Niatilah untuk Menuntut Ilmu Syar'i

Rasulullah ﷺ bersabda, “Barangsiapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah, maka Allah akan memahamkan dia dalam urusan agamanya.”
(HR. Bukhari no. 71 dan Muslim no. 2436)
Kajian Aqidah

ʙɪꜱᴍɪʟʟᴀʜ

✒┃ Materi :Syarah Fadhlul Islam - Kesempurnaan dan Keagungan Islam Serta Perintah Berpegang Teguh dan Menjaga Kemurniannya
▪ Syarah Oleh Syaikh Shalih bin Fauzan Al Fauzan Hafidzahullah.
🎙┃ Narasumber : Ustadz Abu Ubaid Rizqi, Lc., hafidzahullah ta'ala
▪ Alumnus LIPIA Jakarta
▪ Pengajar Ilmu Syar'i Pondok Pesantren Imam Bukhari
📆┃Setiap SELASA ba'da Maghrib - Isya'
🕌┃ Tempat : Masjid Ummul Mukminin 'Aisyah Radhiallāhu'anhā Blimbing Gatak Sukoharjo.
📖┃ Daftar Isi:



بَابُ وُجُوبِ الاِسْتِغْنَاءِ مُتَابَعَتِهِ عَنْ كُلِّ مَا سِوَاهُ
Pertemuan#16: Bab Keterangan Tentang Apa yang Mengeluarkan dari Pengakuan Islam

 📖 27. Imam Muhammad bin Abdul Wahab Rahimahullah berkata:

وعن الْحَارِثَ الْأَشْعَرِيَّ رضي الله عنه عَنِ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم أنه قال: «آمُرُكُمْ بِخَمْسٍ الله أَمَرَنِي بِهِنَّ: السَّمْعُ وَالطَّاعَةُ، وَالْجِهَادُ، وَالْهِجْرَةُ وَالْجَمَاعَةُ، فَإِنَّهُ مَنْ فَارَقَ الْجَمَاعَةَ قِيدَ شِبْرٍ؛ فَقَدْ خَلَعَ رِبْقَةَ الْإِسْلَامِ مِنْ عُنُقِهِ إِلَّا أَنْ يَرْجِعَ، وَمَنْ ادَّعَى دَعْوَى الْجَاهِلِيَّةِ، فَإِنَّهُ مِنْ جُثَا جَهَنَّمَ»، فَقَالَ رَجُلٌ: يَا رَسُولَ الله وَإِنْ صَلَّى وَصَامَ؟، قَالَ: «وَإِنْ صَلَّى وَصَامَ؛ فَادْعُوا بِدَعْوَى الله الَّذِي سَمَّاكُمْ الْمُسْلِمِينَ الْمُؤْمِنِينَ عِبَادَ الله»، رواه أحمد، والترمذي، وقَالَ: هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ.

Dari Al-Harits Al-Asyari radhiyallahu’anhu dari Nabi ﷺ bersabda, “Saya perintahkan pada kalian dengan lima hal, di mana Allah memerintahkanku dengannya; mendengar, taat, jihad, hijrah dan jamaah. Sesungguhnya siapa yang meninggalkan jamaah satu jengkal, maka telah melepaskan ikatan Islam di lehernya, kecuali ia kembali. Siapa yang menyeru dengan seruan jahiliyyah, maka dia bagian dari bangkai jahannam.

Berkata seseorang, “Ya Rasulullah shallallahu alaihi wa salam, walaupun ia sholat dan puasa? Rasul ﷺ bersabda, ”Walaupun ia sholat dan puasa, maka serulah dengan seruan Allah yang telah menamakan dirimu muslimin mukminin hamba-hamba Allah”

(HR Ahmad no. 22910 dan At-Tirmidzi no. 2863 dan berkata, hadits ini hasan shahih).

📃 Penjelasan:

Dalam hadits ini Nabi ﷺ memerintahkan lima perkara:

  • Pertama: Mendengar dan menaati Ulil Amri (pemerintah) dari kaum Muslimin
  • Kedua: Jihad di jalan Allah demi meninggikan kalimat Allah ﷻ.
  • Ketiga: Hijrah

Ketiganya telah dijelaskan pada pertemuan sebelumnya.

Keempat: Berjamaah

Yaitu berpegang teguh bersama jamaah kaum Muslimin, tidak keluar dari mereka, karena jamaah adalah perlindungan, karena bila kamu bersama jamaah, maka kamu kuat dan terjaga.

Namun bila kamu menyendiri, maka ini mengandung bahaya bagimu dan bagi agamamu. Hendaknya kamu selalu bersama jamaah kaum Muslimin, dan bersama imam kaum Muslimin, tidak menyimpang dari mereka. Orang yang menyimpang dari jamaah kaum Muslimin, tidak mendengar dan tidak menaati pemimpin kaum Muslimin, maka orang ini telah melepaskan tali ikatan Islam dari lehernya, sebagaimana dalam hadits ini dan dalam hadits lain,

مَن فارق الجماعة شِبْرًا فماتَ فمِيتَةً جاهِلِيَّةً

"Barangsiapa memisahkan diri dari jamaah (kaum Muslimin) seukuran satu jengkal, lalu dia mati, maka kematiannya adalah kematian jahiliyah." Diriwayatkan oleh al-Bukhari, no. 7054 dan Muslim, no. 1849 dari hadits Abbas Radhiyallahu’anhuma.

Maka seorang Muslim wajib bersama kaum Muslimin, tidak menyimpang dari mereka, bersama kaum Muslimin dengan raganya, pendapatnya, perkataannya, dan perbuatannya. Adapun jika dia hanya bersama mereka dengan raganya, akan tetapi pendapatnya menyelisihi mereka, yaitu dia memiliki pendapat berbeda maka hal ini tidak boleh.

Lebih berat dari ini manakala dia mengangkat senjata untuk memerangi kaum Muslimin, karena sesungguhnya apabila mengangkat senjata maka dia telah melepaskan bai'at dan keluar dari jamaah kaum Muslimin dan menjadi anggota dari kelompok Khawarij. Orang seperti ini wajib diperangi dan ditangkap, sedangkan kalau dia meyakini dan membenarkan pendapat Khawarij namun dia tidak mengangkat senjata, maka dia tidak perlu diperangi, akan tetapi dia tetap dianggap Khawarij.

فَإِنَّهُ مَنْ فَارَقَ الْجَمَاعَةَ قِيدَ شِبْرٍ؛ فَقَدْ خَلَعَ رِبْقَةَ الْإِسْلَامِ مِنْ عُنُقِهِ إِلَّا أَنْ يَرْجِعَ،

Sesungguhnya barangsiapa menyelisihi jamaah seukuran satu sejengkal maka dia telah melepaskan tali ikatan Islam dari lehernya (kecuali bila dia kembali).

Maksudnya, kecuali dia bertaubat kepada Allah ﷻ, membuka peluang bagi orang yang tertipu oleh hawa nafsunya atau orang yang digoda oleh da'i-da'i kesesatan yang menggodanya untuk keluar dari jamaah kaum Muslimin, maka Allah tetap memberinya kesempatan untuk kembali dan bertaubat, barangsiapa bertaubat, maka Allah mengampuninya.

*****

وَمَنْ ادَّعَى دَعْوَى الْجَاهِلِيَّةِ، فَإِنَّهُ مِنْ جُثَا جَهَنَّمَ

Kelima: Dan Siapa yang menyeru dengan seruan jahiliyyah, maka dia bagian dari bangkai jahannam.

Seorang Muslim wajib berlepas diri dari perkara-perkara jahiliyah, tidak meniru para penganut jahiliyah, karena jahiliyah adalah kekafiran dan kesesatan, sehingga seorang Muslim tidak patut berakhlak dengan akhlak jahiliyah.

Jahiliyah adalah masa sebelum Nabi Muhammad ﷺ diutus. Barangsiapa terdorong oleh fanatisme dan kesombongan untuk memisahkan diri dari jamaah kaum Muslimin, maka dia berada di atas salah satu sifat jahiliyah. Inilah jahiliyah.

Manakala Rasulullah ﷺ diutus, jahiliyah umum terkikis, dan datanglah ilmu, al-Qur'an, dan as-Sunnah, maka -Alhamdulillah jahiliyah umum terkikis. Namun masih ada jahiliyah pada sebagian perseorangan atau di sebagian negeri atau sebagian kabilah.

Jahiliyah umum telah sirna dengan kedatangan Islam, oleh karena itu, Nabi ﷺ bersabda,

أَرْبَعٌ فِي أُمَّتِي مِنْ أَمْرِ الْجَاهِلِيَّةِ لَا يَتْرُكُونَهُنَّ الْفَخْرُ فِي الْأَحْسَابِ وَالطَّعْنُ فِي الْأَنْسَابِ وَالْاسْتِسْقَاءُ بِالنُّجُومِ وَالنِّيَاحَةُ

"Ada empat perkara pada umatku yang termasuk perkara jahiliyah: Membanggakan kemuliaan leluhur, mencela nasab, meminta hujan kepada bintang, dan meratapi mayit." Diriwayatkan oleh Muslim, no. 934, dari hadits Abu Malik al-Asy'ari Radhiyallahu’anhu.

Barangsiapa melakukan satu dari sifat-sifat yang tersebut dalam hadits, maka dia melakukan sesuatu dari perkara jahiliyah, maksudnya, pada dirinya terdapat sifat jahiliyah.

Manakala seorang sahabat mengejek sahabat lain dengan cara mencela ibunya, dia berkata kepadanya, "Wahai anak perempuan hitam." Maka Rasulullah ﷺ bersabda,

أَعَيَّرْتَهُ بِأُمِّهِ إِنَّكَ امْرُؤٌ فِيكَ جَاهِلِيَّةٌ

"Apakah kamu mengejeknya dengan cara (mencela) ibunya? Sesungguhnya kamu adalah orang yang masih memiliki sifat Jahiliyah,". (Diriwayatkan oleh al-Bukhari, no. 30: dan Muslim, no. 1661) .

Yakni padanya terdapat salah satu sifat dari sifat-sifat jahiliyah: Membanggakan kemuliaan leluhur, mencela nasab, meminta hujan kepada bintang dan meratapi mayit, semua itu adalah perkara-perkara jahiliyah, sehingga kaum Muslimin wajib meninggalkannya.

Demikian juga fanatisme kesukuan, yaitu seseorang fanatik kepada sukunya, karena kaum Muslimin adalah seperti satu tubuh, tidak ada perbedaan antara seorang Muslim dengan Muslim lainnya, tidak ada pengistimewaan kaum Muslimin satu atas sebagian lainnya dengan nasab dan tidak pula kemuliaan leluhur, semuanya adalah kaum Muslimin, mereka adalah tangan yang satu, bangunan yang satu, derajat mereka sama, maka hendaknya seorang Muslim tidak fanatik kepada kabilahnya atau pemimpinnya atau syaikhnya. Semua itu termasuk perkara jahiliyah.

Adapun seorang Mukmin, maka sesungguhnya dia kembali kepada kebenaran di mana pun dia berada, menerima kebenaran bersama siapa pun ia dan tunduk kepadanya, sama saja, baik kebenaran itu bersama pemimpinnya atau kabilahnya atau jamaahnya atau bersama kaum Muslimin lainnya.

Dalam sebuah peperangan, dua orang sahabat bertengkar satu dari kalangan Muhajirin dan satu lagi dari kalangan Anshar keduanya saling pukul.

Laki-laki Muhajirin berseru, "Wahai kaum Muhajirin, bantulah aku." Laki-laki Anshar berseru, "Wahai kaum Anshar, bantulah aku." Lalu Nabi ﷺ mendengarnya dan bersabda,

ابدعوى الجاهلية وانابين اظهركم؟ دعوها فإنها منتنة

"Apakah kalian masih menyerukan seruan jahiliyah padahal aku ada di tengah-tengah kalian, buanglah ia karena ia busuk." Diriwayatkan oleh al-Bukhari, no. 4905, dan Muslim, no. 2584 dari hadits Jabir bin Abdullah Radhiyallahu’anhu.

Seseorang tidak boleh fanatik kepada kabilahnya atau berlindung di belakang kabilahnya secara khusus, akan tetapi hendaklah dia berlindung bersama kaum Muslimin secara umum. Nabi ﷺ menilai seruan yang seperti ini termasuk perkara jahiliyah. Allah ﷻ berfirman bagi para istri Rasulullah ﷺ,

وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ ٱلْجَٰهِلِيَّةِ ٱلْأُولَىٰ

"Janganlah kalian berhias (dan bertingkah laku) seperti orang-orang jahiliyah dahulu." (Al-Ahzab: 33).

Allah di berfirman,

يَظُنُّونَ بِٱللَّهِ غَيْرَ ٱلْحَقِّ ظَنَّ ٱلْجَٰهِلِيَّةِ ۖ

"Mereka menyangka yang tidak benar terhadap Allah seperti sangkaan jahiliyah." (Ali Imran: 154).

Allah ﷻ berfirman,

إِذْ جَعَلَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ فِى قُلُوبِهِمُ ٱلْحَمِيَّةَ حَمِيَّةَ ٱلْجَٰهِلِيَّةِ

"Ketika orang-orang yang kafir menanamkan kesombongan dalam hati mereka (yaitu) kesombongan jahiliyah." (Al-Fath: 26).

Kesombongan jahiliyah, tingkah laku jahiliyah, seruan jahiliyah, nasionalisme Arab, dan hukum jahiliyah, semuanya itu tertolak. Allah ﷻ berfirman,

أَفَحُكْمَ ٱلْجَٰهِلِيَّةِ يَبْغُونَ ۚ

"Apakah hukum jahiliyah yang mereka cari (kehendaki)?" (Al Ma'idah: 50).

Kita kaum Muslimin, telah dimuliakan oleh Allah dengan Islam, sebagaimana yang dikatakan oleh Amirul Mukminin Umar Radhiyallahu’anhu,

إنا قوم أعزنا الله بالإسلام فمهما نطلب العزة بغير ما أعزنا الله به أذلنا الله

“Sesungguhnya kita adalah kaum yang Allah muliakan dengan Islam. Ketika kita mencari kemuliaan bukan dengan yang Allah telah muliakan kita (Islam), maka Dia akan membuat kita hina.” (Riwayat al-Hakim).

Maka kemuliaan itu nya dengan Islam. Allah ﷻ berfirman,

وَلِلَّهِ ٱلْعِزَّةُ وَلِرَسُولِهِۦ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَلَٰكِنَّ ٱلْمُنَٰفِقِينَ لَا يَعْلَمُونَ

"Padahal kekuatan itu hanyalah milik Allah, RasulNya, dan Orang orang Mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tidak mengetahui (Al-Munafiqun: 8).

Maka: Kemuliaan adalah milik Allah, Rasul-Nya dan orang-orang beriman.

Inilah perkara-perkara jahiliyah. Maka wajib untuk menolak, meninggalkan, dan menjauhinya. Syaikh Rahimahullah sebagaimana kalian ketahui memiliki sebuah risalah yang bernama Masa'il al-Jahiliyah Di dalamnya beliau menyebutkan beberapa masalah dari perkara-perkara jahiliyah untuk memperingatkan kaum Muslimir darinya. Kandungannya lebih dari seratus masalah bahkan lebih dari seratus dua puluh masalah, semuanya termasuk perkara jahiliyah. Seorang Muslim wajib menjauhinya dan menjauhi perkara-perkara jahiliyah lainnya.

Nabi ﷺ bersabda, فَإِنَّهُ مِنْ جُثَا جَهَنَّمَ (Barangsiapa menyeru dengan seruan jahiliyah, maka dia termasuk para penghuni Jahanam).

Ini merupakan ancaman yang keras, karena dia akan masuk ke dalam kelompok penghuni neraka, karena dia menyeru dengan seruan jahiliyah. Seorang Muslim wajib menyeru dengan seruan Islam, bukan dengan seruan jahiliyah.

(Seorang laki-laki berkata, 'Wahai Rasulullah, sekalipun dia shalat dan berpuasa?' Beliau menjawab, 'Sekalipun dia shalat dan berpuasa. Maka serulah dengan seruan Allah yang telah menamakan kalian Muslimin, Mukminin, hamba-hamba Allah").

Maksudnya, dia termasuk para penghuni Neraka Jahanam sekalipun dia shalat dan berpuasa, yakni diazab karena sifat ini. Seorang Mukmin terkadang diazab di dalam neraka, meskipun dia tidak kafir, dia diazab di dalam neraka karena dosa besar yang dilakukannya dan sesudah itu dia akan dikeluarkan darinya.

******

📖 28. Imam Muhammad bin Abdul Wahab Rahimahullah berkata:

Dalam ash-Shahih, (Nabi ﷺ bersabda),

وَفِي الصَّحِيْح: ((مَنْ فَارَقَ الْجمَاعَةَ قِيْدَ شِبْرِ، فَمَاتَ، فَمِيتَتُهُ جَاهِلِيَّةً)).


"Barangsiapa memisahkan diri dari jamaah seukuran (sejauh) satu jengkal sekalipun, lalu dia mati, maka kematiannya adalah kematian jahiliyah." [HR. Bukari no. 7054 dan Muslim no. 1849 dari Ibnu Abbas Radhiyallahu'anhu].

Hadits ini termasuk hadits-hadits yang mendorong berpegang kepada jamaah. Sabda Nabi , ِمَنْ فَارَقَ الجمَاعَةَ قِيْدَ شِبر "Baangsiapa memisahkan diri dari jamaah seukuran (sejauh) satu jengkal sekalipun."  Maksudnya, walaupun sedikit saja, atau (batas) mininal pemisahan diri dari jama'ah, lalu dia mati dengan berpegang teguh padanya dalam keadaan belum bertaubat. Ini membuka kesempatan bagi siapa yang melakukan penyimpangan dan peyelisihan dari jamaah kaum Muslimin untuk bertaubat sebelum kematian. Adapun bila dia mati sebelum bertaubat, maka dia mati dengan cara jahiliyah, yakni mati dengan membawa satu sifat dari sifat-sifat jahiliyah.

******

📖 29. Imam Muhammad bin Abdul Wahab Rahimahullah berkata:

Dalam ash-Shahih juga, (Nabi ﷺ bersabda),

((أَبِدَغوَى الْجَاهِلِيَّةِ وَأَنَا بَيْنَ أَظْهُرِكُمْ؟))

"Apakah kalian masih menyeru dengan seruan jahiliyah padahal aku ada di tengah-tengah kalian?" [HR. Bukari no. 4905 dan Muslim no. 2584 dari Jabir bin Abdillah Radhiyallahu'anhu].

Kisah ini -sebagaimana yang telah disinggung di depan terjadi pada salah satu peperangan, saat dua orang laki-laki muda bertikai, salah satu dari keduanya dari kalangan Muhajirin dan yang lain dari kalangan Anshar, masing-masing dari keduanya menyeru kaumnya. Laki-laki Muhajirin menyeru kaum Muhajirin dan laki-laki Anshar menyeru kaum Anshar. Ini termasuk seruan jahiliyah. Mereka adalah kaum Muslimin, mereka tidak boleh menyeru dengan seruan jahiliyah.

******

📖 30. Imam Muhammad bin Abdul Wahab Rahimahullah berkata:

وَقَالَ أَبُو الْعَبَّاسِ: كُلُّ مَا خَرَجَ عَنْ دَعْوَى الْإِسْلَامِ وَالْقُرْآنِ مِنْ: نَسَبٍ، أَوْ بَلَدٍ، أَوْ جِنْسِ، أَوْ مَذْهَبٍ، أَوْ طَرِيْقَةٍ، فَهُوَ مِنْ عَزَاءِ الْجَاهِلِيَّةِ.

Abu al-Abbas berkata, "Segala apa yang keluar dari seruan Islam dan al-Qur an, baik berupa: nasab, atau negeri, atau ras, atau madzhab, atau tarekat, maka ia termasuk seruan jahiliyah."

Abu al-Abbas adalah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah, beliau menjelaskan apa itu jahiliyah, yaitu segala apa yang keluar dari Islam dan al-Qur'an. Wajib atas seorang Muslim menisbatkan dirinya kepada Islam dan al-Qur an, dan tidak boleh menisbatkan dirinya kepada kabilah atau negeri dalam konteks membanggakan dan menyombongkannya. Sehingga seorang Muslim tidak boleh berbangga diri dengan menisbatkan diri pada kabilahnya, akan tetapi dia harus berbangga dengan Islam, tidak boleh berbangga diri dengan kelebihan negerinya, karena negeri-negeri kaum Muslimin semuanya adalah sama, tidak ada keistimewaan bagi sebagian atas sebagian lainnya kecuali apa yang Allah tetapkan seperti Makkah dan Madinah.

Adapun selain keduanya dari negeri-negeri kaum Muslimin,  maka semuanya sama, baik di timur atau di barat. Demikian juga seorang Muslim tidak boleh berbangga dengan nasab atau negeri atau ras.  Tidak patut dia berkata, "Aku orang Arab dan kamu adalah Ajam." Ini tidak boleh, selama orang itu Muslim, maka ia adalah saudaramu. Allah ﷻ berfirman,

﴿إِنََّا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ﴾

"Sesungguhnya orang-orang Mukmin itu bersaudara." (Al-Hujurat: 10).

******

📖 31. Imam Muhammad bin Abdul Wahab Rahimahullah berkata:

بَلْ لَمَّا اخْتَصَمَ مُهَاجِرِيٍّ وَأَنْصَاريٌّ، فَقَالَ الْمُهَاجِرِيُّ: يَا لِلْمُهَاجِرِيْنَ، وَقَالَ الْأَنْصَارِيُّ: يَا لِلْأَنْصَارِ. قَالَ:

Bahkan manakala seorang laki-laki Muhajirin dan seorang laki-laki Anshar berselisih, lalu yang pertama berseru, "Wahai orang-orang Muhajirin, tolonglah aku." Dan yang kedua memanggil, "Wahai orang-orang Anshar, tolonglah aku." Maka Nabi ﷺ bersabda,

((أَبِدَعْوَى الْجَاهِلِيَّةِ وأَنَا بَيْنَ أَظْهُرِكُمْ؟)).

"Apakah kalian masih menyeru dengan seruan jahiliyah padahal aku ada di antara kalian?"

وَغَضِبَ لِذُلِكَ غَضَبًا شَدِيْدًا.

Dan Nabi sangat marah sekali karena hal tersebut.

Padahal kata-kata keduanya adalah kata-kata yang syar'i, namun kita tidak boleh berbangga diri dengan menisbatkan diri pada Muhajirin dan Anshar, karena mereka adalah bersaudara, mereka adalah jamaah yang satu. Kita tidak membedakan antara mereka dengan menisbatkan diri kepada salah satunya dan meninggalkan yang lain, karena mereka semuanya adalah saudara-saudara kita.

•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ

“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم