Oleh
Ustadz Muhammad Arifin Badri
AMAL SHALIH MEMBANTU MENDATANGKAN KEBERKAHAN
Keberkahan bisa diraih berkat beberapa amal shalih yang nyata telah kita lakukan. Misalnya sebagai berikut.
Pertama : Mensyukuri Segala Nikmat
Tiada kenikmatan, apapun wujudnya yang dirasakan menusia, melainkan datang dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Atas dasar itu, Allah Subhanahu wa Ta’ala mewajibkan manusia untuk senantiasa bersyukur kepada-Nya. Dengan cara senantiasa mengingat bahwasanya kenikmatan tersebut datang dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, diteruskan mengucapkan hamdalah, dan selanjutnya menafkahkan sebagai kekayaannya di jalan-jalan yang diridhai Allah Subhanahu wa Ta’ala. Seseorang yang telah mendapatkan taufik untuk bersyukur, ia akan mendapatkan keberkahan dalam hidupnya, sehingga Allah akan senantiasa melipatgandakan kenikmatan baginya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.
“Dan ingatlah tatkala Rabbmu mengumandangkan : “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku) maka sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih” [Ibrahim : 7]
Pada ayat lain, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.
“Dan barangsiapa yang bersyukur, maka sesungguhnya ia bersyukur demi (kebaikan) dirinya sendiri” [An-Naml : 40]
Imam Al-Qurthubi rahimahullah berkata :”Manfaat bersyukur tidak akan dirasakan, kecuali oleh pelakunya sendiri. Dengan itu, ia berhak mendapatkan kesempurnaan dari nikmat yang telah ia dapatkan, dan nikmat tersebut akan kekal dan bertambah. Sebagaimana syukur, juga berfungsi untuk mengikat kenikmatan yang telah didapat serta menggapai kenikmatan yang belum dicapai” [8]
Majalah Syir'ah, Tahannus, Februari 2004
Oleh Mujtaba Hamdi
Ternyata dalam ingatan kita makna berkah memiliki porsi tersendiri . Saat kata berkah hadir dalam sebuah percakapan, misalnya, tiba-tiba dalam memori kita muncul gambar sebuah keberlimpahan yang bersifat murni kehendak Ilahi. Berkah berupa rezeki: gambar yang segera timbul di benak kita adalah duit yang banyak, berlimpah ruah, atau setidaknya uang yang punya manfaat berlipat. Berkah berupa ilmu: memori kita seakan melayang ke sosok yang pengetahuannya banyak berguna bagi masyarakat.
Sebaliknya, rezeki tidak berkah atau ilmu tidak berkah mengingatkan kita akan sebuah ketidakbergunaan dan kesia-siaan. “Rezekinya tidak berkah. Lihat saja, meski berduit, anak-anaknya badung,” begitu kata orang. “Ia pandai, tapi ilmunya tidak berkah. Buktinya, pikiran-pikirannya sesat, menyeleweng dari syariah,” ini juga ungkapan yang biasa terdengar.
Ingatan kita tentang berkah, yang berasal dari kata al-barakah, seolah-olah ada begitu saja. Kita hampir tak pernah bertanya sejak kapan gambaran macam itu tumbuh di kepala. Barangkali, kita juga tidak menyadari bahwa kisah tentang berkah yang disampaikan kepada kita selalu yang itu-itu juga. Kisah Rasulullah di masa Perang Tabuk ini, contohnya. Syahdan, para Sahabat dilanda kekurangan bahan makanan. Mereka pun mengusulkan kepada Rasulullah, “Ya Rasul, izinkanlah kami menyembelih unta-unta itu untuk kami makan.”