ʙɪꜱᴍɪʟʟᴀʜ
Kajian Mukhtashar fii Khuluqil Muslim#6 | Oleh: Sulthan Bin Abdullah Al-‘Umary Hafidzahullah
Download Kitab: s-alamri.com
🎙| Bersama: Al Ustadz Abu Adib Hafidzahullah
🗓 | Hari/Tanggal: Rabu, 24 Rabi’ul Awal 1447 / 17 September 2025
🕰 | Waktu: ba'da maghrib - isya
🕌 | Tempat: Jajar Islamic Center Surakarta
#3 Akhlak Seorang Muslim terhadap Rasul ﷺ
Daftar Isi:
Setelah memuji Allâh dan bershalawat atas Nabi-Nya, Ustadz mengawali kajian dengan mengingatkan kita untuk selalu bersyukur atas nikmat yang telah Allah Ta’ala berikan hingga masih dipertemukan dalam majelis ilmu.
Dari Mu’awiyah radhiallahu’anhu, beliau berkata, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
مَن يُرِدِ اللهُ به خيرًا يُفَقِّهْه في الدينِ
“Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan padanya, niscaya Allah akan jadikan ia faham dalam agama” (Muttafaqun ‘alaihi).
Jika seseorang jauh dari ilmu, maka itu tanda kebinasaan. Karena ilmu adalah sumber segala kebaikan.
Ucapan Asy Syafi’i rahimahullah,
مَنْ أَرَادَ الدُّنْيَا فَعَلَيْهِ باِلعِلْمِ وَمَنْ أَرَادَ الآخِرَةَ فَعَلَيْهِ باِلعِلْمِ
“Barangsiapa yang menginginkan (kebahagiaan) dunia, maka hendaknya dengan ilmu. Dan barangsiapa yang menginginkan (kebahagiaan) akhirat, maka hendaknya dengan ilmu.” (Manaqib Asy Syafi’i, 2/139)
Telah berlalu pembahasan mengenai 6 poin akhlak seorang muslim kepada Rasulullah ﷺ : https://shorturl.at/EYwHr
Selanjutnya:
7. Menyebarkan Sunnah Beliau ﷺ
٧ . نشْرُ سنِتِهِ بينَ الناسِ بالحِكْمَةِ والأسلُوبِ الحَسنِ، وفي الحديث: (بلغوا عنّي ولو آية) أخرجه البخاري.
7. Menyebarkan sunnahnya di tengah masyarakat dengan hikmah dan metode yang bagus. Dalam hadis: "Sampaikanlah dariku meskipun hanya satu ayat." (HR. Al-Bukhari).
Hikmah adalah mengambil sesuatu dengan cara yang pas. Dan juga menggunakan ushlub yang bagus.
Hidayah memang milik Allah, namun Dia membuat hidayah itu teranugerahi kepada seseorang melalui usaha. Dan tentunya, usaha kita mengajak manusia kepada hidayah mesti merujuk pada sebaik-baik teladan, yaitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Ketika mengutus sahabat Mu’adz bin Jabal dan Abu Musa Al Asy’ari -radhiyallahu ‘anhumaa- untuk berdakwah ke Yaman, beliau menyampaikan pesan emas kepada kedua sahabat tersebut:
“Berilah kemudahan dan jangan mempersulit, Berilah kabar gembira dan jangan membuat mereka lari..” [HR Bukhari dan Muslim].
Meskipun pesan tersebut singkat, namun maknanya sangat luas dan mendalam. Disebutkannya “jangan mempersulit” sebagai antonim setelah “berilah kemudahan”, memberikan faidah penegasan, bahwa perintah tersebut tidak hanya sekali saja, namun dalam segala kondisi.
Dari Anas bin Malik radhiyallahu anhu, beliau berkata, Seorang Arab Badui pernah memasuki masjid, lantas dia kencing di salah satu sisi masjid. Lalu para sahabat menghardik orang ini. Namun Nabi shallallahu alaihi wa sallam melarang tindakan para sahabat tersebut.
Nabi shallallahu alaihi wa sallam memiliki sikap yang sangat bagus dalam menyikapi umatnya. Beliau shallallahu alaihi wa sallam melarang para sahabat untuk menghardik orang ini karena ada bahaya yang ditimbulkan di balik itu. Karena dia orang Badui yang belum berilmu, Inilah hikmah.
Lain halnya tatkala sahabat memakai cincin emas, Suatu ketika, Nabi melihat seorang laki-laki masih memakai cincin emas. Beliau pun mencabut langsung cincin emas itu dari pemakainya dan melemparkannya. Beliau juga menjelaskan bahwa cincin emas itu adalah bara api neraka yang diletakkan di tangan seorang laki-laki. Beliau bersikap keras, karena sahabat ini telah berilmu, sehingga beda perlakuan.
Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Yusuf Ayat 108:
قُلْ هَٰذِهِۦ سَبِيلِىٓ أَدْعُوٓا۟ إِلَى ٱللَّهِ ۚ عَلَىٰ بَصِيرَةٍ أَنَا۠ وَمَنِ ٱتَّبَعَنِى ۖ وَسُبْحَٰنَ ٱللَّهِ وَمَآ أَنَا۠ مِنَ ٱلْمُشْرِكِينَ
Katakanlah: "Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik".
Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah menjelaskan makna Bashirah:
- Tentang ilmu yang akan diajarkan. Kuat pemahaman dan pengetahuan yang akan diajarkan.
- Cara menyampaikan ilmu dengan benar dan mudah diterima.
- Kepada siapa ilmu akan didakwahkan.
Maka, nasehat Nabi ﷺ menasehati Muadz bahwa yang akan didakwahi adalah ahlul kitab, agar Muadz menyiapkan diri.
***
8. Membela Sunnah Beliau ﷺ
٨ . الدفاعُ عن سنتهِ عندما يقدحُ فيها أحد، والغريبُ أنّ بعضَ الناسِ لو تكلمَ أحدٌ في نَسَبِهِ أو قبِيلتِهِ لغَضِبَ غضبًا شديداً، ولكن عندما يتكلمُ أحدٌ في الرسولِ الله أو سنته لا يردُّ بشيء، ولا شك أن هذا مِن علاماتِ ضعفِ المحبةِ للرسولِ صَلَ اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.
8. Membela sunahnya ketika menjelek-jelekan. Sunnguh Mengherankan, ada orang yang menjadi sangat marah ketika seseorang membicarakan tentang silsilah atau sukunya. Namun, ketika seseorang membicarakan tentang Rasulullah ﷺ atau sunnahnya, mereka tidak menanggapinya. Tak diragukan lagi, ini merupakan tanda lemahnya cinta kepada Rasulullah ﷺ.
Padahal seseorang akan dikumpulkan bersama orang-orang yang ia cintai.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ
“Engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai.” (HR. Bukhari no. 6170 dan Muslim no. 2639)
Siapapun yang mencela Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka dia kafir dan pedang terhunus pantas untuknya, sebagaimana dijelaskan para ulama.
Namun, perlu digarisbawahi bahwa penegakan hukum tersebut adalah wilayah pemimpin, bukan individu orang.
***
9. Beriman kepada Berita-berita yang Beliau ﷺ Bawa
٩. تصديقُهُ في الأخبارِ التي جاءَ بها من أمورِ الغيبياتِ، مثلَ أحاديثِ أشراطِ الساعةِ وعذاب القبر وأحوالٍ يوم القيامة.
9. Beriman kepada berita-berita yang dibawanya mengenai hal-hal yang ghaib, seperti hadits-hadits tentang tanda-tanda kiamat, siksa kubur, dan syarat-syarat hari kiamat.
Beriman kepada berita ghaib artinya membenarkan dan meyakini segala hal gaib yang diberitakan oleh Allah ﷻ dan Rasul-Nya, berdasarkan dalil-dalil syar'i seperti Al-Qur'an dan Hadis yang shahih, yang tidak bisa dijangkau oleh akal atau indra manusia, namun hakikatnya ada.
Seperti adanya siksa kubur, kemudian dibangkitkan dalam keadaan telanjang, tanpa alas dan tanpa dikhitan. Matahari didekatkan dan keringat membanjiri manusia. Seperti dalam hadits-hadits berikut:
- Hadits Abdullah Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘Anhuma, beliau berkata:
أنَّ رسولَ الله – صلى الله عليه وسلم – مرَّ بِقَبْرَيْنِ فَقَالَ: «إنَّهُمَا يُعَذَّبَانِ، وَمَا يُعَذَّبَانِ في كَبيرٍ! بَلَى إنَّهُ كَبِيرٌ: أمَّا أَحَدُهُمَا، فَكَانَ يَمْشِي بِالنَّمِيمَةِ، وأمَّا الآخَرُ فَكَانَ لاَ يَسْتَتِرُ مِنْ بَوْلِهِ».
Pernah suatu ketika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melewati dua kuburan, beliau bersabda:
“Sesungguhnya dua orang penghuni kubur ini sedang disiksa dengan siksaan kubur. Mereka tidak diazab pada suatu hal yang besar, namun memang perbuatan itu perbuatan yang besar. Adapun salah satu di antara dua orang tersebut berjalan untuk mengadu domba di antara manusia (dengan menyampaikan perkataan dari satu orang ke orang yang lain untuk merusak hubungan di antara dua orang tersebut). Adapun satunya lagi yang diazab dalam kubur, dia adalah orang yang tidak membersihkan kencingnya.” (Muttafaqun alaih)
- Pemakan riba berenang di sungai darah saat di neraka:
وَأَمَّا الرَّجُلُ الَّذِى أَتَيْتَ عَلَيْهِ يَسْبَحُ فِى النَّهَرِ وَيُلْقَمُ الْحَجَرَ ، فَإِنَّهُ آكِلُ الرِّبَا
“Adapun orang yang datang dan berenang di sungai lalu disuapi batu, itulah pemakan riba.” (HR. Bukhari, no. 7047)
Keyakinan ini merupakan salah satu pilar rukun iman yang penting, yang menuntut ketaatan dan pemahaman sesuai tuntunan para sahabat Rasulullah (salafush shalih), dan melarang mengedepankan logika akal semata karena bisa berujung pada kesesatan.
- Hadis mengenai disembelihnya kematian.
Dari sahabat Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
يُؤْتَى بِالْمَوْتِ كَهَيْئَةِ كَبْشٍ أَمْلَحٍ فَيُنَادِي بِهِ مُنَادٍ : يَا أَهْلَ الْجَنَّةِ ! فَيَشْرَئِبُوْنَ وَيَنْظُرُوْنَ, فَيَقًوْلُ : هَلْ تَعْرِفُوْنَ هَذَا ؟ فَيَقُوْلُوْنَ : نَعَمْ, هَذَا الْمَوْتُ, وَكُلُّهُمْ قَدْ رَآهُ, ثُمَّ يُنَادِي مُنَادٍ : يَا أَهْلَ النَّارِ فَيَشْرَئِبُوْنَ وَيَنْظُرُوْنَ, فَيَقُوْلُ : هَلْ تَعْرِفُوْنَ هَذَا ؟ فَيَقُوْلُوْنَ : نَعَمْ, هَذَا الْمَوْتُ وَكُلُّهْمْ قَدْ رَآهُ فَيُذْبَحُ بَيْنَ الْجَنَّةِ وَالنَّارِ ثُمَّ يَقُوْلُ : يَا أَهْلَ الْجَنَّةِ خُلُوْدٌ فَلاَ مَوْتَ, وَيَا أَهْلَ النَّارِ خُلُوْدٌ فَلاَ مَوْتَ
“Kematian didatangkan dalam bentuk kambing berkulit hitam putih. Lalu, ada penyeru yang memanggil, ‘Wahai penduduk surga!’ Mereka menengok dan melihat. Penyeru itu berkata, ‘Apakah kalian mengenal ini?’ Mereka menjawab, ‘Ya, itu adalah kematian.’ Mereka semua telah melihatnya. Kemudian penyeru memanggil, ‘Wahai penduduk neraka!’ Mereka menengok dan melihat. Penyeru itu berkata, ‘Apakah kalian mengenal ini?’ Mereka menjawab, ‘Ya, itu adalah kematian.’ Mereka semua telah melihatnya. Kemudian kematian disembelih di antara surga dan neraka. Lalu penyeru berkata, ‘Wahai penduduk surga, kekekalan dan tiada lagi kematian setelahnya, dan wahai penduduk neraka, kekekalan dan tiada lagi kematian setelahnya.’“ (HR. Bukhari dan Muslim)
- Hadits sayap lalat mengandung obat. Jatuhnya lalat di makanan atau minuman.
وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ – رضي الله عنه – قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – – إِذَا وَقَعَ اَلذُّبَابُ فِي شَرَابِ أَحَدِكُمْ فَلْيَغْمِسْهُ, ثُمَّ لِيَنْزِعْهُ, فَإِنَّ فِي أَحَدِ جَنَاحَيْهِ دَاءً, وَفِي اَلْآخَرِ شِفَاءً – أَخْرَجَهُ اَلْبُخَارِيُّ وَأَبُو دَاوُدَ, وَزَادَ: – وَإِنَّهُ يَتَّقِي بِجَنَاحِهِ اَلَّذِي فِيهِ اَلدَّاءُ –
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila ada lalat jatuh ke dalam minuman salah seorang di antara kalian, maka benamkanlah lalat itu kemudian keluarkanlah, sebab salah satu sayapnya ada penyakit dan pada sayap lainnya ada obat penawar.” (Dikeluarkan oleh Bukhari). [HR. Bukhari, no. 3320]
****
10. Menjauhi Apa-apa yang Beliau ﷺ Larang
١٠ . البعدُ عمّا نهى عنه؛ لأنّ ذلك طريقَنا للجنةِ، قال ﷺ : (كل أمتي يدخلون الجنة إلا من أَبَى». قيل: ومَنْ يَأْبَى يا رسول الله؟ قال: «من أطاعني دخل الجنة، ومن عصاني فقد أَبَى») رواه البخاري.
10. Menjauhi apa yang dilarangnya, karena itulah jalan kita menuju surga. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Semua umatku akan masuk surga kecuali yang enggan, para Sahabat bertanya, “Wahai Rasûlullâh! Siapakah yang enggan?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Barangsiapa yang mentaatiku niscaya ia akan masuk surga, dan siapa yang bermaksiat kepadaku maka dia enggan (untuk masuk surga).” - (HR. Al-Bukhari).
Makna hadits ini bahwasanya umat beliau yang mentaati dan mengikuti petunjuk beliau akan masuk surga. Barangsiapa yang tidak mengikutinya berarti dia enggan masuk surga.
Barangsiapa yang mengikuti Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mentauhidkan Allah serta istiqomah dalam syariat Allah serta menunaikan shalat, menunanaikan zakat, melaksanakan puasa Ramadhan, berbakti kepada kedua orangtua, menjaga dari perkara yang Allah haramkan seperti perbuatan zina, meminum minuman yang memabukkan, dan perkara haram lainnya, maka akan masuk ke dalam surga. Karena orang tersebut telah mengikuti Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه عَنْ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم أنه قال: «وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَا يَسْمَعُ بِي أَحَدٌ مِنْ هَذِهِ الْأُمَّةِ يَهُودِيٌّ وَلَا نَصْرَانِيٌّ، ثُمَّ يَمُوتُ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِالَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ إِلَّا كَانَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ». [صحيح] - [رواه مسلم] - [صحيح مسلم: 153]
Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, “Demi (Tuhan) yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya! Tidak ada seorang pun dari umat manusia, baik Yahudi maupun Nasrani, yang mendengar tentang diriku lalu ia meninggal dalam keadaan tidak beriman kepada risalah yang aku bawa, melainkan ia adalah penghuni neraka.”
[Sahih] - [HR. Muslim] - [Sahih Muslim - 153]
Maka siapa yang tidak mengikuti petunjuk Rasulullah ﷺ hingga ajal menjemputnya, pasti akan masuk neraka; yaitu orang-orang kafir, munafik dan ahli bid’ah yang mukafirah.
Keadaan manusia di akhirat kelak:
- Masuk surga tanpa hisab.
- Masuk surga dengan dihisab yang ringan.
- Masuk surga tetapi dimasukan ke neraka terlebih dahulu untuk membersihkan dieinya, karena kebaikannya lebih sedikit dari kebaikannya, karena kurang istighfar dan taubat dan kurang beramal, melakukan dosa besar dan kurang bersabar disaat kena musibah.
Maka, bersabarlah dalam ketaatan dan menjauhi maksiat, agar kenikmatan yang hakiki akan kita dapatkan.
•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ
“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم