عُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ - Durhaka Kepada Orang Tua #2
بسم اﷲالرحمن الرحيم
Ustadz mengingatkan bahwa hidup kita sebentar, dan tidak setiap saat kita beribadah langsung dengan Allah ﷻ (maghdhoh), maka orang yang cerdas adalah orang yang menjadikan aktivitas yang bersifat mubah dapat dinilai ibadah disisi Allah ﷻ.
Caranya? Niatkan segala aktivitas mubah karena Allah ﷻ maka setiap kegiatan yang kita lakukan akan dinilai ibadah. Sungguh indah perkataan Ibnul Qayyim rahimahullah saat menjelaskan makna ibadah: istilah yang mencakup segala sesuatu yang dicintai dan diridhai Allah ﷻ, baik perkataan maupun perbuatan lahir maupun batin.
Ibadah tidak terbatas pada ritual formal seperti shalat, puasa, dan zakat, melainkan mencakup semua tindakan yang dilakukan untuk mencari keridhaan Allah, seperti memenuhi hak-hak keluarga, tamu, berbakti kepada orang tua dan bahkan zuhud dari keinginan duniawi.
Melanjutkan hadits-hadits yang berkaitan dengan durhaka kepada orang tua:
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda.
ثَلاَثُ دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَاتٌ لاَ شَكَّ فِيْهِنَّ دَعْوَةُ الْمَظْلُوْمِ وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ وَدَعْوَةُ الْوَالِدِ عَلَى وَلَدِهِ
“Tiga orang yang doanya pasti terkabulkan ; doa orang yang teraniyaya; doa seorang musafir dan doa orang tua terhadap anaknya“.
[Sunan Abu Daud, kitab Shalat bab Do’a bi Dhahril Ghaib 2/89. Sunan At-Tirmidzi, kitab Al-Bir bab Doaul Walidain 8/98-99. Sunan Ibnu Majah, kitab Doa 2/348 No. 3908. Musnad Ahmad 2/478. Dihasankan Al-Albani dalam Silsilah Shahihah No. 596]
Tiga do'a ini bukan pembatasan:
- Orang yang dzalim meskipun dia kafir, bisa jadi do'anya dikabulkan. Misalnya seorang perokok yang menzalimi orang disekitarnya yang tidak merokok, membaca Al-Qur’an keras disamping orang yang shalat. Dzalim adalah menempatkan sesuatu bukan pada tempatnya.
- Safar, batasannya sesuai dengan 'urf (kebiasaan masyarakat), meskipun pendapat lain sejarak 80 km.
- Do'a orang tua kepada anaknya, dan yang disebutkan dalam hadits ini adalah mendoakan keburukan.
Ini yang perlu diperhatikan pada bab ini, terkadang seorang anak membuat jengkel orang tua dan doa kejelekan ini akan membuatnya binasa dunia akhirat. Dan do'a jelek seorang tua terhadap anaknya adalah mustajab.
Al-Imam Ibnu al-Jauzi menuturkan salah satu kisah yang amat menyentak jiwa orang-orang yang beriman. Beliau meriwayatkan dari Muhammad bin Abid dalam kitabnya Tadzkirat Ulil Basha’ir tentang disegerakannya azab bagi seorang hamba yang durhaka kepada orang tuanya.
Hari itu, Muhammad bin Abid duduk di sebuah lokasi sekitar Bashrah. Tak lama setelah itu, seorang pemuda lewat dengan membawa perbekalan khas para musafir. Tiba-tiba, si pemuda yang tak dikenal itu berkata, “Demi Allah, saya akan diambil!”
Dalam hitungan detik setelah perkataannya itu, si pemuda benar-benar raib. Ditelan bumi. Muhammad bin Abid terbelalak. Bingung. Sembari terus menerus melafal asma’ Allah Ta’ala.
Hingga datanglah seorang laki-laki tua. Matanya diperban. Bekas luka. Sang laki-laki tua berkata kepada Muhammad bin Abid, “Apakah Anda melihat seorang pemuda yang melintas sembari membawa perbekalan?”
“Iya,” jawabnya lugas. Lantas beliau mengisahkan kejadian langka yang dilihatnya kepada laki-laki senja tersebut.
“Dia adalah anakku. Dia berselisih denganku atas sebuah persoalan. Dia memukul mataku hingga terluka.” ujarnya sembari menunjukkan bagian mata yang diperban.
Kepada anaknya tersebut, laki-laki tua berkata, “Allah Ta’ala tidak akan mengeluarkanmu dari Bashrah atau menenggelamkanmu ke dalam bumi. Lantas, dia pergi membawa wadah perbekalan layaknya musafir.”
Datang dalam sebagian riwayat hadits do'anya orang tua kepada anaknya:
- Jika menggunakan lafadz له menggunakan huruf jar maksudnya kebaikan.
- Jika عليه seperti hadits di atas maknanya do'a kejelekan.
Maka, sama seperti do'a kepada pengantin:
بارك الله لكما وبارك عليكما وجمع بينكما في خير
Menggunakan kata لكما dan عليكما Artinya kebaikan disaat senang dan susah.
Wajib bagi anak, mencari do'a kedua orang tua dengan kebaikan. Dan ini termasuk cabang keridhaan orang tua, jangan sampai mendoakan kejelekan.
Diantara kisah yang menakjubkan dalam bab ini, apa yang diriwayatkan Abu Hurairah dalam sebuah hadits,
“Tidak ada bayi yang dapat berbicara dalam buaian kecuali Isa bin Maryam dan (bayi di masa) Juraij” Lalu ada yang bertanya,”Wahai Rasulullah siapakah Juraij?” Beliau lalu bersabda, ”Juraij adalah seorang rahib yang berdiam diri pada rumah peribadatannya (yang terletak di dataran tinggi/gunung). Terdapat seorang penggembala yang menggembalakan sapinya di lereng gunung tempat peribadatannya dan seorang wanita dari suatu desa menemui penggembala itu (untuk berbuat mesum dengannya).
(Suatu ketika) datanglah ibu Juraij dan memanggil anaknya (Juraij) ketika ia sedang melaksanakan shalat, ”Wahai Juraij.” Juraij lalu bertanya dalam hatinya, ”Apakah aku harus memenuhi panggilan ibuku atau meneruskan shalatku?” Rupanya dia mengutamakan shalatnya. Ibunya lalu memanggil untuk yang kedua kalinya. Juraij kembali bertanya di dalam hati, ”Ibuku atau shalatku?” Rupanya dia mengutamakan shalatnya. Ibunya memanggil untuk kali ketiga. Juraij bertanya lagi dalam hatinya, ”lbuku atau shalatku?” Rupanya dia tetap mengutamakan shalatnya. Ketika sudah tidak menjawab panggilan, ibunya berkata, “Semoga Allah tidak mewafatkanmu, wahai Juraij sampai wajahmu dipertontonkan di depan para pelacur.” Lalu ibunya pun pergi meninggalkannya.
Wanita yang menemui penggembala tadi dibawa menghadap raja dalam keadaan telah melahirkan seorang anak. Raja itu bertanya kepada wanita tersebut, ”Hasil dari (hubungan dengan) siapa (anak ini)?” “Dari Juraij”, jawab wanita itu. Raja lalu bertanya lagi, “Apakah dia yang tinggal di tempat peribadatan itu?” “Benar”, jawab wanita itu. Raja berkata, ”Hancurkan rumah peribadatannya dan bawa dia kemari.” Orang-orang lalu menghancurkan tempat peribadatannya dengan kapak sampai rata dan mengikatkan tangannya di lehernya dengan tali lalu membawanya menghadap raja. Di tengah perjalanan Juraij dilewatkan di hadapan para pelacur. Ketika melihatnya Juraij tersenyum dan para pelacur tersebut melihat Juraij yang berada di antara manusia.
Raja lalu bertanya padanya, “Siapa ini menurutmu?” Juraij balik bertanya, “Siapa yang engkau maksud?” Raja berkata, “Dia (wanita tadi) berkata bahwa anaknya adalah hasil hubungan denganmu.” Juraij bertanya, “Apakah engkau telah berkata begitu?” “Benar”, jawab wanita itu. Juraij lalu bertanya, ”Di mana bayi itu?” Orang-orang lalu menjawab, “(Itu) di pangkuan (ibu)nya.” Juraij lalu menemuinya dan bertanya pada bayi itu, ”Siapa ayahmu?” Bayi itu menjawab, “Ayahku si penggembala sapi.”
Kontan sang raja berkata, “Apakah perlu kami bangun kembali rumah ibadahmu dengan bahan dari emas?” Juraij menjawab, “Tidak perlu”. “Ataukah dari perak?” lanjut sang raja. “Jangan”, jawab Juraij. “Lalu dari apa kami akan bangun rumah ibadahmu?”, tanya sang raja. Juraij menjawab, “Bangunlah seperti sedia kala.” Raja lalu bertanya, “Mengapa engkau tersenyum?” Juraij menjawab, “(Saya tertawa) karena suatu perkara yang telah aku ketahui, yaitu terkabulnya do’a ibuku terhadap diriku.” Kemudian Juraij pun memberitahukan hal itu kepada mereka.”
(Disebutkan oleh Bukhari dalam Adabul Mufrod) [Dikeluarkan pula oleh Bukhari: 60-Kitab Al Anbiyaa, 48-Bab ”Wadzkur fil kitabi Maryam”. Muslim: 45-Kitab Al Birr wash Shilah wal Adab, hal. 7-8]
- Hadits ini menunjukkan adanya karomah bagi awali Allah ﷻ.
- Rabbaniyah sebelum dan sesudah Islam berbeda, dalam Islam waktu bukan hanya ibadah, tapi juga aktivitas lain seperti tidur, menikah, dan lainnya. Sebagaimana dicontohkan Nabi ﷺ.
- Bolehnya membuat tempat ibadah, seperti mushala kecil.
- Keutamaan orang berilmu dibanding ahli ibadah. Seandainya Juraij seorang alim (yang berilmu), maka tentu ia akan lebih memilih untuk menjawab panggilan ibunya dibanding melanjutkan shalat.
- Seorang anak harus berhati-hati dengan kemarahan orang tuanya. Karena jika ia sampai membuat orang tua marah dan orang tua mendoakan jelek, maka itu adalah do’a yang mudah diijabahi. Ia tahu akan hal itu, sehingga membuatnya tersenyum.
- Bukti do’a jelek dari ibu terkabul karena Juraij akhirnya dipertontonkan di hadapan wanita pelacur sebagaimana do’a ibunya.
Kisah menakjubkan ini, yang diriwayatkan oleh Rasulullah ﷺ, berasal dari kisah-kisah orang-orang sebelum kita. Kisah ini mengisahkan Juraij, seorang pemuda yang taat beribadah, tekun beribadah dan menjaganya. Ketika ibunya mendoakannya dengan doa tersebut, Allah ﷻ mengabulkan doanya. Seorang pelacur dari Bani Israil, yang hamil karena berzina, menuduhnya melakukan hal ini. Ia disiksa dan biaranya dihancurkan. Kemudian Allah menyelamatkannya setelah hukuman itu. Ini menunjukkan bahwa doa orang tua terhadap anaknya terkabul.
Sebaliknya, berbakti kepada kedua orang tua merupakan sebab terkabulnya do'a mereka, dan menjadi sebab terkabulnya do'a orang yang berbakti kepada keduanya agar doanya terkabul, khususnya dalam menangkal musibah dan menghilangkan kesusahan.
berbakti kepada kedua orang tua dapat menghilangkan kesulitan yang sedang dialami yaitu dengan cara bertawasul dengan amal shahih tersebut. Dengan dasar hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dari Ibnu Umar, dia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
انْطَلَقَ ثَلاَثَةُ رَهْطٍ مِمَّنْ كَانَ قَبْلَكُمْ حَتَّى أَوَوُا الْمَبِيْتَ إِلَى غَارٍ فَدَخَلُوْهُ، فَانْحَدَرَتْ صَخْرَةٌ مِنَ الْجَبَلِ فَسَدَّتْ عَلَيْهَا الْغَارَ. فَقَالُوْا : إِنَّهُ لاَيُنْجِيْكُمْ مِنْ هَذِهِ الصَّخْرَةِ إِلاَّ أَنْ تَدْعُوْا اللهَ بِصَالِحِ أَعْمَالِكُمْ. فَقَالَ رَجُلٌ مِنْهُمْ: اَللَّهُمَّ كَانَ لِي أَبَوَانِ شَيْخَانِ كَبِيْرَانِ وَكُنْتُ أَغْبِقُ قَبْلَ هُمَا أَهْلاً وَ لاَ مَالاً، فَنَأَى بِي فِي طَلَبِ شَيْئٍ يَوْمًا فَلَمْ أُرِحْ عَلَيْهِمَا حَتَّى نَامَ فَحَلَبْتُ لَهُمَا غَبُوْقَهُمَا فَوَجَدْتُهُمَا نَائِمَيْنِ. فَكَرِهْتُ أَنْ أَغْبِقَ قَبْلَهُمَا أَهْلاً أَوْمَالاً، فَلَبِثْتُ وَالْقَدَحُ عَلَى يَدَيَّ أَنْتَظِرُ اسْتِيقَاظَهُمَا حَتَّى بَرَقَ الْفَجْرُ فَاسْتَيْقَظَا فَشَرِبَا غَبُوقَهُمَا. اَللَّهُمَّ إِنْ كُنْتُ فَعَلْتُ ذَلِكَ ابْتِغَاءَ وَجْهِكَ فَفَرِّجْ عَنَّا مَا نَحْنُ فِيْهِ مِنْ هَذِه الصَّخْرَةِ، فَانْفَرَجَتْ شَيْئًا
“Pada suatu hari tiga orang berjalan, lalu kehujanan. Mereka berteduh pada sebuah gua di kaki sebuah gunung. Ketika mereka ada di dalamnya, tiba-tiba sebuah batu besar runtuh dan menutupi pintu gua. Sebagian mereka berkata pada yang lain, ‘Ingatlah amal terbaik yang pernah kamu lakukan’. Kemudian mereka memohon kepada Allah dan bertawassul melalui amal tersebut, dengan harapan agar Allah menghilangkan kesulitan tersebut. Salah satu diantara mereka berkata, “Ya Allah, sesungguhnya aku mempunyai kedua orang tua yang sudah lanjut usia sedangkan aku mempunyai istri dan anak-anak yang masih kecil. Aku mengembala kambing, ketika pulang ke rumah aku selalu memerah susu dan memberikan kepada kedua orang tuaku sebelum orang lain. Suatu hari aku harus berjalan jauh untuk mencari kayu bakar dan mencari nafkah sehingga pulang telah larut malam dan aku dapati kedua orang tuaku sudah tertidur, lalu aku tetap memerah susu sebagaimana sebelumnya. Susu tersebut tetap aku pegang lalu aku mendatangi keduanya namun keduanya masih tertidur pulas. Anak-anakku merengek-rengek menangis untuk meminta susu ini dan aku tidak memberikannya. Aku tidak akan memberikan kepada siapa pun sebelum susu yang aku perah ini kuberikan kepada kedua orang tuaku. Kemudian aku tunggu sampai keduanya bangun. Pagi hari ketika orang tuaku bangun, aku berikan susu ini kepada keduanya. Setelah keduanya minum lalu kuberikan kepada anak-anaku. Ya Allah, seandainya perbuatan ini adalah perbuatan yang baik karena Engkau ya Allah, bukakanlah. “Maka batu yang menutupi pintu gua itupun bergeser” [Hadits Riwayat Bukhari (Fathul Baari 4/449 No. 2272), Muslim (2473) (100) Bab Qishshah Ashabil Ghaar Ats Tsalatsah Wat-Tawasul bi Shalihil A’mal]
Salah satu dari ketiga orang ini, dalam permohonannya untuk meringankan kesusahan ini, berusaha menunjukkan kesalehan terhadap kedua orang tuanya yang sudah lanjut usia.
Ini menunjukkan bahwa perbuatan berbakti kepada kedua orang tua yang pernah kita lakukan, dapat digunakan untuk bertawassul kepada Allah ketika kita mengalami kesulitan, Insya Allah kesulitan tersebut akan hilang. Berbagai kesulitan yang dialami seseorang saat ini diantaranya karena perbuatan durhaka kepada kedua orang tuanya.
📚┃Materi : KUMPULAN HADIST AKHLAK
(Syarah Kitab Ahadits Akhlak, Karya Syaikh Abdurrozzaq Bin Abdul Muhsin Al Abbad Al Badr)
🎙┃Pemateri : Ustadz Ja'far Ad Demaky,S.Ag حفظه الله تعالى (Pengajar Pondok Pesantren Al Ukhuwah Sukoharjo )
🗓| Hari: Senin, 8 September 2025/ 16 Rabi’ul Awal 1447 (Insya Allah Rutin Setiap Hari Senin Pekan Ke2&4)
🕌┃Tempat : Masjid Al Kautsar Puri Gading (Belakang SPBU Puri Gading)
Jl. Puri Gading Raya Perum Puri Gading, Dusun I, Grogol, Kec. Grogol, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah
•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم