بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Madrasah Ramadhan - Tarbiyah Sunnah
🎙️ Bersama Ustadz Abu Haidar As-Sundawy 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
📌 Masjid Umar bin Khathab Ma'had Tarbiyah Sunnah Bandung Barat
🗓️ Bandung, 25 Ramadhan 1446 / 25 Maret 2025
Kitab Miftah Daris Sa'adah: Poin ke-75 bagian-1
Karya Ibnul Qayyim al-Jauziyah Rahimahullah
Poin#75: Hidayah adalah pada ilmu yang haq (ilmu yang benar). Bagian-1.
Dalam hadits sahih dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam shalat lail (shalat malam) membaca doa iftitah berikut,
ِاللَّهُمَّ رَبَّ جِبْرَائِيلَ وَمِيكَائِيلَ وَإِسْرَافِيلَ فَاطِرَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ عَالِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ أَنْتَ تَحْكُمُ بَيْنَ عِبَادِكَ فِيمَا كَانُوا فِيهِ يَخْتَلِفُونَ اِهْدِنِى لِمَا اخْتُلِفَ فِيهِ مِنَ الْحَقِّ بِإِذْنِكَ إِنَّكَ تَهْدِى مَنْ تَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
ᴀʟʟᴏʜᴜᴍᴍᴀ ʀᴏʙʙᴀ ᴊɪʙʀᴏᴏ-ɪɪʟᴀ ᴡᴀ ᴍɪɪ-ᴋᴀ-ɪɪʟᴀ ᴡᴀ ɪꜱʀᴏᴏꜰɪɪʟᴀ, ꜰᴀᴀᴛʜɪʀᴏꜱ ꜱᴀᴍᴀᴀᴡᴀᴀᴛɪ ᴡᴀʟ ᴀʀᴅʜɪ ‘ᴀʟɪɪᴍᴀʟ ɢʜᴏɪʙɪ ᴡᴀꜱʏ ꜱʏᴀʜᴀᴀᴅᴀʜ ᴀɴᴛᴀ ᴛᴀʜᴋᴜᴍᴜ ʙᴀʏɴᴀ ‘ɪʙᴀᴀᴅɪᴋᴀ ꜰɪɪᴍᴀᴀ ᴋᴀᴀɴᴜᴜ ꜰɪɪʜɪ ʏᴀᴋʜᴛᴀʟɪꜰᴜᴜɴ, ɪʜᴅɪɴɪɪ ʟɪᴍᴀᴋʜᴛᴜʟɪꜰᴀ ꜰɪɪʜɪ ᴍɪɴᴀʟ ʜᴀQQɪ ʙɪ-ɪᴅᴢɴɪᴋ, ɪɴɴᴀᴋᴀ ᴛᴀʜᴅɪ ᴍᴀɴ ᴛᴀꜱʏᴀᴀ-ᴜ ɪʟᴀᴀ ꜱʜɪʀᴏᴏᴛɪᴍ ᴍᴜꜱᴛᴀQɪɪᴍ
Ya Allah, Rabbnya Jibril, Mikail dan Israfil. Wahai Pencipta langit dan bumi. Wahai Rabb yang mengetahui yang ghaib dan nyata. Engkau yang menjatuhkan hukum untuk memutuskan apa yang mereka pertentangkan. Tunjukkanlah aku pada kebenaran apa yang dipertentangkan dengan seizin dari-Mu. Sesungguhnya Engkau menunjukkan pada jalan yang lurus bagi orang yang Engkau kehendaki.
(HR. Muslim, no. 770; Abu Daud, no. 767; At-Tirmidzi, no. 3420; An-Nasai, 3:212; Ibnu Majah, no. 1357, sanad hadits ini sahih).
Dalam beberapa kitab Sunan diriwayatkan bahwa Nabi ﷺ melakukan takbiratulihram dan membaca doa ini.
Hidayah adalah ilmu tentang kebenaran berdasarkan keinginan sendiri dengan mengutamakannya dari hal-hal yang lain. Orang yang mendapat petunjuk adalah orang yang melakukan kebenaran berdasarkan keinginannya. Hidayah adalah nikmat Allah yang paling besar bagi hamba-Nya. Karena itu, Allah ﷻ memerintahkan hamba-hamba-Nya agar setiap siang dan malam kala menunaikan shalat lima waktu untuk meminta hidayah-Nya dalam mendapatkan jalan yang lurus.
Sesungguhnya dalam setiap gerakan lahir maupun batin, seorang hamba membutuhkan pengetahuan tentang kebenaran yang diridhai Allah ﷻ. Apabila dia telah mengetahuinya, maka dia membutuhkan kepada Zat yang memberinya ilham untuk melakukan kebenaran tersebut. Maka, Allah ﷻ menciptakan keinginan di dalam hati hamba tersebut, dan iapun menunaikannya.
Sudah maklum adanya bahwa apa yang tidak diketahui seorang hamba jauh lebih banyak daripada yang ia ketahui. Dan jika yang perlu diketahui manusia adalah sesuatu yang baik namun terkadang jiwanya tidak menghendakinya, ataupun jika menghendakinya dia tidak mampu menggapainya karena saking banyaknya, maka setiap saat dia sangat membutuhkan hidayah yang berhubungan dengan masa lalu, masa sekarang, dan masa mendatang.
Dia membutuhkan hidayah yang berkaitan dengan masa lalu, karena dia perlu melakukan perhitungan (muhaasabah) terhadap dirinya. Apakah dulu ia berada dalam jalan yang benar sehingga ia harus bersyukur kepada Allah ﷻ dan memohon agar ditetapkan di dalamnya, ataukah ia keluar dari jalan yang benar sehingga ia harus bertaobat kepada-Nya dan memohon ampunan serta bertekad untuk tidak kembali kepadanya.
Catatan: Yang perlu dievaluasi adalah niat (ikhlas atau tidak), muttaba'ah atau tidak dan sungguh-sungguh atau tidak.
Dia membutuhkan hidayah yang berkaitan dengan masa sekarang sebab ia hidup pada masanya itu di mana ia perlu mengetahui hukum dari perbuatan-perbuatannya; apakah yang ia lakukan benar atau salah. Sedangkan di masa mendatang kebutuhannya terhadap hidayah lebih besar lagi, supaya perjalanannya nanti berada di atas jalan yang lurus.
Jika kondisi seorang hamba terhadap hidayah demikian adanya, tentulah seorang hamba sangat membutuhkannya. Sedangkan ucapan yang tidak benar yang dikemukakan sebagian orang, yaitu, "Jika kita adalah orang-orang yang mendapat hidayah, untuk apa lagi kita memintanya kepada Allah, bukankah meminta hidayah lagi tidak ada gunanya?" Ini adalah pernyataan yang salah dan sangat jauh dari kebenaran. Ini menunjukkan bahwa orang yang mengucapkanya tidak memahami arti hidayah dan tidak mengetahui hakikat hidayah tersebut. Karena itu, ada yang bersusah payah menjawab pernyataan di atas, dengan mengatakan bahwa maksud dari memohon hidayah setelah mendapatkannya adalah, "Teguhkanlah dan kekalkanlah kami di dalamnya!"
Catatan: Seperti contoh dalam Surat An-Nisa Ayat 136:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ ءَامِنُوا۟ بِٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ وَٱلْكِتَٰبِ ٱلَّذِى نَزَّلَ عَلَىٰ رَسُولِهِۦ...
Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya.
- Berimanlah wahai orang yang beriman, maksudnya.... konsistenlah kalian diatas keadaan kalian berupa keimanan yang mantap atau tetaplah kalian diatas keimanan kalian dan istiqamahlah.
- Sama halnya orang yang sudah lulus S1 kemudian lanjut S2, apakah dia bodoh karena belajar lagi? Tentu tidak... Karena dia berusaha untuk menambah ilmunya...
Orang yang mengetahui benar hakikat hidayah dan kebutuhan hamba kepadanya, akan tahu bahwa apa yang belum diraih dalam dirinya dari hidayah itu jauh lebih banyak daripada yang telah diraih.
Catatan: seperti orang yang diberi hidayah shalat wajib tapi belum diberi hidayah shalat sunnah rawatib, orang yang sudah puasa wajib terkadang belum mendapatkan hidayah untuk puasa sunnah dan seterusnya.
la tahu pula bahwa setiap waktu dia membutuhkan hidayah. Apalagi bila diingat bahwa Allahlah yang menciptakan perbuatan hati dan anggota badan manusia, karena itu setiap saat seorang hamba membutuhkan hidayah dari-Nya. Karena seandainya Allah ﷻ tidak menghilangkan penghalang dan penghambat yang merintangi sampainya hidayah, maka dia tidak akan mengambil manfaat dari hidayah itu dan tidak akan mampu merealisasikan tujuannya. Sebuah ketetapan tidak akan terwujud hanya dengan adanya sesuatu yang berimplikasi kepadanya, tetapi juga harus tidak ada yang menghalangi dan menghambatnya.
Bisikan jahat (was-was) dan hawa nafsu seorang hamba merupakan penghalang terwujudnya pengaruh hidayah. Jika Allah tidak menyingkirkan penghalang ini, maka dia tidak akan mendapatkan petunjuk yang sempurna.
Oleh karena itu, kebutuhannya terhadap petunjuk Allah menyertai setiap tarikan nafasnya, ini adalah kebutuhan hamba yang paling besar. (Berupa Iradah-keinginan untuk beramal dan Istithhoah-kemampuan untuk melakukannya)
Syarah Do'a Iftitah
Dan dalam doa beliau, Rasulullah ﷺ selalu menyebutkan beberapa sifat Allah dan kerububiyahan-Nya yang sesuai dengan apa yang beliau minta. Ketika beliau memohon agar diberi petunjuk sesuai fitrah manusia ketika diciptakan (Tauhid), beliau bertawassul dengan sifat-Nya sebagai Pencipta langit dan bumi.
Catatan:
Fitrah artinya lahir dalam keadaan Islam. Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Ar-Rum Ayat 30:
فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا ۚ فِطْرَتَ ٱللَّهِ ٱلَّتِى فَطَرَ ٱلنَّاسَ عَلَيْهَا ۚ لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ ٱللَّهِ ۚ ذَٰلِكَ ٱلدِّينُ ٱلْقَيِّمُ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ ٱلنَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui,
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
مَا مِنْ مَوْلُودٍ إِلَّا يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ كَمَا تُنْتَجُ الْبَهِيمَةُ بَهِيمَةً جَمْعَاءَ هَلْ تُحِسُّونَ فِيهَا مِنْ جَدْعَاءَ
“Tidaklah setiap anak kecuali dia dilahirkan di atas fitrah, maka bapak ibunyalah yang menjadikan dia Yahudi, atau menjadikan dia Nasrani, atau menjadikan dia Majusi. Sebagaimana halnya hewan ternak yang dilahirkan, ia dilahirkan dalam keadaan sehat. Apakah Engkau lihat hewan itu terputus telinganya?” (HR. Bukhari no. 1358 dan Muslim no. 2658).
Dan ketika beliau memohon agar diajarkan kebenaran dan diberi taufik, beliau menyebutkan pengetahuan Allah tentang hal yang gaib dan yang nampak. Karena sudah selayaknya seorang hamba memohon kepada Zat Yang Maha mengetahui untuk diajari dan diberi tuntunan serta petunjuk.
Hal ini seperti tawasulnya seorang hamba dengan kekayaan dan kedermawanan Yang Maha Kaya agar diberi sesuatu dari harta-Nya. Juga seperti tawassulnya seorang hamba dengan keluasan ampunan Yang Maha Pengampun supaya diampuni, serta memohon kasih sayang dengan rahmat-Nya supaya dikasihi dan semacamnya.
Catatan: Seperti dalam redaksi do'a yang sering kita minta: "Wa fu anna waghfirlana warhamna" adalah doa yang berarti "Beri maaflah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami".
Menurut Ibnul Qayyim rahimahullah, makna ketiganya berbeda:
- Wa fu Anna : hapus dosa-dosa kami
- waghfirlana : tutup aib-aib kami
- warhamna : jaga kami dimasa yang akan datang untuk tidak kembali lagi.
Rasulullah menyebutkan rububiyah (ketuhanan) Allah atas Jibril, Mikail dan Israfil, karena beliau memohon dari-Nya petunjuk yang menghidupkan hati. Allah telah menjadikan ketiga malaikat itu sebagai wasilah bagi kehidupan hamba. Jibril adalah pembawa wahyu yang diwahyukan Allah kepada para nabi, dan ini merupakan sebab kehidupan manusia di dunia dan akhirat. Sedangkan, Mikail ditugaskan mengurusi hujan yang merupakan sebab kehidupan segala sesuatu di dunia. Adapun Israfil, dia adalah malaikat yang meniup sangkakala. Dengan tiupan itu, Allah menghidupkan yang telah mati dan dihadapkan kepada Tuhan semesta alam.
Catatan:
- Dalam hadits ini disebut nama Isrofil. Ini perkara ghaib dimana di Al-Qur’an hanya disebut peniup sangkakala. Maka perkara ghaib tidak boleh disebut jika tidak ada hadits yang shahih.
- Imam Al-Qurthubi menjelaskan di dalam sangkakala itu ada ruh semua makhluk-Nya dari Zaman Nabi Adam sampai kiamat. Maka, setelah ditiup ruh itu masuk ke dalam tubuh yang berasal dari tulang ekor yang kecil, yang masuk kedalam tanah yang tersirami air hujan hingga tumbuh.
•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ
“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم