✒┃ Materi : Syarah Fadhlul Islam - Kesempurnaan dan Keagungan Islam Serta Perintah Berpegang Teguh dan Menjaga Kemurniannya
- Syarah Oleh Syaikh Shalih bin Fauzan Al Fauzan Hafidzahullah.
🎙┃ Narasumber : Ustadz Abu Ubaid Rizqi, Lc., hafidzahullah ta'ala
▪ Alumnus LIPIA Jakarta
▪ Pengajar Ilmu Syar'i Pondok Pesantren Imam Bukhari
📆┃Setiap SELASA ba'da Maghrib - Isya'
🕌┃ Tempat : Masjid Ummul Mukminin 'Aisyah Radhiallāhu'anhā Blimbing Gatak Sukoharjo.
Pertemuan#9: Istiqamah - Kunci Kemenangan
15. Imam Muhammad bin Abdul Wahab Rahimahullah berkata:
وَفِي «الصَّحِيحِ»: عَنْ حُذَيْفَةَ، قَالَ: «يَا مَعْشَرَ القُرَّاءِ! اسْتَقِيمُوا! فَقَدْ سَبَقْتُمْ سَبْقًا بَعِيدًا، فَإِنْ أَخَذْتُمْ يَمِينًا وَشِمَالًا؛ لَقَدْ ضَلَلْتُمْ ضَلَالًا بَعِيدًا»
Dalam Shahih Al-Bukhari: dari Hudzaifah ia berkata: “Wahai para ulama! (Qurra'). Hendaklah kalian istiqomah, maka kalian akan menang. Namun, jika kalian menoleh ke kanan dan ke kiri maka kalian akan tersesat sangat jauh.” - (HR. Al-Bukhari no. 7282)
(15). Atsar dari Hudzaifah bin al-Yaman ini menyebutkan, bahwa dia memasuki sebuah masjid, lalu berdiri di depan halaqah kajian, yakni berdiri di depan orang-orang yang belajar Al-Qur'an di masjid, lalu dia berkata kepada mereka, Hudzaifah bin al-Yaman berkata, Bila kalian beristiqamah, niscaya kalian telah mendahului jauh sekali. Yakni bila kalian beristiqamah dengan berpegang teguh pada Al-Qur'an yang kalian pelajari dengan mengamalkannya, karena yang dimaksudkannya adalah berpegang kepada al-Qur'an dan mengamalkannya.
Allah ﷻ menyuruh taat kepada Allah ﷻ dan Rasul-Nya. Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Hasyr ayat 7 :
وَمَآ ءَاتَىٰكُمُ ٱلرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَىٰكُمْ عَنْهُ فَٱنتَهُوا۟ ۚ
Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah.
Adapun orang yang membaca al-Qur'an namun tidak berakhlak dengannya, maka dia telah menyimpang dari Al-Qur'an. Al-Qur'an al-Karim adalah jalan yang lurus yang barangsiapa berpegang teguh kepadanya, maka dia pasti selamat, dan barangsiapa menyimpang darinya, maka dia pasti tersesat.
Sebagaimana sabda Nabi ﷺ : “Akan muncul suatu kaum di akhir zaman, usia mereka muda-muda, pikiran mereka bodoh-bodoh, mereka mengucapkan sebaik-baik ucapan makhluk, tetapi keimanan mereka tidak melampaui tenggorokan, mereka keluar dari agama sebagaimana anak panah yang keluar dari busur. Di mana pun kalian menjumpai mereka, bunuhlah mereka, karena pembunuhan mereka itu berpahala pada hari Kiamat bagi yang membunuh mereka". (HR. Bukhari (6930) Istabatul-Murtaddin dan Muslim (1066) Az-Zakat).
Atsar ini mengandung peringatan dari Hudzaifah kepada para qurra' agar mereka tidak hanya membatasi diri dalam membaca al-Qur'an pada membaguskan bacaan dan suara saja tanpa berusaha memahaminya, mengamalkan dan berakhlak dengan akhlak-akhlaknya. Barangsiapa melakukannya (yakni membaguskan bacaan dan suara saja), maka dia tidak dianggap termasuk Ahli al-Qur'an.
Berbeda dengan orang yang mengamalkan dan berakhlak dengan akhlak-akhlak al-Qur'an, maka dia adalah Ahli al-Qur'an, sekalipun dia orang awam yang tidak (bagus) membaca al-Qur'an.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَالقُرْاَنُ حُجَّةٌ لَكَ أَوْ عَلَيْكَ
“Al Qur’an itu bisa menjadi pembelamu atau musuh bagimu.” (HR. Muslim no. 223)
******
16. Imam Muhammad bin Abdul Wahab Rahimahullah berkata:
وَعَنْ مُحَمَّدِ بْنِ وَضَّاحٍ: أَنَّهُ كَانَ يَدْخُلُ المَسْجِدَ فَيَقِفُ عَلَى الحِلَق، فَيَقُولُ:... فَذَكَرَهُ، وَقَالَ: أَنْبَأَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ، عَنْ مُجَالِدِ بْنِ سَعِيدِ، عَنْ عَامِرٍ الشَّعْبِيِّ، عَنْ مَسْرُوقٍ، قَالَ: قَالَ عَبْدُ اللَّهِ: «لَيْسَ عَامٌ إِلَّا وَالَّذِي بَعْدَهُ شَرٌ مِنْهُ، لَا أَقُولُ: عَامٌ أَمْطَرُ مِنْ عَامٍ، وَلَا عَامٌ أَخْصَبُ مِنْ عَامٍ، وَلَا أَمِيرٌ خَيْرٌ مِنْ أَمِيرٍ، لَكِنْ ذَهَابُ عُلَمَائِكُمْ وَخِيَارِكُمْ، ثُمَّ يَحْدُثُ أَقْوَامٌ يَقِيسُونَ الأُمُورَ بآرَائِهِمْ؛ فَيُهْدَمُ الإِسْلَامُ وَيُثْلَمُ»
Dari Muhammad bin Wadhoh bahwa ia masuk masjid lalu berdiri di depan sekumpulan orang lalu ia berkata: Sufyan menceritakan kepadaku, dari Mujalid bin Sa’id, dari Amir Asy-Sya’bi, dari Masruq, ia berkata:
Abdullah bin Masud berkata: “Tidak ada tahun melainkan tahun berikutnya lebih jelek dari sebelumnya. Aku tidak mengatakan dari sisi tahun banyaknya hujan atau tahun kesuburan, atau pemimpin A lebih baik daripada pemimpin B, tetapi maksudku adalah wafatnya para ulama dan orang terbaik di antara kalian. Kemudian akan muncul kaum yang memahami agama sebatas dengan akalnya, sehingga Islam hancur dan lenyap.”
- (Diriwayatkan oleh Abu Amr ad-Dani dalam as-Sunan al-Waridah fi al Fitan no. 210. Al-Hafizh Ibnu Hajar dalam Fath al-Bari, 13/283 menisbatkan" kepada al-Baihaqi).
Muhammad bin Wadhdhah rahimahullah adalah salah seorang ulama yang menulis karya tulis yang menjelaskan tentang bid'ah, beliau memiliki sebuah buku yang tercetak dengan judul Al-Bida' wa an-Nahyu 'Anha (W. 286 H).
Atsar dari Ibnu Mas'ud Radhiyallahu’anhuma di atas berasal dari riwayat Ibn Wadhdhah. Dia mengabarkan bahwa manusia akan terus menurun, setiap tahun akan berkurang (kualitasnya) dibandingkan tahun yang sebelumnya. Hal ini sebagaimana yang disebutkan dalam sebuah hadits dari Anas radhiyallahu’anhu manakala mereka mengadukan al-Hajjaj dan kezhalimannya atas mereka, maka Anas berkata,
اصْبِرُوا، فإنه لا يأتي زمانٌ إلا والذي بعده شَرٌّ منه حَتَّى تَلْقَوا رَبَّكُم
"Bersabarlah, karena sesungguhnya tidaklah datang suatu tahun melainkan tahun yang sesudahnya lebih buruk darinya. Itulah yang telah aku dengar dari Nabi kalian" . (HR Bukhari, no. 7068).
Semakin jauh suatu zaman dari zaman Nabi ﷺ, semakin meningkat keburukannya, hal ini mengharuskan seorang Muslim waspada terhadap fitnah-fitnah dan keburukan-keburukan.
Kemudian dia mengabarkan di bagian akhir atsar bahwa bila para ulama dan orang-orang baik meninggal dunia, maka akan datang sesudah mereka orang-orang jahil yang menjadikan akal dan analogi mereka sebagai rujukan hukum, karena mereka tidak memiliki ilmu. Ini menyebabkan umat tersesat dan binasa, karena orang-orang jahil itu tidak becus untuk kembali kepada Kitab Allah dan Sunnah Rasulullah ﷺ, karena keduanya adalah asas peletakan syariat. Sebagaimana dalam hadits,
إنَّ اللهَ لاَ يَقْبِضُ العِلْمَ انْتِزَاعاً يَنْتَزعهُ مِنَ النَّاسِ، وَلكِنْ يَقْبِضُ العِلْمَ بِقَبْضِ العُلَمَاءِ، حَتَّى إِذَا لَمْ يُبْقِ عَالِماً، اتَّخَذَ النَّاسُ رُؤُوساً جُهَّالاً، فَسُئِلُوا فَأفْتوا بِغَيْرِ عِلْمٍ، فَضَلُّوا وَأضَلُّوا
"Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu secara langsung dari para hamba, akan tetapi Allah mencabut ilmu dengan mewafatkan para ulama, hingga ketika Dia tidak menyisakan seorang ulama pun, orang-orang mengangkat para pemimpin yang jahil, lalu mereka ditanya lalu berfatwa tanpa ilmu, maka mereka sesat dan menyesatkan."
Diriwayatkan oleh al-Bukhari, no. 100: dan Muslim, no. 2673: dari hadits Abdullah bin Amr bin al-Ash.
Keberadaan para ulama adalah indikasi kebaikan, hilangnya mereka adalah indikasi keburukan, keberadaan orang-orang di zaman ini yang menjauhkan masyarakat dari para ulama, meremehkan para ulama, dan menciderai kehormatan mereka, ini termasuk tanda Hari Kiamat dan termasuk tanda berkurangnya (kualitas) di dalam Islam.
•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ
“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم