ʙɪꜱᴍɪʟʟᴀʜ
✒┃Materi : Syarah Fadhlul Islam - Kesempurnaan dan Keagungan Islam Serta Perintah Berpegang Teguh dan Menjaga Kemurniannya
- Syarah Oleh Syaikh Shalih bin Fauzan Al Fauzan Hafidzahullah.
🎙┃Narasumber : Ustadz Abu Ubaid Rizqi, Lc., hafidzahullah ta'ala [Alumnus LIPIA Jakarta & Pengajar Ilmu Syar'i Pondok Pesantren Imam Bukhari]
📆┃Setiap SELASA ba'da Maghrib - Isya'
🕌┃Tempat : Masjid Ummul Mukminin 'Aisyah Radhiallāhu'anhā - Blimbing 01/04, Blimbing Gatak Sukoharjo
Pertemuan 1: Agama Islam telah Sempurna
Imam Muhammad bin Abdul Wahab Rahimahullah berkata:
بسم الله الرحمن الرحيم وبه نستعين
بَابُ فَضْلِ الإِسْلَامِ
Bab: Keutamaan Islam
Imam Muhammad bin Abdul Wahab rahimahullah dalam kitab-kitabnya: Tauhid, Ushulul Iman, Fadhlul Islam, Kaba’ir menempuh penulisan yang dilakukan oleh Ahli Hadits yaitu buku-buku tersebut menulis sebuah judul kemudian sesudahnya menulis ayat dan hadits. Yang berisi kesimpulan dari nash yang dijelaskan sesudahnya.
Ini menunjukkan bahwa beliau hanya membawakan ayat-ayat dan hadits-hadits yang telah disampaikan oleh Nabi ﷺ, beliau hanya memberikan judul dari kitab beliau. Maka, tuduhan beliau yang yang mengusung madzhab kelima - Wahabisme, otomatis terbantahkan.
Kelompok (firqah) yang menyimpang sebagaimana diklaim sebagian pihak, mestinya lebih tepat kepada sekte Wahhabiyah yang sudah ada sejak abad ke-3 H di Afrika Utara, dipelopori Abdul Wahhab bin Rustum.
Sementara itu, Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah dilahirkan pada 1115 H/1703 M di Jazirah Arab. Bila ditilik dari lahirnya saja sudah berbeda 10 abad.
Namun, istilah Wahabi yang marak justru berkembang pada zaman Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab. Mestinya, dapat saja disebut sebagai Muhammadiyah. Lalu, mengapa istilah itu tidak dipakai? Bukankah nama aslinya adalah Muhammad dan Abdul Wahhab itu nama ayahnya? Kerancuan ini seolah agar dianggap sama saja Wahabi yang kedua dengan Wahabi yang pertama. Wallohulmusta'aan.
Dakwah yang dibawa Muhammad bin Abdul Wahab adalah Dakwah Salafiyah.
Syaikh Shalih bin Fauzan Al Fauzan membawakan Kisah Taubat Seorang yang Menuduh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab Sesat:
Aku sekarang akan menyebutkan sebuah kisah tentang Abdurrahman al-Bakri, salah seorang penduduk kota Najd.
Syaikh al-Bakri mengatakan: “Aku pernah berada di sisi sebuah masjid di India. Di sana terdapat seorang guru, yang mana apabila seusai mengajar mereka melaknat Ibnu Abdul Wahhab, yakni Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab. Apabila keluar masjid beliau melewatiku. Dan ia mengatakan: “Aku bisa berbahasa arab, akan tetapi aku ingin mendengarnya dari Orang Arab”. Lalu iapun minum air dingin di tempatku.
Aku merasa sedih dengan apa yang telah dia dilakukan dalam ceramahnya. Lalu aku berbuat siasat dengan mengundangnya (ke tempatku) dan aku mengambil kitab at-Tauhid, aku cabut sampulnya dan aku letakkan di rak dalam rumahku sebelum dia datang.
Ketika dia telah hadir, aku berkata kepadanya: “Apakah anda mengizinkan aku untuk membawakan semangka (ke sini)?”. Lalu akupun pergi.
Ketika aku kembali, ternyata di sedang membacanya dan menggerak-gerakkan kepalanya. Ia berkata: “Karya siapakah kitab ini? Judul-judulnya mirip dengan judul-judul kitab al-Bukhari, ini demi Allah judul-judul al-Bukhari.”
Aku menjawab: “Aku tidak tahu!”. Lalu aku katakan kepadanya: “Bagaimana sekiranya kita pergi ke Syaikh al-Ghazawi untuk menanyakan masalah ini,” yang mana beliau adalah seorang pemilik sebuah perpustakaan, dan beliau telah memiliki bantahan terhadap kitab Jami’ al-Bayan.
Lalu kamipun masuk kepada beliau dan aku berkata kepada al-Ghazawi: “Aku memiliki beberapa lembaran. Syaikh ini menanyakan kepadaku siapakah yang menulis kitab ini? Akupun tidak tahu.”
Al-Ghazawi paham dengan keinginanku. Lalu beliau memerintahkan seseorang untuk mendatangkan kitab Majmu’ah at-Tauhid (kumpulan kitab tauhid), lalu dibawakan kepada beliau, kemudian mencocokkan antara keduanya, lalu beliau mengatakan: “Ini adalah karya Muhammad bin Abdul Wahhab.”
Orang Alim dari India tadi marah dan mengatakan dengan suara yang tinggi: “Orang Kafir itu …!!!”
Kamipun diam, diapun lalu diam sejenak. Sesaat kemudian kemarahannya mereda dan ia pun beristirja’ (mengucapkan innalillah wa inna ilaihi raaji’un).
Ia berkata: “Apabila kitab ini adalah karya beliau, maka sungguh kami telah menzhaliminya”.
Kemudian beliaupun setiap hari mendoakan untuk Syaikh Muhammad bin Abdulwahhab dan murid-muridnya pun juga mendoakanya bersamanya. Lalu tersebarlah murid-muridnya di India. Apabila mereka selesai membaca, mereka mendoakan untuk Syaikh Muhammad bin Abdulwahhab.”
Subhanallah... Kisah yang menggugah kita bahwa terkadang kita menzalimi ulama karena kita tidak paham hakekat sebenarnya! Na'udzubillahmindalik.
Banyak saudara kita yang bersikap berlebihan karena ketidaktahuan mereka, walhamdulillah Allah ﷻ karuniakan kita pemahaman manhaj yang lurus ini hingga tahu hakikat yang sebenarnya.
Syaikh dalam buku ini menjelaskan dasar-dasar iman terlebih dahulu kemudian keutamaan Islam, karena agama terdiri dari tiga tingkatan: Islam, Iman dan Ihsan (sebagaimana dijelaskan dalam hadis Jibril).
Umar bin Khaththab Radhiyallahu anhu berkata :
Suatu ketika, kami (para sahabat) duduk di dekat Rasululah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tiba-tiba muncul kepada kami seorang lelaki mengenakan pakaian yang sangat putih dan rambutnya amat hitam. Tak terlihat padanya tanda-tanda bekas perjalanan, dan tak ada seorang pun di antara kami yang mengenalnya. Ia segera duduk di hadapan Nabi, lalu lututnya disandarkan kepada lutut Nabi dan meletakkan kedua tangannya di atas kedua paha Nabi, kemudian ia berkata : “Hai, Muhammad! Beritahukan kepadaku tentang Islam.”
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ” Islam adalah, engkau bersaksi tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar melainkan hanya Allah, dan sesungguhnya Muhammad adalah Rasul Allah; menegakkan shalat; menunaikan zakat; berpuasa di bulan Ramadhan, dan engkau menunaikan haji ke Baitullah, jika engkau telah mampu melakukannya,” lelaki itu berkata,”Engkau benar,” maka kami heran, ia yang bertanya ia pula yang membenarkannya.
Kemudian ia bertanya lagi: “Beritahukan kepadaku tentang Iman”.
Nabi menjawab, ”Iman adalah, engkau beriman kepada Allah; malaikatNya; kitab-kitabNya; para RasulNya; hari Akhir, dan beriman kepada takdir Allah yang baik dan yang buruk,” ia berkata, “Engkau benar.”
Dia bertanya lagi: “Beritahukan kepadaku tentang ihsan ”. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ”Hendaklah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatNya. Kalaupun engkau tidak melihatNya, sesungguhnya Dia melihatmu.”
Lelaki itu berkata lagi : “Beritahukan kepadaku kapan terjadi Kiamat?”
Nabi menjawab,”Yang ditanya tidaklah lebih tahu daripada yang bertanya.”
Dia pun bertanya lagi : “Beritahukan kepadaku tentang tanda-tandanya!”
Nabi menjawab,”Jika seorang budak wanita telah melahirkan tuannya; jika engkau melihat orang yang bertelanjang kaki, tanpa memakai baju (miskin papa) serta pengembala kambing telah saling berlomba dalam mendirikan bangunan megah yang menjulang tinggi.”
Kemudian lelaki tersebut segera pergi. Aku pun terdiam, sehingga Nabi bertanya kepadaku : “Wahai, Umar! Tahukah engkau, siapa yang bertanya tadi?”
Aku menjawab,”Allah dan RasulNya lebih mengetahui,” Beliau bersabda,”Dia adalah Jibril yang mengajarkan kalian tentang agama kalian.” [HR Muslim, no.8]
Syaikh Muhammad ingin menjelaskan iman dan Islam dalam buku ini, bab pertama dalam buku ini adalah keutamaan islam, kemudian kewajiban memeluk islam, Tafsir islam dan yang mengeluarkan seseorang dari islam, dan seterusnya.
Imam Muhammad bin Abdul Wahab Rahimahullah berkata:
وَقَوْلُ اللَّهِ تَعَالَى: ﴿اليَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإِسْلَامَ دِينًا﴾ [المائدة: 3]
Firman Allah Ta’ala: “Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agamamu.” (QS. Al-Maidah [5]: 3)
1. Syari'at Islam telah Sempurna
Ayat pertama yang beliau bawakan menunjukkan bahwa Islam merupakan syariat yang sempurna.
