلْ فِى قُلُوبِنَا غِلًّا لِّلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ رَبَّنَآ إِنَّكَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ

Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa: "Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang".

Orang yang datang kemudian yang mengikuti teladan orang-orang yang benar dan baik yang datang sebelumnya, meskipun ada jarak waktu yang panjang antara mereka dan para sahabat. Mereka berpegang teguh pada apa yang para sahabat anut, apa pun risikonya, maka mereka pun bersabar.

Perkataan Imam Al-Barbahari : (أصحاب محمد صلى الله عليه وسلم) - Para sahabat Nabi Muhammad Sholallohu’alaihi wasallam

Adalah para Muhajirin dan Ansar, karena merekalah yang mendampingi Rasulullah, berjuang bersamanya, mendukungnya, dan menyebarkan agama. Mereka telah menolongnya untuk kita. Mereka adalah perantara antara kita dan Rasulullah. Orang-orang yang menghina atau meremehkan para Sahabat, ingin menghancurkan Islam. Tetapi mereka justru mengarang tipu daya ini. Jika mereka berbicara tentang para Sahabat dan merendahkan mereka, lalu apa yang tersisa dari perantara antara kita dan Rasulullah ﷺ?

Tujuan mereka adalah memutuskan hubungan dengan para pendahulu dari Muhajirin dan Ansar, agar umat manusia tersesat. Jika tidak, apa yang mendorong mereka menghina para Sahabat? Apakah ada perselisihan antara mereka dan para Sahabat tentang uang atau hal serupa? Apakah para sahabat menyakiti mereka, padahal jarak antara mereka dan para sahabat berabad-abad?

•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ

“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم