Dari sahabat Anas bin Malik al-Anshari radhiallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يَتْبَعُ الدَّجَّالَ مِنْ يَهُودِ أَصْفَهَانَ سَبْعُونَ أَلْفًا عَلَيْهِمُ الطَّيَالِسَةُ
“Akan mengikuti Dajjal tujuh puluh ribu orang Yahudi Asfahan, mereka memakai jubah-jubah.”
Hadits yang mulia ini dikeluarkan oleh al-Imam Muslim rahimahullah dalam ash-Shahih, Kitabul Fitan (4/2266 no. 2944) melalui jalan Manshur bin Abi Muzahim, dari Yahya bin Hamzah, dari al-Auza’I, dari Ishaq bin Abdillah, dari pamannya, Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu.
Di antara ujian besar yang menimpa umat manusia adalah fitnah (ujian) al-Masih ad-Dajjal.
Di antara kasih sayang Allah subhanahu wa ta’ala, seluruh para nabi dan rasul memperingatkan umatnya dari ujian ad-Dajjal, termasuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bahkan beliau telah memberikan keterangan-keterangan yang lebih lengkap dan gamblang ketimbang nabi-nabi sebelum beliau.
Dalam hadits Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan bahwa di antara para pengikut al-Masih ad-Dajjal adalah orang-orang Yahudi Asbahan.
Asbahan atau Asfahan adalah salah satu provinsi di Republik Iran, negara yang dibangun di atas agama Syiah Rafidhah. Asbahan sekarang lebih dikenal dengan Isfahan atau Esfahan.
Berita Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam semakin membuka mata kita tentang hakikat negara Iran. Iran bukan kiblat kaum muslimin. Revolusi Iran yang digembar-gemborkan Khomeini yang keji dan kotor bukanlah revolusi Islam, melainkan revolusi Syiah Rafidhah.
Shubuh adalah salah satu waktu di antara beberapa waktu, di mana Allah Ta’ala memerintahkan umat Islam untuk mengerjakan shalat kala itu. Allah Ta’ala berfirman,
أَقِمِ الصَّلَاةَ لِدُلُوكِ الشَّمْسِ إِلَى غَسَقِ اللَّيْلِ وَقُرْآَنَ الْفَجْرِ إِنَّ قُرْآَنَ الْفَجْرِ كَانَ مَشْهُودًا
“Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula shalat) Shubuh. Sesungguhnya shalat Shubuh tu disaksikan (oleh malaikat).” (Qs. Al-Isra’: 78)
Betapa banyak kaum muslimin yang lalai dalam mengerjakan shalat shubuh. Mereka lebih memilih melanjutkan tidurnya ketimbang bangun untuk melaksanakan shalat. Jika kita melihat jumlah jama’ah yang shalat shubuh di masjid, akan terasa berbeda dibandingkan dengan jumlah jama’ah pada waktu shalat lainnya.
Di sisi lain, manusia berlomba mencari dunia, bahkan mereka rela pergi sebelum matahari terbit dan kembali pada saat matahari telah terbenam demi mendapatkan kehidupan dunia yang lebih baik. Padahal Nabi kita Muhammad Shallahhu 'alaihi wasallam pernah bersabda: "Dua rakaat sebelum shalat subuh lebih baik dari dunia dan seisinya."(HR.Muslim no. 275)
Begitu besar pahala shalat sunnah sebelum subuh, bagaimana dengan pahala shalat subuh itu sendiri ?
Diantara keutamaan shalat subuh adalah:
Pertama : Salah satu penyebab masuk surga. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ صَلَّى الْبَرْدَيْنِ دَخَلَ الْجَنَّة
“Barangsiapa yang mengerjakan shalat bardain (yaitu shalat shubuh dan ashar) maka dia akan masuk surga.” (HR. Bukhari no. 574 dan Muslim no. 635)
Alhamdulillah washshalatu wassalaamu ‘ala Rasulillah. Kaum muslilmin yang dirahmati Allah, diantara yang diajarkan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam pada kita adalah rutin mengamalkan amalan shalih meskipun amalan itu sedikit dan ringan, atau bahkan dipandang remeh oleh sebagian orang. Namun ternyata tanpa kita sangka, ternyata amalan tersebut mengandung pahala yang besar.
Berikut adalah beberapa amalan yang mudah dan ringan untuk dilakukan, namun besar pahalanya, berdasarkan hadits yang shahih:
1. Mendoakan orang lain tanpa diketahui mendapatkan pahala sebanyak orang yang didoakan.
Melakukan amalan tanpa melakukannya dengan susah payah tapi mendapatkan pahala besar adalah hal yang sangat mustahil.Mendapatkan pahala besar tanpa mengeluarkan biaya, keringat dan tenaga. Salah satu amalan yang dapat dilaksanakan adalah mendoakan orang lain.
Dari Abu Darda’ bahwa dia berkata bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
مَا مِنْ عَبْدٍ مُسْلِمٍ يَدْعُوْ لأَِخِيْهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ إِلاَّ قَالَ الْمَلَكُ الْمُوْكِلُ بِهِ آمِيْنَ وَلَكَ بِمِثْلِ
“Tidaklah seorang muslim berdoa untuk saudaranya yang tidak di hadapannya, maka malaikat yang ditugaskan kepadanya berkata : “Amin, dan bagimu seperti yang kau doakan”. [Shahih Muslim, kitab Doa wa Dzikir bab Fadli Doa fi Dahril Ghalib].
Maka perbanyaklah mendoakan orang lain dalam kebaikan dan ketaqwaan. Dan janganlah kalian mendoakan mereka dalam keburukan, suatu hal yang tak mungkin terjadi, memutus silaturahmi dan mendoakan orang kafir agar diampuni, tetapi boleh bagi kalian berdoa agar ia di beri hidayah untuk masuk ke dalam Islam. Salah satu doa yang mungkin biasa dipraktekan:
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْلِىْ ذُنُوْبِىْ وَلِوَالِدَىَّ وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِىْ صَغِيْرًا. وَلِجَمِيْعِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ،اَلْاَحْيَآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ وَتَابِعْ بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ بِالْخَيْرَاتِ، رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَاَنْتَ خَيْرُالرَّاحِمِيْنَ
Allaahummaghfirlii dzunuubii waliwaalidayya warhamhumaa kamaa rabbayaanii shaghiira, waliljamii’il muslimiina walmuslimaati, walmu’miniina wal mu’minaati Al ahyaa’i minhum wal amwaati, wataabi’ bainanaa wa bainahum bil khairaati, rabbighfir warham wa annta khairur raahimiin.
“Ya Allah, berikanlah ampunan kepadaku atas dosa-dosaku dan dosa-dosa kedua orang tuaku, dan kasihanilah keduanya sebagaimana beliau berdua merawatku ketika aku masih kecil, begitu juga kepada seluruh kaum muslimin dan muslimat, semua orang yang beriman, laki-laki maupun perempuan yang masih hidup maupun yang sudah meninggal dunia, dan ikutkanlah diantara kami dan mereka dengan kebaikan. Ya Allah, berilah ampun dan belas kasihanilah karena Engkaulah Tuhan yang lebih berbelas kasih"
Selengkapnya: Amalan-amalan Ringan yang Memiliki Pahala Besar
Sudah merupakan ketentuan Allah ta’ala diciptakannya manusia berbeda-beda dalam hal ekonomi. Sebagian dari mereka kaya dan sebagian yang lain hanya memiliki sedikit harta. Perbedaan jenjang ekonomi seperti ini bukanlah hal baru yang hanya kita saksikan di zaman sekarang. Akan tetapi sudah sejak zaman para sahabat dahulu atau bahkan sebelumnya manusia sudah terbagi menjadi beberapa golongan.
Oleh karenanya, pernah suatu ketika para sahabat dari kalangan fuqoro` pergi menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk mengeluhkan sesuatu. Kisah ini diceritakan oleh seorang sahabat yang bernama Jundub bin Junadah radhiyallahu ‘anhu, yang lebih masyhur dengan kunyah Abu Dzar al-Ghifari.
Teks Hadits
Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu bercerita:
أَنَّ نَاسًا مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالُوْا لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: يَا رَسُوْلَ اللَّهِ! ذَهَبَ أَهْلُ الدُّثُوْرِ بِالأُجُوْرِ يُصَلُّونَ كَمَا نُصَلِّيْ، وَيَصُوْمُوْنَ كَمَا نَصُوْمُ، وَيَتَصَدَّقُوْنَ بِفُضُوْلِ أَمْوَالِهِمْ
قَالَ: ((أَوَ لَيْسَ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لَكُمْ مَا تَصَّدَّقُوْنَ؟ إِنَّ بِكُلِّ تَسْبِيْحَةٍ صَدَقَةً، وَكُلِّ تَكْبِيْرَةٍ صَدَقَةً، وَكُلِّ تَحْمِيْدَةٍ صَدَقَةً، وَكُلِّ تَهْلِيْلَةٍ صَدَقَةً، وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْيٌ عَنْ مُنْكَرٍ صَدَقَةٌ، وَفِي بُضْعِ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ))
قَالُوْا: يَا رَسُوْلَ اللَّهِ! أَيَأْتِيْ أَحَدُنَا شَهْوَتَهُ وَيَكُوْنُ لَهُ فِيْهَا أَجْرٌ؟ قَالَ: ((أَرَأَيْتُمْ لَوْ وَضَعَهَا فِي حَرَامٍ أَكَانَ عَلَيْهِ فِيْهَا وِزْرٌ؟ فَكَذَلِكَ إِذَا وَضَعَهَا فِي الْحَلاَلِ كَانَ لَهُ أَجْرًا))
Sekumpulan Sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada beliau: Wahai Rasulullah, orang-orang yang berharta pergi dengan membawa banyak pahala, mereka salat sebagaimana kita salat, mereka berpuasa sebagaimana kita berpuasa, namun mereka dapat bersedekah dengan kelebihan harta mereka.
Beliau bersabda: Bukankah Allah telah menjadikan jalan bagi kalian untuk bersedekah? Sesungguhnya setiap tasbih (ucapan: subhanallah) adalah sedekah, setiap takbir (ucapan: Allahu akbar) adalah sedekah, setiap tahmid (ucapan: alhamdulillah) adalah sedekah, setiap tahlil (ucapan: la ilaha illallah) adalah sedekah, memerintahkan kepada yang makruf adalah sedekah, melarang dari hal yang mungkar adalah sedekah, dan seorang dari kalian yang menggauli istrinya adalah sedekah.
Mereka berkata: Wahai Rasulullah, seorang dari kami mendatangi syahwatnya apakah juga mendapatkan pahala?
Beliau menjawab: Bagaimana menurut kalian bila ia meletakkan syahwatnya pada (tempat) yang haram, apakah ia akan mendapat dosa? Demikian pula bila ia meletakkan pada yang (tempat) halal niscaya ia akan mendapatkan pahala. (HR. Muslim, no. 1005)