عُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ - Durhaka Kepada Orang Tua #2
بسم اﷲالرحمن الرحيم
Ustadz mengingatkan bahwa hidup kita sebentar, dan tidak setiap saat kita beribadah langsung dengan Allah ﷻ (maghdhoh), maka orang yang cerdas adalah orang yang menjadikan aktivitas yang bersifat mubah dapat dinilai ibadah disisi Allah ﷻ.
Caranya? Niatkan segala aktivitas mubah karena Allah ﷻ maka setiap kegiatan yang kita lakukan akan dinilai ibadah. Sungguh indah perkataan Ibnul Qayyim rahimahullah saat menjelaskan makna ibadah: istilah yang mencakup segala sesuatu yang dicintai dan diridhai Allah ﷻ, baik perkataan maupun perbuatan lahir maupun batin.
Ibadah tidak terbatas pada ritual formal seperti shalat, puasa, dan zakat, melainkan mencakup semua tindakan yang dilakukan untuk mencari keridhaan Allah, seperti memenuhi hak-hak keluarga, tamu, berbakti kepada orang tua dan bahkan zuhud dari keinginan duniawi.
Selengkapnya: Ahaditsul Akhlak: Durhaka Kepada Orang Tua [Bagian ke-2]
ʙɪꜱᴍɪʟʟᴀʜ
Kajian Mukhtashar fii Khuluqil Muslim#4 | Oleh: Sulthan Bin Abdullah Al-‘Umary Hafidzahullah
Download Kitab: s-alamri.com
🎙| Bersama: Al Ustadz Abu Adib Hafidzahullah
🗓 | Hari/Tanggal: Rabu, 11 Rabi'ul Awal 1447 / 3 September 2025
🕰 | Waktu: ba'da maghrib - isya
🕌 | Tempat: Jajar Islamic Center Surakarta
Daftar Isi:
Telah berlalu pembahasan mengenai 15 poin akhlak seorang muslim kepada Allah ﷻ: https://shorturl.at/DcVyA
Selanjutnya:
Ustadz mengawali kajian dengan mengingatkan kita untuk selalu bersyukur atas nikmat kesempatan menuntut ilmu, karena ini adalah ghanimah yang tidak diberikan kepada semua orang.
Ilmu adalah sumber kebaikan. Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan beberapa nikmat dan karunia-Nya atas Rasul-Nya (Nabi Mu-hammad) shallallaahu ‘alaihi wa sallam, dan menjadikan nikmat yang paling agung adalah diberikannya Al-Kitab dan Al-Hikmah, dan Allah mengajarkan beliau apa yang belum diketahuinya. Dan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّيْنِ.
“Barangsiapa dikehendaki kebaikan oleh Allah, maka Dia akan memberikan pemahaman agama kepadanya.”[HR Bukhari Muslim]
Maka, orang yang tidak diberi nikmat ilmu dan jahil Maka akan ada tiga kehinaan: Di dunia, di alam barzakh saat ditanya malaikat akan menjawab laa adrii (aku tidak tahu) karena bodoh, kemudian di akhirat akan di adzab dan mendapat kehinaan.
Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-A'raf ayat 179:
وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِّنَ ٱلْجِنِّ وَٱلْإِنسِ ۖ لَهُمْ قُلُوبٌ لَّا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَّا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ ءَاذَانٌ لَّا يَسْمَعُونَ بِهَآ ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ كَٱلْأَنْعَٰمِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْغَٰفِلُونَ
Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.
Itulah bahayanya kejahilan, maka kejahilan dimasukkan ke dalam dosa besar oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab Rahimahullah dalam kitabnya Al-Kabair.
Selengkapnya: Mukhtashar fii Khuluqil Muslim#4: Akhlak Muslim kepada Allah ﷻ