Bismillah, alhamdulillah wa shalaatu wassalaam ‘ala rasuulillah wa ‘ala aalihi wa man tabi’ahu bi ihsan ila yaumiddin.
Seuntai kalimat yang sangat mulia, begitu mudah dilafalkan serta mendatangkan keberkahan. Dengan basmalah Allah Ta’ala membuka kitabnya yang mulia, dengan basmalah pula pembuka surat Nabi Sulaiman kepada Bilqis, dan dengan basmalah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam membuka surat-suratnya kepada para raja untuk mengajak mereka melakukan penghambaan diri hanya kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Dengan membaca basmallah semoga Allah melimpahkan kepada kita keberkahnnya serta melindungi kita dari keburukan setan.
Membacanya dapat membuat setan menjadi kecil
Imam Ahmad bin Hanbal dalam musnadnya meriwayatkan dari seseorang yang dibonceng oleh Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam, ia berkata,
“Tunggangan Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam tergelincir, maka aku katakan: ‘Celaka setan.’ Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Janganlah engkau mengucapkan ‘celakalah setan.’ Karena jika engkau mengucapkannya, maka ia akan membesar dan berkata: ‘dengan kekuatanku, aku jatuhkan dia.’ Jika engkau mengucapkan bismillah, maka ia akan menjadi kecil hingga seperti seekor lalat.’”(HR. Ahmad, Abu Daud dan dishahihkan Al-Albani)
Ini merupakan berkah dari ucapan “Bismillah “
Dialog Heraclius dan Abu Sufyan
Di masa jahiliyah bohong atau dusta adalah sifat yang hina. Mereka benar-benar memandang dusta sebagai sifat rendahan. Islam hadir di lisan masyarakat yang jujur ini sehingga syahadat bisa terwakili dengan zhahir ucapan lisan. Ketika lisan mereka telah berucap itu berarti isi hati dan perbuatan pun sama.
Berikut ini sebuah kisah dimana orang-orang Arab jahiliyah menganggap dusta adalah aib yang tercela dan memalukan. Orang-orang akan mengingatnya dalam waktu yang panjang. Dan dicap sebagai pembohong. Apalagi kalau yang berdusta adalah seorang tokoh. Kisah ini sekaligus menguatkan hikmah mengapa Nabi Muhammad ﷺ diutus di Arab.
Dari Abdullah bin Abbas:
Setelah Caisar Heraclius (Raja Romawi) membaca surat Rasulullah ﷺ yang ditujukan kepadanya, ia berkata, “Hadapkan kepadaku salah seorang dari kaum orang yang mengaku Nabi ini. Aku ingin bertanya tentang dia”.
Abdullah bin Abbas melanjutkan:
Abu Sufyan bercerita kepadaku bahwa ia dan orang-orang Quraisy berada di Syam untuk berdagang. Saat itu Rasulullah ﷺ dan orang-orang Quraisy masih sedang mengikat perjanjian damai. Lalu datanglah utusan Caisar. Kami pun diundang bertemu raja. Kami masuk menemui Caisar. Caisar duduk di singgasananya dengan mengenakan mahkota. Dan di sekelilingnya terdapat tokoh-tokoh Kerajaan Romawi.
Selengkapnya: Bohong, Sifat yang Hina di Masyarakat Jahiliyah