بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
SUAMIMU BUKAN MALAIKAT
Saudariku...
Sadarilah, suamimu bukanlah seorang malaikat.
Makhluk yang tidak memiliki gejolak nafsu dan syahwat, serta tidak pernah mengalami rasa bosan dan jemu.
Suamimu adalah manusia biasa. Dia adalah seorang laki-laki sebagaimana laki-laki yang lainnya.
Dan semua laki-laki itu difitrahkan untuk menyukai sosok wanita yang berparas cantik, berpenampilan rapi, dengan wajah berseri dan aroma yang wangi.
Allah ﷻ berfirman:
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ ٱلشَّهَوَٰتِ مِنَ ٱلنِّسَآءِ وَٱلْبَنِينَ وَٱلْقَنَٰطِيرِ ٱلْمُقَنطَرَةِ مِنَ ٱلذَّهَبِ وَٱلْفِضَّةِ
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: Wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas dan perak.” (QS. Ali Imran: 14)
بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
HUBUNGAN CINTA KASIH SEPASANG SUAMI ISTRI
Saudariku para istri yang mulia...
Cinta kasih sepasang suami istri adalah sesuatu yang sangat bernilai. Sebab ia ibarat ruh dalam kehidupan berumah tangga. Yaitu perasaan cinta dan kasih sayang yang dipendam oleh kedua belah pihak terhadap pasangannya. Cinta ibarat lokomotif penggerak bagi gerbong-gerbong kebahagiaan dan kedamaian. Bahkan cinta ibarat cahaya yang menerangi bahtera mereka berdua. Cinta adalah magnet yang bisa merekatkan sepasang suami istri hingga keduanya merasa seolah jiwa dan raga mereka satu. Bahkan hati mereka satu. Cinta adalah perasaan jiwa yang penuh kerelaan terhadap pasangannya, ridha kepada pasangannya dan keterpesonaan kepada sifat, perbuatan serta perilakunya.
Oleh karena itu...
Pandai-pandailah engkau menyemai benih-benih cinta di hati suamimu. Sehingga seiring bertambahnya usia pernikahan, semakin bertambah pula cintanya kepadamu.
بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
KUNCI-KUNCI SUKSES MEMBINA RUMAH TANGGA
Diantara perkara yang harus diperhatikan setelah pernikahan yaitu berusahalah mengenali karakter pasanganmu semampumu. Apa saja yang disukainya dan apa saja yang dibencinya. Sebab, dengan mengenali sifat dan karakter suami, akan tergambar di hadapanmu langkah-langkah yang jelas yng harus engkau ambil dalam bermuamalah dengannya. Jadilah engkau seperti istri Syuraih al-Qadhi...
Syuraih al-Qadhi menceritakan pengalamannya:
Ketika aku menikahi Zainab binti Hudair aku berkata dalam hati: Aku telat menikah dengan seorang wanita Arab yang paling keras dan paling kaku tabiatnya. Aku teringat tabiat wanita-wanita bani Tamim dan kerasnya hati mereka. Aku berkeinginan untuk menceraikannya. Kemudian aku berkata (dalam hati), “Aku pergauli dulu (yaitu menikah dan berhubungan dengannya), jika aku dapati apa yang aku suka, aku tahan ia. Dan jika tidak, aku ceraikan ia.”
Kemudian datanglah wanita-wanita bani Tamim mengantarkannya. Dan setelah ditempatkan dalam rumah, aku berkata, “Wahai fulanah, sesungguhnya menurut Sunnah apabila seorang wanita masuk menemui suaminya hendak si suami shalat dua rakaat dan si istri juga shalat dua rakaat".
بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
MERANCANG KEBAHAGIAAN SEBELUM PERNIKAHAN
Saudariku...
Sebenarnya kebahagiaan rumeh tangga itu perlu dirancang dan dipersiapkan jauh-jauh hari sebelum pernikahan. Bagi saudariku para muslimah yang belum menikah, engkau masih punya kesempatan lebih lapang. Engkau memiliki kesempatan untuk belajar lebih banyak. Pelajarilah tanggung jawab apa saja yang harus engkau tunaikam sebagai istri. Ketahuilah, pernikahan ibarat kendaraan besar, yang mengemban tanggung jawab dalam menciptakan kehidupan bahagia. Mungkin saja engkau akan menghadapi berbagai macam masalah. Itu adalah perkara yang wajar.
Bacalah dan pahamilah hingga engkau dapat mengarungi bahtera rumah tangga dengan kesiapan yang matang dalam menghadapi segala suka dukanya. Selagi kesempatan masih ada, kerahkan segala daya dan upayamu untuk mempersiapkannya.
Diantara bentuk persiapan itu adalah:
بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
SEBELUM KITA MELANGKAH LEBIH JAUH
Sebelum kita melangkah lebih jauh, mungkin sempat terlintas dalam hatimu, mengapa pembicaraan ini hanya ditujukan kepada kami -kaum wanita-? Dan tidak ditujukan kepada kaum pria? Mungkin di sini perlu kita luruskan.
Saudariku, para istri yang mulia....
Bagaimana mungkin kita menuntat suami agar menjadi suami yang ideal. Kita menuntut ini dan itu. Sementara kita tak mau memperbaiki diri. Kerap kali seorang wanita hanya pandai menuntut dan merasa tak puas tanpa mau memandang permasalahan secara bijak. Untuk memperjelas hal ini, perlu kita paparkan beberapa contoh kasus:
Seorang istri mengeluhkan suaminya karena tidak perah kerasan di rurmah. Ada saja alasan yang ia kemukakan untuk dapat segera meninggalkan rumah. Ia pergi pagi-pagi buta dan baru kembali bila hari telah merangkak malam. Maka si istri terus-menerus mengajukan protes dan menuntut suaminya agar kerasan di rumah. Namun sayang, si istri tidak memandang secara bijak mengapa gerangan suaminya tak pernah kerasan di rumah? Ternyata semua itu berpangkal dari kelalaian si istri. Ia ternyata seorang istri yang awut-awutan. Sama sekali tidak pandai menciptakan suasana rumah yang nyaman. Semua sudut rumah berantakan, ditambah lagi dengan kondisi anak-anaknya yang sungguh tak sedap di pandang. Ia tak pandai menjaga penampilan di hadapan suami, tak terampil mengurus rumah tangga dan selalu menyuguhi suaminya dengan berbagai masalah dan keluhan. Lantas, benarkah tuntutannya terhadap suami untuk betah di rumah jikalau kondisinya seperti itu?