Ketika Rasulullah ﷺ melaksanakan haji wada', ayat ini turun sebagai ayat terakhir, karena sesudahnya Rasulullah ﷺ hidup dalam waktu yang sedikit.
Ini menunjukkan bahwa Allah ﷻ tidaklah mewafatkan Rasulullah ﷺ kecuali menjadikan agama Islam ini telah sempurna. Di dalam hal ini mengandung bantahan kepada ahli bid'ah yang mengadakan hal-hal yang baru yang dinisbatkan kepada Islam.
Manusia manapun yang membuat tambahan dalam agama ini, maka amalan-amalan itu tertolak sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ :
مَنْ أَحْدَثَ فِى أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ
“Barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam agama kami ini yang tidak ada asalnya, maka perkara tersebut tertolak.” (HR. Bukhari dan Muslim) [HR. Bukhari, no. 20 dan Muslim, no. 1718]
Sebagai contoh perbandingan, seorang ahli otomotif akan menolak memodifikasi mesinnya karena akan berpengaruh terhadap performance, keamanan dan kenyamanan, karena semuanya sudah diperhitungkan sesuai perencanaan mesin.
Demikian juga jika kita makan di sebuah restoran di Eropa, jika kita meminta garam, maka akan dinilai sebagai penghinaan terhadap kinerja chief yang memasak.
Demikian juga, jika hal itu dilakukan terhadap Rasulullah ﷺ, apakah kita menuduh Rasulullah ﷺ telah menyembunyikan syariát? Tidak becus mengajarkan agama ini? Laa hawla wa laa quwwata illa billah...
Maka, ulama berkata: siapa yang meyakini ada perbuatan bid'ah yang bagus dalam agama ini Maka Secara tidak langsung dia telah menuduh Rasulullah ﷺ telah mengkhianati agama ini.
Dalam ayat ini juga merupakan bantahan terhadap umat manusia yang menuduh agama islam tidak cocok dengan setiap zaman dan tempat, seperti yang mengatakan bahwa Islam hanya untuk golongan yang sudah lewat, sehingga Tidak seusai dengan kita.
Padahal Allah ﷻ telah menyebutkan اليَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ yang menunjukkan agama ini telah sempurna untuk semua manusia pada setiap zaman dan tempat.
Kesalahan bukan pada islam, tetapi pada lemahnya pemahaman mereka, karena islam agama yang sempurna dan menyeluruh yang berlaku sepanjang zaman hingga hari kiamat. Maka, tidak ada islam sesuai daerah masing-masing, seperti islam nusantara.
Seperti halnya larangan syirik, perintah bertauhid, larangan zina, riba dan lainnya. Seperti halnya mata uang rupiah di Indonesia, dipakai oleh orang jawa, sunda, batak dan lainya, mereka tidak menggunakan mata uang suku masing-masing. Jadi sifatnya universal, tetapi kenapa dalam masalah agama, mereka tidak mematuhinya?
Allah ﷻ berfirman : وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي , dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku.
Yakni Agama ini, agama ini adalah nikmat terbesar bagi manusia. Barangsiapa yang mengakui nikmat ini, maka dia akan selamat sedangkan yang menolak akan rugi dan sengsara.
Maka, jangan berkecil hati ketika dikatakan mabuk agama!
Allah ﷻ berfirman : وَرَضِيتُ لَكُمُ الإِسْلَامَ دِينًا, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agamamu.
Islam adalah agama Allah ﷻ yang telah disebutkan dalam ayat ini, Allah ﷻ telah menyempurnakan agama ini, meridhoinya dan meridhoi bagi diri-Nya dan hamba-hamba-Nya. Dan Allah ﷻ tidak meridhoi agama selain islam.
Allah ﷻ berfirman dalam Surat Ali ‘Imran Ayat 19:
إِنَّ ٱلدِّينَ عِندَ ٱللَّهِ ٱلْإِسْلَٰمُ ۗ
Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَمَن يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَن يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ ﴿٨٥﴾
“Dan barangsiapa mencari agama selain Islam, maka tidak akan diterima darinya. Dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. Ali ‘Imran[3]: 85)
Islam adalah, engkau bersaksi tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar melainkan hanya Allah, dan sesungguhnya Muhammad adalah Rasul Allah; menegakkan shalat; menunaikan zakat; berpuasa di bulan Ramadhan, dan engkau menunaikan haji ke Baitullah, jika engkau telah mampu melakukannya.
Maka, Islam bukan hanya bermakna berserah diri (sesuai makna secara bahasa) seperti halnya dikampanyekan oleh orang-orang liberal. Konsekuensi pemahaman ini adalah semua agama adalah sama, karena semuanya berserah diri. Hingga banyak yang mempengaruhi kaum yang menuhankan akal.
Sungguh benar apa yang disampaikan Ibnul Qayyim rahimahullah, sumber kesesatan adalah :
- Buruknya pemahaman (Su'ul Fahmi)
- Buruknya niat (Su'ul Qasdi)
Semoga Allah Ta’ala menunjukkan kita jalan kebenaran dan istiqomah dalam iman dan Islam.
•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ
“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم