Pembahasan Kitab Tauhid

Karya Dr. Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al fauzan dan Team Ahli Tauhid. Terdiri dari tiga buku yang resumenya kami sajikan di hadapan antum semua. Jangan bosan belajar Tauhid. Karena inilah tujuan dakwah para Rasul. Baarokallohufiikum...
Kitab Tauhid 1 Kitab Tauhid 2 Kitab Tauhid 3

بسم الله الرحمن الرحيم

🎙Bersama: Al Ustadz Fuad Efendi Lc.,M.H حفظه الله تعالى
📘 Materi : Kitab Tauhid Bab 37 | Termasuk Syirik Beramal Shaleh Untuk Dunia - Pertemuan 1
🗓 Hari : Selasa, Selasa, 23 Rabi’ul Awal 1447 / 16 September 2025
🕰 Waktu: Ba'da Maghrib - Isya'
🕌 Tempat: Masjid Jajar Surakarta
📖 Daftar Isi:



٣٧ - باب من الشرك: إرادة الإنسان بعمله الدنيا
Bab 37-1 Termasuk Syirik Beramal Shaleh Untuk Dunia

Mukadimah

Dalam bab ini, syekh Muhammad bin Abdil Wahhab rahimahullah menyebutkan 1 ayat, dan 1 hadits, yang menunjukkan larangan mengharapkan dunia semata dari suatu amal ibadah. Dan dibahas setelah pembahasan masalah riya' (Mengharapkan pujian), cakupan pembahasannya lebih umum dan mencakup beramal mengharapkan materi dunia seperti harta, tahta, wanita, dan lainya. Maka, dari sisi dzahir (dunia) ada manfaatnya, dan bahayanya bertahan lama seperti mencari ilmu yang cukup lama karena mengharap dunia.

Dalam bahasan ini adalah kesyirikan:

  1. Syirik besar: yaitu bagi orang kafir dan munafik. Mereka mengharap murni dunia dalam beramal.
  2. Syirik kecil: jika kurang sempurna imannya maka ada niat yang melenceng mengharapkan dunia, tetapi tidak sampai mengeluarkan dari islam.

Dalam bahasan ini dikecualikan bekerja atau mencari ilmu untuk kehidupan dunia. Hal tersebut dibolehkan asal terhindar dari ujub dan sombong. Tetapi jika beramal untuk mengharapkan dunia, inilah yang dibahas dalam kajian ini.

Hukum Mencampurkan Niat dalam Beramal Shalih

1. Niat amal shalih bercampur dengan niat amal shalih lainya

  • Diantaranya, seorang imam yang memanjangkan ruku'nya agar yang hadir tidak ketinggalan dan mendapatkan raka'atnya. Hal ini hukumnya boleh. (Syaikh Izzuddin bin Abdussalam As-Syafii dalam kitabnya Qawa'id al-Ahkam fi Masalih al-Anam).
  • Diriwayatkan oleh Imam Bukhori rahimahullah, bahwa Malik Ibnul Huwairits Radhiyallahu’anhu, menggabungkan niat Shalat dan sekaligus mengajari orang yang shalat.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menjelaskan tata cara shalat pada umatnya dengan ucapan seperti hadits-hadits yang telah dibahas dalam Bulughul Maram dan dengan perbuatan beliau.

Dari Sahl bin Sa’ad radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah shalat di mimbar lantas beliau berkata, “Aku melakukan seperti ini agar kalian mengikutiku dan agar kalian belajar bagaimanakah aku shalat.” (HR. Bukhari, no. 917 dan Muslim, no. 544)

  • Mempercepat shalat karena anak kecil menangis. Dari Anas bin Malik radhiallahu’anhu, Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

إِنِّي لَأَدْخُلُ فِي الصَّلاَةِ وَأَنَا أُرِيدُ إِطَالَتَهَا، فَأَسْمَعُ بُكَاءَ الصَّبِيِّ، فَأَتَجَوَّزُ فِي صَلاَتِي مِمَّا أَعْلَمُ مِنْ شِدَّةِ وَجْدِ أُمِّهِ مِنْ بُكَائِهِ

“Aku pernah mengimami shalat dan aku berniat untuk memperpanjang shalat tersebut. Namun aku mendengar tangisan anak kecil. Maka aku ringkas shalat tersebut karena aku memahami betapa berat perasaan ibunya karena tangisan anaknya” (HR. Bukhari no. 709, Muslim no. 470).

Dalam hadits ini juga jelas dicontohkan oleh Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bahwa beliau mempercepat shalat ketika mendengar ada anak kecil yang menangis dan khawatir membuat ibunya bersedih.

2. Mencampurkan niat ibadah dengan mengharapkan dunia

Secara umum seperti telah dibahas sebelumnya, amalan tersebut gugur. Jika dia berniat akhirat dan dicampur dengan niat dunia, ada dua kemungkinan:

  1. Mengharapkan dunia murni, tidak dilakukan oleh seorang muslim.
  2. Mengharapkan sebagian niat dunia, seperti mengharapkan ijazah agar gaji besar dalam belajar ilmu Syar'i.

Syaikh Utsaimin Rahimahullah memberi solusi:

  1. Hendaklah seorang meluruskan niatnya dalam menuntut ilmu, ia menuntut ilmu untuk mengharapkan keridhaan Allah Ta’ala, lalu meniatkan untuk mengangkat kebodohan dari dirinya dan orang lain.
  2. Ijazah sebagai sarana pendukung dakwahnya. Seperti halnya tongkat nabi Musa alaihissalam. Karena biasanya jika ada gelar seseorang akan lebih dipercaya dibanding tidak memiliki gelar. Hendaklah perkerjaan tersebut juga diniatkan untuk membantunya dalam ketaatan pada Allah dan memberikan pelayanan pada kaum muslimin.

Maka, dalam hal ini mengharapkan dunia dan akhirat, tidak mengapa.

Beberapa keadaan dalam motivasi beramal untuk dunia dan akhirat:

1. Motivasi syari'at jika beramal karena mengharapkan dunia.

Dan ini boleh karena telah disebutkan dalam dalil Syar'i.

  • Contohnya berobat dengan sedekah. Disebutkan di dalam hadis dari Abdullah bin Mas’ud dan Ubadah bin Shomit -semoga Allah meridai keduanya-, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

وداوُوا مرضاكم بالصدقة

“Obatilah orang-orang sakit kalian dengan bersedekah.” (Dinilai hasan oleh Syekh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ dan Shahih At-Targhib)

  • Keutamaan menyambung silaturahim adalah diluaskan rezekinya dan dipanjangkan umurnya. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

من أحب أن يبسط له في رزقه، وينسأ له في أثره فليصل رحمه

“Barangsiapa yang ingin diluaskan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka sambunglah tali silaturahmi” (HR. Bukhari – Muslim).

  • Dalam surat At Thalaq ayat 2-3 yang berisi tentang adanya rezeki tak disangka-sangka dari Allah untuk setiap makhlukNya.

وَمَنْ يَّتَّقِ اللّٰهَ يَجْعَلْ لَّهٗ مَخْرَجًا ۙ ٢ وَّيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُۗ وَمَنْ يَّتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ فَهُوَ حَسْبُهٗ ۗاِنَّ اللّٰهَ بَالِغُ اَمْرِهٖۗ قَدْ جَعَلَ اللّٰهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا

Siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya. dan menganugerahkan kepadanya rezeki dari arah yang tidak dia duga. Siapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)-nya. Sesungguhnya Allahlah yang menuntaskan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah membuat ketentuan bagi setiap sesuatu. (QS At Talaq: 2-3).

Jika dia beramal untuk akhirat, maka rezekinya akan mengikutinya dan ini tidak mengapa.

  • Boleh mengejar musuh agar bisa memperoleh baju besi yang bagus.

Tetapi tidak sama kadar pahala yang Telah dicampuri dengan niat dunia.

2. Mengharap Pahala dunia dan akhirat tanpa ada janji dari syari'at.

Ulama berbeda pendapat,

  1. Ada yang tidak membolehkan, ini pendapat Ibnu Hazm dan lainnya.
  2. Pendapat lainnya membolehkan, dan tetap mendapatkan pahala.

Seperti orang yang berpuasa agar mendapatkan pahala dan sehat (diet). Dalilnya dikiaskan dengan amalan-amalan yang mendapat janji syariát.

  1. Pendapat ketiga jika niat dominan untuk akhirat, maka dia mendapatkan pahala. Jika niatnya dominan untuk dunia, maka dia tidak mendapatkan pahala. Wallohu'alam.

 •┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ

“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم